Tuesday, October 16, 2012

[Bisnis-Karir] Tips Penggunaan Uang Untuk Modal Usaha

 

Jika tampilan email ini kurang baik, silahkan klik di sini..

Pada umumnya, ketika seseorang memiliki sejumlah uang yang dialokasikan untuk usaha, dia cenderung ingin cepat-cepat menggunakan uang tersebut guna belanja modal. Padahal risikonya, kalau bisnis tidak jalan, usaha macet, maka uang itu pun amblas. Bahkan apabila uang pribadi tidak dipisah dari uang usaha, atau modal yang dipakai berasal dari hasil berhutang, bisa-bisa dia akan jatuh miskin secara seketika. Sungguh menakutkan, bukan?

Dihantui oleh hal-hal sedemikian, kalangan terpelajar yang sewaktu sekolah sudah terbiasa dijejali dengan rumus-rumus, selalu berharap bahwa akan ada sebuah rumus bisnis yang bisa menjamin keamanan mereka jika terjun ke dunia usaha. Sebuah rumus yang dengan itu mereka akan meraih untung terus-menerus. Atau, kalau itu terdengar absurd, gak masuk akal, ya oke lah, paling tidak kalau gagal jangan sampai bangkrut. Jangan sampai miskin, apalagi kalau sampai dikejar-kejar debt collector.

Karena sampai sekarang rumus seperti itu belum pernah ditemukan, banyak peminat bisnis kalangan menengah yang jadi maju mundur ketika bersiap-siap terjun ke dunia usaha. Terombang-ambing di antara keinginan dan kengerian. Umumnya mereka jadi berpikir lagi: "Jadi bisnis nggak ya? Jadi..nggak ..jadi.. nggak…? Ah, nanti dulu.. Nanya-nanya dulu.. Survei dulu.. Ikut seminar dulu.. Cari mentor dulu.." dan seterusnya, dan seterusnya.

Kabar gembiranya adalah: rumus itu sebenarnya ADA!

Ada sebuah formula yang sudah dikenal oleh para wirausahawan senior, yang dapat menjamin seorang pebisnis pemula tidak akan mengalami kehancuran finansial bila ia gagal. Saya menamakan formula atau rumus tersebut dengan istilah "ARIFIN" kependekan dari "Alih Risiko Finansial". Bagaimana persisnya?

Tentu tak bisa dipungkiri bahwa kalau kita mau buka usaha, pasti ada sejumlah uang yang dibutuhkan. Entah untuk biaya modal, untuk biaya-biaya penunjang atau untuk mengongkosi operasional perusahaan. Kalau jumlahnya tidak banyak, mungkin kita akan "meramkan mata saja" sambil merogoh kocek untuk mengeluarkan dana yang diperlukan. Tapi kalau jumlahnya besar, bahkan sangat besar sehingga jumlah total tabungan pribadi kita pun tidak mencukupi, lantas bagaimana?

Sebagian orang menganggap persoalan demikian sebagai momentum untuk segera meminjam uang ke bank atau ke rentenir. Mereka yang sudah terobsesi dengan jargon bahwa usahawan itu harus berani ambil risiko, serta yang sudah benar-benar terindoktrinasi bahwa berhutang itu mulia, dengan gagah berani berupaya mengambil pinjaman dana ke berbagai pihak. Tidak bisa ke bank, ke rentenir pun jadi. Bunga tinggi? Gak masalah, itu risiko bisnis!

Nah, menurut paradigma ARIFIN, sikap seperti itu tidaklah tepat. Karena, untuk memulai suatu bisnis, yang diperlukan bukanlah uang semata-mata, melainkan satu atau beberapa jenis sumber daya yang bentuknya bisa bermacam-macam. Sumber-sumber daya yang memiliki daya jual, antara lain adalah: "kompetensi" (keahlian, keterampilan), "jaringan" (networking, relasi, koneksi dan semacamnya), "informasi" (peluang-peluang yang belum diketahui pihak lain), "invention" (penemuan baru) atau "ide" (gagasan yang orisinil). Saya berani menyatakan bahwa jenis-jenis sumber daya tersebut jauh lebih penting dari pada ketersediaan modal uang semata.

Kalau ada kebutuhan modal keuangan yang tak terhindarkan, yang jumlahnya besar sehingga risikonya pun besar, alangkah baiknya kalau kita alihkan risiko finansial itu kepada orang lain. Tentu yang dimaksud dengan orang lain di sini adalah mereka yang benar-benar memiliki kedigdayaan dalam soal finansial. Mereka yang berpredikat "Potential Investor". Inilah esensi dari formula ARIFIN tadi, dan itu pula yang dimaksud oleh Aristotle Onassis dengan trik bisnisnya yang disebut OPM (Other People's Money).

Salah satu contoh kasus adalah ketika pada tahun 2000 saya dan tim menciptakan sebuah perangkat lunak berbasis internet, dan kemudian menawarkannya kepada sebuah grup perusahaan di Jakarta. Melalui sebuah negosiasi, ternyata perangkat lunak tersebut mampu memberi nilai finansial sebesar Rp. 400 juta (12 tahun lalu), di mana sang pemilik perusahaan kemudian mengontribusikan lebih jauh uangnya Rp.600 juta, sehingga terbentuklah sebuah perusahaan kerjasama dengan modal awal senilai Rp. 1milyar.

Selama satu dekade terakhir, saya beberapa kali mendatangi perusahaan-perusahaan orang lain untuk menawarkan kemitraan berbekal sumber-sumber daya non-uang di atas. Hasilnya, sungguh menggembirakan. Tidak perlu modal bahkan kita dimodali, tidak perlu bayar sesuatu bahkan kita dibayar dimuka, dan yang terpenting, semua itu berjalan dengan suasana menyenangkan dan terhormat. Percaya atau tidak, bisnis demikian berpotensi meraup revenue milyaran rupiah!

Salah satu kunci keberhasilan dari bisnis berkonsep ARiFIN adalah kepiawaian kita dalam menulis sebuah proposal yang betul-betul menjual. Apa dan bagaimana seluk beluk membuat proposal yang menjual, mudah-mudahan akan dapat saya paparkan pada kesempatan berikutnya. (rh).


Rusman Hakim
Pengamat, Praktisi dan Konsultan Kewirausahaan
Email: rusman@media-wirausaha.com, rusmanjh@yahoo.com
Mobile: +62 816 144 2792, PIN BB: 2228.CCF3


__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
Bergabunglah dengan milis lainnya:


Manajemen-Industri-subscribe@yahoogroups.com  ==> Manajemen Industri

Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com ==> Kursus Bahasa Inggris

PONSEL-INDONESIA-subscribe@yahoogroups.com ==> Telpon selular

HRD-POWER-subscribe@yahoogroups.com ==> Milis HRD

Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com ==> Lowongan kerja luar negeri dan
beasiswa

Komputer dan Teknologi:

http://tech.groups.yahoo.com/group/KOMPUTER-TEKNOLOGI/

Manajemen produksi/operasi/supply chain/logistik:

http://finance.groups.yahoo.com/group/APICS-ID/
.

__,_._,___

No comments: