Artikel – Membagikan Ilmu Yang Kita Miliki
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Dari dulu, kita menghormati para guru. Bukan karena jabatannya. Bukan juga karena uangnya. Melainkan karena ilmunya. Meski kedudukan kita lebih tinggi, kita tetap menghormati mereka. Meski kekayaan kita lebih banyak, rasa hormat itu pun tetap ada. Begitulah orang-orang berilmu memiliki tempat teristimewa dihati kita. Penghormatan kita kepada seseorang tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat profesi, posisi, maupun kepemilikan. Implikasinya, siapapun bisa mendapatkan penghargaan yang sama selama bisa berkontribusi dengan ilmunya. Sekalipun tidak berprofesi sebagai guru, kita pun bisa mendapatkan kemuliaan seperti yang didapatkan oleh para guru itu. Syaratnya sederhana saja, yaitu; membagikan ilmu yang kita miliki.
Banyak orang yang tidak berprofesi sebagai 'guru', namun memainkan peran penting layaknya para guru. Bahkan boleh jadi, kemuliaan sesungguhnya adalah milik mereka yang bukan guru – namun bersedia berbagi ilmu seperti mereka itu. Mereka yang berbagi ilmu tanpa menuntut bayaran, tentu lebih pantas mendapatkan imbalan dari sisi Tuhannya. Janggal sekali jika orang yang menetapkan tarip – saya yang trainer ini misalnya – masih menuntut pahala yang banyak. Bukankah transaksinya sudah selesai ketika klien saya setuju untuk membayar fee training sesuai dengan tarip saya? Justru orang-orang yang bukan trainer atau guru itu lebih patut mendapatkan kemuliaan. Yaitu, mereka yang tanpa embel-embel atau syarat ini-itu bersedia berbagi ilmu kepada siapa saja yang membutuhkan. Rumitkah melakukannya? Tidak juga. Cukup dengan 2 aspek saja. Pertama, memiliki ilmu. Ilmu apa? Ilmu apapun yang bermanfaat. Kedua, bersedia untuk membagi ilmu itu. Berbagi kepada siapa? Kepada siapapun yang dapat mengambil manfaatnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membagikan ilmu yang kita miliki, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Sekecil apapun, ilmu tetaplah ilmu. Begitu banyak orang yang merasa dirinya tidak cukup berilmu. Padahal, setiap orang memiliki ilmu yang cukup untuk dibagikan kepada orang lain. Kita tidak harus meraih gelar akademis tinggi untuk memiliki ilmu. Tidak juga harus mengikuti training atau kursus yang mahal dan bergengsi. Kita hanya perlu menyadari bahwa didalam diri kita ada ilmu yang bermanfaat. Siapapun Anda, punya ilmu yang bisa Anda tebarkan. Sederhananya begini. Saat Anda kelas 5 SD, pelajaran kelas 5 mungkin terasa berat buat Anda. Tetapi, Anda kan masih bisa mengajari adik yang masih kelas 1 untuk sekedar belajar membaca? Ilmu membaca Anda sudah cukup untuk mengajari adik yang masih kelas 1 itu. Percayalah, ilmu apapun yang Anda miliki – jika itu baik – maka tentu akan berguna bagi Anda dan orang lain. Maka tidak perlu ragu untuk berbagi ilmu, karena sekecil apapun; ilmu adalah ilmu. Boleh jadi, disekitar Anda ada orang yang membutuhkan ilmu itu. Kongkritnya, sebagai seorang senior di kantor, Anda bisa menjadi pembimbing bagi karyawan baru yang bergabung di team Anda. Tampaknya memang sederhana. Tapi dampaknya? Tentu luar biasa. Cobalah pilih 1 orang saja di team Anda. Lalu Anda tekadkan untuk membagi ilmu Anda dengannya. Maka Anda akan kebagian keutamaan ilmu itu, melalui kemauan Anda untuk membagikannya kepada orang itu.
2. Ilmu membutuhkan pupuk untuk berkembang. Cobalah Anda simpan sendiri ilmu yang Anda miliki, maka ilmu itu sangat sulit untuk berkembang. Sebaliknya, semakin rajin Anda berbagi, semakin bertambah ilmu yang Anda miliki. Proses berbagi ilmu itu seperti pupuk yang menyuburkan tanaman. Tanpa pupuk, tanaman tidak bisa tumbuh subur. Dan tanpa proses membagikannya, ilmu yang kita miliki tidak bisa bertambah. Maka jika Anda ingin ilmunya bertambah, tidak ada cara lain selain membagikannya kepada orang lain. Mungkin bukan jumlah ilmunya yang bertambah. Melainkan derajat pemahaman kita kepadanya. Banyak ilmu yang baru kita pahami kulit luarnya saja. Namun ketika kita mempersiapkan diri untuk membagikannya, secara ajaib kita merasakan sel-sel otak dan hati kita bekerja untuk mendapatkan pemahaman yang semakin mendalam. Begitulah proses tumbuh kembangnya ilmu. Meski jumlah tidak bertambah, tetapi pemahaman kita kepadanya menjadi semakin mendalam. Dan itu, bisa kita dapatkan dengan memberinya pupuk berupa kesediaan untuk membagikannya kepada orang lain.
3. Ilmu adalah amanah untuk disampaikan. Tergetar hati saya beberapa waktu lalu ketika bertemu dengan seorang pria sederhana. Begini kalimat yang meluncur dari lidahnya; "Jangan sampai ilmu itu kita bawa mati, tanpa seorangpun bisa meneruskannya di muka bumi." Setiap kali kita mendapatkan tambahan ilmu, bisa jadi itu adalah pertanda semakin bertambahnya amanah yang dititipkan Tuhan untuk kita sampaikan. Sang Maha Berilmu tentu ingin agar ilmunya semakin banyak yang dikuasai oleh umat manusia. Maka ketika Dia mengajarkan kita tentang sebuah ilmu, kita berkewajiban untuk meneruskannya kepada orang lain. Guru kehidupan saya menasihatkan;"Sampaikanlah ajaran kebaikan meskipun hanya satu kalimat..." Anda, pasti memiliki begitu banyak ilmu. Apalagi menyimak deretan gelar yang tertera didepan atau belakang nama Anda. Dan itu, berarti ada begitu besar amanah yang diemban untuk meneruskan ilmu yang Anda miliki kepada orang lain. Bagaimana kalau profesi Anda bukan guru atau trainer? Itu jauh lebih baik lagi. Karena profesi bisa menjadi belenggu yang menghalangi ruang gerak Anda. Dan profesi bisa menjebak Anda pada tuntutan atas sejumlah uang. Jika klien Anda tidak setuju dengan tarip Anda, mungkin Anda akan batal membagikan ilmu itu. Begitulah kenyataannya. Justru orang seperti Anda bisa berbuat lebih banyak tanpa harus hitung-hitungan soal waktu dan jumlah ilmu yang ditebarkan. Sedangkan mereka yang masih meminta imbalan? Masih harus mencari cara lain untuk menunaikan amanahnya.
4. Mengambil peran dalam penyebaran ilmu. Tidak mudah untuk membangun rasa percaya diri. Banyak orang berilmu merasa bahwa ilmunya terlalu sedikit untuk dibagikan kepada orang lain. Ada juga yang berkata; I don't know how? Sekarang saya ingin mengajak Anda untuk melakukan hal sederhana ini; mulailah dengan cara 'meneruskan' ilmu yang Anda dapat dari orang lain kepada seseorang yang Anda kenal. Jika Anda baru belajar dari seseorang misalnya, Anda ceritakan pelajaran itu kepada satu teman di team Anda. Jika Anda baru megikuti sebuah training, cobalah ceritakan apa saja yang Anda dapat dari training itu kepada seseorang yang tidak mengikutinya. Atau jika Anda baru mendapatkan email berisi pelajaran bagus dari orang lain, forwardlah email itu kepada sahabat Anda. Dengan begitu, Anda mengambil peran dalam proses penyebaran ilmu. Perhatikanlah, Anda bahkan tidak harus menjadi sang pemilik ilmu untuk mengambil peran itu. Jika Anda masih merasa sulit untuk mengajarkan ilmu yang Anda miliki, maka cara ini dapat Anda gunakan sebagai langkah awalnya. Jika seumur hidup Anda tetap hanya bisa menjadi penyampai pesan? Apa masalahnya? Toh Anda sudah melakukan kebaikan itu sepanjang usia Anda. So, tidak ada ruginya, bukan? Bahkan tugas para Nabi pun adalah menyampaikan pesan Tuhan. Mengapa kita tidak menirunya untuk menjadi penyampai pesan nilai-nilai kebaikan yang sempat singgah keranah pengetahuan kita?
5. Ilmu adalah peninggalan yang dibawa pulang. Peninggalan yang dibawa pulang? Rada aneh, ya. Ditinggalkan, tapi dibawa pulang. Begitulah sifat unik ilmu. Anda bisa meninggalkan ilmu itu ditempat manapun yang pernah Anda singgahi. Tapi, ketika tiba kembali di rumah, ilmu itu masih tetap melekat didalam diri Anda. Dan pada saat yang sama menjadi peninggalan berharga di tempat yang baru saja Anda tinggalkan. Pulang, bukan sekedar bermakna tempat tinggal dialam fana. Melainkan tempat dimana kesejatian berbaur dengan keabadian. Orang-orang yang pulang sambil meninggalkan ilmu yang bermanfaat beroleh peluang untuk mendapatkan aliran pahala terus-menerus. Khususnya jika ketika melakukannya tidak dibatasi oleh batasan-batasan tansaksional, hingga seluruh pahalanya utuh. Itu adalah imbalan bagi mereka yang meninggalkan ilmu. Apakah yang ditinggalkan itu ilmu miliknya pribadi. Ataukah yang diteruskannya dari seseorang kepada orang berikutnya. Semuanya akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Maka tenteramlah orang-orang yang selama hidupnya bersedia untuk berbagi ilmu. Karena setiap ilmu yang dteruskannya kepada orang lain seperti sebutir biji yang terus tumbuh dan berkembang. Laksana saham yang harganya terus menanjak naik. Dia akan terus menjadi miliknya, selama orang-orang yang ditinggalkannya di dunia terus menggunakannya untuk kemanfaatan kehidupan mereka. Maka tinggalkanlah sesuatu untuk dibawa pulang, lewat ilmu yang Anda teruskan.
Coba bayangkan seandainya setiap orang di kantor Anda menyadari bahwa masing-masing memiliki ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Lalu masing-masing menyediakan diri untuk saling berbagi dengan temannya. Saya, tidak sedang berbicara teori. Proses inilah yang dulu ketika masih bekerja sebagai seorang profesional saya fasilitasi didalam team yang saya pimpin. Menakjubkan sekali. Setiap orang bisa menjadi guru bagi orang lain, tanpa mengharapkan imbalan. Senior dan junior bisa saling berbagi ilmu. Bahkan seorang atasan bisa berguru kepada bawahan. Karena soal ilmu, tidak ada kaitannya dengan kedudukan. Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang layak untuk dimuliakan. Maka jika Anda ingin dihormati oleh kolega dan atasan Anda, mulailah sekarang juga untuk berbagi ilmu yang Anda miliki kepada rekan-rekan dikantor Anda. Dan Anda akan tahu, bahwa; keutamaan ilmu bukanlah monopoli para guru.
Mari Berbagi Semangat!
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership" (Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Kecendekiawanan seseorang tidak terletak pada deretan gelar yang menempel pada namanya, melainkan kepada penggunaan dan kemanfaatan ilmu yang dimilikinya.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
__._,_.___
Jika hendak unsubscribe/keluar dari Mailing list ini, dapat dilakukan dgn mengirimkan email kosong ke alamat: sintesa-resourcing-unsubscribe@yahoogroups.com
MARKETPLACE
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment