Friday, September 28, 2012

#FrenBC @ Natin #51: Loyalitas

 



Natin #51: Loyalitas
 
Suasananya seru banget.
Maklum. Itu adalah hari pertama buat Jeanice memimpin
briefing. Sebenarnya bukan pertama kali dalam karirnya selama bekerja disitu.
Karena selama ini juga dia sudah terbiasa sih sebenarnya. Gantian aja dengan
teman-teman lainnya. Kalau ada briefing yang jadi PIC-nya giliran. Tapi
briefing kali ini beda banget. Soalnya, yang pertama dilakukan dalam posisinya
sebagai seorang supervisor.
 
Nggak gampang loh. Grogi juga ternyata. Nggak tahu kenapa
ya. Pokoknya ada yang aneh aja deh. Mungkin orang lain tidak merasakan hal itu.
Tapi didalam hati, Jeanice bisa merasakannya. Kalau diperhatikan baik-baik,
mungkin akan ketahuan juga kalau dia itu sedikit gemetaran.
 
Kalau teman-teman lainnya, menganggap jika briefing kali
ini sangat istimewa sekali. Selain karena dipimpin oleh supervisor baru, juga
karena supervisor baru itu adalah teman sendiri yang selama ini sudah dekat
banget sama mereka. Jadi semacam perayaan gitu deh. Nggak peduli kalau
dibilangin perayaannya nggak habis-habis. Makanya, mereka antusias banget
mengikuti briefing itu.
 
Kayaknya nggak ada deh briefing pagi yang seseru itu.
Biasanya, kita tahulah kayak apa suasana briefing dengan atasan. Yang penting
datang aja deh. Sambil ngantuk-ngantuk juga nggak apa. Tapi kali ini nggak bisa
begitu. Bukan nggak bisa. Nggak tertarik aja untuk begitu. Pokoknya semangat 45
banget deh.
 
Selain merasa dengan teman sendiri, tampaknya Jeanice
juga berhasil menunjukkan jika dia bisa membangun jembatan emosi yang sehat
dengan orang-orang di kubikal. Berkomunikasi secara dua arah. Mempersilakan
teman-teman menyampaikan pendapatnya secara leluasa. Juga boleh mengajukan
usulan. Kalau perlu ketidak sepakatan. Makanya breifingnya nggak bikin boring.
 
Selama briefing itu, Jeanice meminta Aiti mencatat hasil
pertemuan. Lalu mereka sama-sama membuat komitmen untuk menjalankan apa yang
sudah disepakati. Biar nggak cuman jadi omong besar aja. Biasanya kan gitu. Di
ruang rapat iya-iya aja. Eh, pas udah keluar nggak peduli dengan
tindaklanjutnya.
 
"Oke ya teman-teman, kita sepakati dulu aturan mainnya..."
kata Jeanice.
"Yo-i Bu Supervisooooor......" teriak teman-teman.
Jeanice melotot. Dia paling nggak kepengen dipanggil Bu
supervisor. Jadi dipasangnya wajah cemberutnya sekali lagi.
"Iya, Iya.... maaf... kita salah lagi. Maklum kita kan
kepengen menghormati Bu Super.. eh... boss kita,"
 
"Gue juga nggak perlu disebut boss kali ya..." sergah
Jeanice.
 
"Maaf Bu Super... eh Bu Boss.. ehm.. eh, emmh Jean...."
Sekris berpura-pura gugup. "Gue minta ijin mau ke pantry dulu. Gue lupa bawa
minum..." katanya.
 
Permintaan ijin Sekris disambut suara 'huuu...' dari
temen-temennya.
"Gue tadinya nggak kepengen minum," katanya sambil agak
cemberut gitu deh. "Cuman sekarang tenggorokan gue rasanya seret banget...
ya... please....." Mata belonya menatap Jeanice sambil menggenggam jemarinya.
 
"Ya udah. Sekali ini gue ijinkan," kata Jeanice. "Lain
kali elo pade nggak ada yang boleh cari-cari alasan buat keluar disaat briefing
sama gue.... deal?!" lanjutnya.
 
"Oke boss... emh... Jean..." Sekris melonjak kegirangan.
"Aturan itu berlaku untuk elo, elo, dan elo juga....."
Jeanice menatap teman-temannya satu persatu.
"Iya..... kami mengerti Bu Super... eh...
Jeaaaaaann......" paduan suara itu berkicau lagi.
 
"Oke, kalau begitu kita teruskan briefingnya..." Jeanice
kembali kepada pokok pembicaraan yang tadi sempat tertunda. Mereka baru saja
membahas dua atau tiga poin penting ketika bunyi 'blung blung blung...'
terdengar dilantai. Bukan cuman bunyi aja. Tapi getarannya juga kerasa banget.
 
Semua orang juga tahu kalau itu indikasi jika si Bongsor
sudah balik dari pantry. Tapi yang bikin semua orang heran adalah; kenapa dia
mesti pake lari-lari segala? Kan dia bisa berjalan biasa aja. Nggak perlu
sampai membuat seluruh kubikal seperti terserang gempa bumi kayak gitu
kaleee....
 
Benar saja.
Beberapa detik kemudian pusat gempa bumi itu tiba di
ruang briefing.
"Elo kenape sih Kris?" begitu sambutan Opri tepat ketika
wajah bundar gadis itu nongol dipintu.
 
"Emangnya elo barusan dikejar-kejar setan?" Sambung
Fiancy. Semua orang jadi pada bingung gitu deh. Soalnya muka Sekris nyaris
pucat pasi.
 
"Elo baik-baik aja kan, Kris?" Sapa Jeanice.
"Hggh... hhh gueh... gueh sih nggak apa-apa Jean...
cuman...." kata-katanya terpotong oleh acara menarik nafas panjang. "Itu
loh..hhh... Natin..."
"Natin kenapa?" Fiancy langsung nyamber.....
"Nggak perlu panik gitu kali Fi....." Sindir Aiti.
Kontan aja Fiancy jadi cemberut. "Elo jangan cari
gara-gara ya Ti!" bentaknya. "Siapa juga yang panik......".
"Yeee elo nih gimana sih," hardik Sekris. "Tadi elo pade
nanya gue. Eh giliran gue mau jawab malah pada berantem gitu..."
"Udah, udah...." kata Jeanice. "Elo tenang dulu deh."
Lanjutnya sambil menatap Aiti dan Fiancy. "Jadi kenapa elo kok seperti
dikejar-kejar hantu gitu?" sekarang dia berbalik ke arah Sekris.
 
"Natin, Jean...." jawab Sekris.
"Iya, Natin kenapa?" desak Jeanice.
"Dia bilang... " Sekris terlihat agak ragu. "Kita nggak
perlu... anu..."
"Hiiih, susah amat sih ini anak. Ngomong aja kenapa sih
lo Kris!" Opri nyaris hilang kesabarannya.
"Natin bilang kita nggak perlu apa, Kris?" sambung
Jeanice.
"Kita nggak perlu loyal kepada perusahaan...." akhirnya
Sekris bisa menyelesaikan kata-katanya.
 
"HAAAAAAHHHHH?" semua orang pada ternganga. Nggak ada
kecuali. Pokoknya semua mulut pada terbuka lebar gitu deh.
"Masak sih, Kris?" Tanya Fiancy. Kelihatannya dia nggak
percaya kalau Natin bilang begitu. Mustahil aja kalau orang yang selama ini
selalu memberi semangat dan energi positif kok malah mengatakan kalau kita
nggak perlu loyal kepada perusahaan.
 
"Gue juga nggak yakin kalau Natin bilang gitu..." Aiti
menyambung.
"Nggak mungkin...." Mbak Aster dan Mrs. X kompakan dengan
komentar yang berbarengan.
"Kalau menurut gue sih, mungkin aja kali...." cuman Opri
yang nyantai aja. Kayaknya emang dia nggak terlalu pusing dengan semuanya itu.
"Mungkin aja dia udah bosen dengan pekerjaannya jadi office boy...." ceplosnya
lagi.
 
"Ya nggak mungkinlah Pri..." sanggah Aiti. "Orang dikasih
jabatan tinggi aja dia nolak kok.... Nggak mungkin orang seperti Natin sebel
sama pekerjaannya...."
 
"Iya tapi kenapa dia ngomong nggak usah loyal ke perusahaan
kalau emang dia suka sama pekerjaannya?" Balas Opri.
 
"Jangan-jangan...." Sekris mengacung-acungkan jari
telunjuknya... "Natin mau pindah kali ya....?"
 
"HAAAAAA? Natin MAU PIIINDAAAAH....."
Nah. Kalau itu urusan serius. Kalau sampai Natin pindah
ke perusahaan lain, mereka nggak tahu lagi deh. Bakal seperti apa masa depan
kubikal. Nggak kebayang aja menjalani hari-hari kerja tanpa penyemangat seperti
Natin. Mungkin suasananya akan kembali seperti masa-masa ketika Natin belum
datang. Boring. Dan dingin seperti kuburan.
 
"Elo yakin Natin bilang begitu Kris?" suara Jeanice
menghentikan semua respon histeris. "Elo salah denger kali..." lanjutnya.
"Gue nggak denger Natin bilang gitu Jean..." jawab
Sekris.
Langsung aja di 'huuuu...'-in lagi sama teman-temannya.
"Kalau elo nggak denger Natin ngomong gitu terus kenapa elo ngomong gitu....!"
beberapa potongan kertas yang digulung melayang kearahnya....
"Sudah, sudah... nggak perlu gitu-gitu amat kali..."
Jeanice kembali menengahi.
"Emang!" kata Sekris dengan nada membela diri. "Natin
nggak ngomong," katanya lagi. "Tapi dia menulisnya di white board hari ini."
 
Semua orang pada bengong.
Hampir nggak percaya kalau white board yang biasa
digunakan untuk menu hari ini penuh inspirasi dari Natin itu sudah berubah
fungsi menjadi alat provokasi.
"Ada orang lain yang nulisin kali?" Sergah Fiancy. Dia
masih nggak percaya jika Natin mengatakan itu.
"Nggak...deh Fi. Kita semua kan tahu tulisan Natin kayak
apa..." Sekris berusaha meyakinkan.
 
"Gue rasa ini memang masalah yang cukup serius," begitu
Jeanice menimpali. "Pak Presiden Direktur pasti marah kalau itu bener-bener
tulisan Natin."
 
Jeanice punya cukup alasan untuk mengatakan itu. Secara
perusahaan sedang gembar-gembor soal loyalitas karyawan, eh kok Natin malah ngomong
yang sebaliknya. Padahal, kata-kata Natin sering lebih bertuah daripada nasihat
dari top management.
 
"Ya udah... kita break dulu briefingnya..." kata Jeanice.
"Biar lebih jelas, kita sama-sama ke pantry aja. Sekalian kita lanjutkan
briefingnya disana sambil minum kopi...."
 
Tanpa diperintah dua kali, gerombolan itu langsung
bergerak menuju ke pantry. Mereka penasaran banget. Apa iya Natin mengatakan
agar karyawan tidak loyal kepada perusahaan.
 
Sesampainya di pantry, mereka melihat tulisan yang sangat
jelas di white board itu. Tidak ada yang meragukan jika itu benar-benar tulisan
Natin. Semua orang sudah hafal kok goresan-goresannya. Di white board itu
tertulis begini:
 
Menu hari ini:
TIDAK PERLU  LOYAL PADA PERUSAHAAN
BERIKAN SAJA
DEDIKASIMU YANG TERTINGGI
 
"Sekarang gue mengerti," kata Jeanice.
Semua orang menatap kearahnya. Sepertinya mereka berharap
Bu Super eh,...emmh... bos... ups... sahabatnya yang baru diangkat menjadi
supervisor itu bisa memberikan penjelasan.
 
Lalu dengan segenap daya cerna dan kedewasaannya Jeanice
menerangkan apa maksud kalimat itu. Kita memang sering sekali dijejali dengan
jargon-jargon soal loyalitas. Padahal kenyataannya, perlu dipikir ulang; apa
iya ada karyawan yang benar-benar loyal kepada perusahaan? Boss tertinggi pun
belum tentu. Malahan, banyak karyawan kelas atas yang sedemikian gampangnya
pindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Padahal, mereka selama ini
selalu berteriak-teriak soal loyalitas. Kenyataannya, mereka gampang tergiur
kok dengan iming-iming gaji lebih besar atau jabatan yang lebih tinggi di
perusahaan lain. Yang paling sering pindah kerjaan kan para boss kelas atas,
bukan pegawai rendahan kayak kita-kita.
 
Ada juga orang yang loyaaaaal banget sama perusahaan.
Tapi, itu terjadi karena nggak bisa menemukan perusahaan lain yang lebih baik.
Atau nggak tahu mesti kemana lagi mencari sesuap nasi. Apa itu yang disebut
loyalitas? Jujur deh pada dirimu sendiri. Apa iya ada loyalitas kepada
perusahaan dilubuk hatimu yang paling dalam.
 
Ada yang lebih parah lagi dari itu. Karyawannya sih loyal
banget sama perusahaan. Tapi dia tidak perform sama sekali. Emangnya perusahaan
butuh karyawan yang loyal tapi nggak perform? Yang ada kan perusahaan kepengen
banget 'membersihkan' orang kayak gitu. Banyak juga kan karyawan yang sudah
nggak kepake perusahaan. Tapi mereka loyal banget. Sampai nggak mau
mengundurkan diri.
 
Kata-kata Natin itu memang agak aneh. Mungkin juga bisa
menimbulkan kontroversi. Natin dengan tegas mengatakan bahwa karyawan itu tidak
perlu loyal kepada perusahaan. Sungguh bertolak belakang dengan pidato,
pengarahan maupun nasihat-nasihat para pemimpin perusahaan. Para motivator pun banyak
yang dengan gigih dan gagah beraninya mengatakan itu di ruang-ruang seminar.
 
"Terus, apakah Natin nggak manantang management?" begitu
teman-teman menanyakan.
"Nggak," jawab Jeanice tegas.
Jeanice bisa memahami maksud Natin yang sebenarnya.
Ternyata, memang yang dibutuhkan oleh perusahaan dari karyawannya bukan
semata-mata soal loyalitas. Kalau pun elo pade mau keluar. Pindah ke perusahaan
lain, bahkan kompetitor sekalipun. Sungguh, perusahaan tidak bisa menghalangi.
Kalau mau keluar, ya keluar saja. Dan tidak ada yang bisa dipersalahkan soal
itu. Hak asasi. Jadi mesti dihargai.
 
Jadi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan dari
para karyawannya?
Bener sih, idealnya perusahaan mendapatkan karyawan yang
loyal. Tapi apa beneran ada karyawan yang bener-bener loyal. Kalau banyak
manager yang keluar masuk perusahaan, siapa yang jamin karyawan lain nggak begitu.
Kalau level direktur aja pindah-pindah juga terus dimana letak loyalitasnya.
Banyak juga yang kutu loncat, kan? Tapi apakah mereka salah? Nggak. Sah-sah
saja kok. Kan nggak ada yang bisa menghalangi. Apalagi sampai memberi sanksi.
 
Apa sebenarnya yang dibutuhkan perusahaan dari para
karyawannya?
Kata Natin DEDIKASI YANG TERTINGGI. Itulah yang lebih
dibutuhkan oleh perusahaan dari para karyawan. Percumeh, elo ngaku loyal tapi
kebiasaan datang ke kantor telat terus. Omong kosong elo bilang loyal tapi kalau
perusahaan bikin keputusan yang kurang menyenangkan elo kemudian mutung. Gak
ada artinya elo ngaku loyal, tapi di jam kerja elo ngerjain urusan lain yang
nggak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Berikan dedikasi elo yang tertinggi pada perusahaan. Maka
elo, nggak bakal menyia-nyiakan amanah yang diberikan perusahaan kepada elo.
Kata Natin, orang berdedikasi tinggi itu bisa diandalkan. Bisa diharapkan
kinerja terbaiknya tanpa mesti diawasi. Itulah yang lebih dibutuhkan oleh
perusahaan jaman sekarang. Kenape? Karena perusahaan tidak bisa lagi hanya
mengandalkan orang-orang yang loyal, kerja belasan atau puluhan tahun tapi
cuman bisa jadi benalu.
 
Kalau karyawan yang hanya komit kerja satu dua tahun tapi
selama masa kerjanya yang pendek itu sanggup mengerahkan semua dedikasi
terbaiknya... Oh, karyawan seperti itu yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dan
kepada karyawan yang berdedikasi tinggi kayak gitu juga perusahaan mau
memberikan imbalan yang lebih baik. Lihat. Perusahaan yang loyal kepada
karyawan. Bukan sebaliknya.
 
Natin bilang, karyawan nggak mesti loyal kepada
perusahaan. Tapi karyawan wajib, musti bin kudu berdedikasi tinggi. Maka dengan
dedikasi itu dia bisa berprestasi. Karena prestasi itu perusahaan sayang
kepadanya. Terus diberi reward yang memuaskan. Karena reward itu memuaskan,
maka karyawan itu makin betah kerja disana. Makanya dia nggak ada niat pindah
pindah. Ngapain pindah kalau disini kerjaan sudah bagus dan rewardnya juga
bagus? Dari komitmen cuman satu dua tahun, dia berdedikasi sampai sepuluh...
sebelas... bahkan puluhan tahun hingga nggak kerasa mencapai usia pensiun.
 
Kata Natin. Hanya dengan cara itu loh kita bisa menjalani
hari-hari kerja kita dengan penuh kepuasan. Yaitu kepuasan yang dilahirkan dari
dedikasi tinggi. Yang menghasilkan kinerja tinggi. Menyebabkan imbalan yang
tinggi. Lalu menciptakan ikatan batin yang tinggi antara karyawan dengan
perusahaan.
 
Jadi. Kata Natin. Nggak penting lagi dengan jargon soal
loyalitas itu. Sekarang, zamannya kita lebih mengedepankan dedikasi. Supaya kita
selalu terdorong untuk bekerja sebaik-baiknya. Dan menghasilkan laba yang lebih
baik buat perusahaan. Supaya perusahaan semakin sayang kepada kita. Sebab,
hanya dengan dedikasi tuch yang macam begitu bisa kita wujudkan. Bukan dengan
jargon loyalitas yang sulit dicari modelnya di dunia nyata.....
 
"Tapi kan Jean, semua perusahaan ingin karyawannya pada
loyal...." kata Sekris.
"Ingin?" Jeanice seolah mengharapkan penegasan.
"Iya dong Jean, semua perusahaan ingin karyawannya pada
loyal." Sekris menampakan wajah yang serius.
"Nah kalau begitu," jawab Jeanice. "Elo mesti belajar
membedakan antara keinginanan dan kebutuhan....." lanjutnya. "Ingin dan Butuh.
Bedakan."
"Maksud elo, sebenarnya semua perusahaan lebih
membutuhkan karyawan yang berdedikasi tinggi daripada yang sekedar loyal gitu?"
Fiancy menimpali.
"Pinter." Jeanice mengacungkan jempolnya.
 
Semua orang sedang pada manggut-manggut ketika pintu
pantry tiba-tiba terbuka.
"Waaaahhh... kalian ini gimana sih... waktunya kerja
malah bergerombol disini...." kata seseorang yang masuk.
"Kita bukan bergerombol Pak..." sergah Opri. "Kita lagi
briefing sama Bu Super... ehm... sama Jeanice..."
 
"Halah, mana ada briefing di pantry." Ketus Pak Mergy.
"Saya sudah kerja puluhan tahun disini. Nggak pernah ada tuch yang namanya briefing
di pantry...."

"Bapak orang yang loyal dong Pak...." kata Opri.
"Ooooo ihiyyya dooong.... saya ini loyal banget sama
perusahaan..... Loyyyal gitu loh." Pak Mergy menepuk dadanya dengan bangga.
"Loyal sih loyal Pak..." balas Opri. "Kalau nggak punya
dedikasi, mendingan ke laut aje kaleeee....."
"Weit! Sembarangan. Ya iyya toh!" Pak Mergy langsung
menjawab. "Saya ini orang yang paling berdedikasi diperusahaan ini...."
"Berdedikasi kok sering terlambat masuk kantor toh
Pak...." kali ini ucapan Opri benar-benar menohok.
 
Wajah Pak Mergy jadi agak merah... "Kalau soal itu sih...
eheh... harap maklumlah.. hehe..." katanya sambil nyengir.
 
Hooooooh…….
Orang-orang langsung merasa lemas…....  
 
Tiba-tiba
saja semua orang di kubikal menyadari bahwa loyalitas itu merupakan sebuah kata
yang indah untuk diucapkan.Digembar-gemborkan oleh semua
orang di perusahaan. Namun, pada kenyataannya hanya pemilik perusahaan yang
benar-benar loyal. Sedangkan para karyawan? Mau di level apapun. Dari staff
sampai Presiden Direktur sekalipun. Kalau perusahaan itu bukan miliknya
sendiri, belum tentu benar-benar memiliki itu yang namanya loyalitas yang
sebenarnya. Jadi, sekarang. Sudahlah. Berhenti berwacana soal loyalitas.
Karena, kalau ada tawaran yang lebih menarik dari perusahaan lainpun
kemungkinan kita akan pindah kok. Atau... kalau ada hal-hal yang mengecewakan
di perusahaan pun kemungkinan kita akan langsung menyebar CV kepada para head
hunter kok. Cukup soal loyalitas. Finitto. Tamatto. Sekarang, saatnya untuk lebih
banyak mencurahkan dedikasi kepada perusahaan.
 
Sejak hari itu. Orang-orang dikubikal berkomitmen untuk
memberikan dedikasi yang paling tinggi bagi perusahaan. Karena mereka percaya
jika dengan dedikasi itu, mereka bisa berprestasi tinggi. Dan dengan prestasi
tinggi itu, mereka akan mati-matian dipertahankan oleh perusahaan. Mungkin,
dengan begitu mereka bisa bekerja lama disana. Kalau bisa, sampai masa pensiun
tiba.  
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 27 September 2012
Leadership and Personnel
Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Meminta
karyawan untuk memberikan dedikasi tertingginya kepada perusahaan jauh lebih
masuk akal, daripada meminta mereka menjadi pekerja yang loyal.
 
Ingin
mendapatkan kiriman kisah inspiratif "Natin
& The Cubicle" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di   http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: