Natin #47: Kamera Pengawasan
Ini
adalah hari ke-14 sejak orang-orang di kubikal pada mengirimkan CV untuk
lowongan supervisor yang diumumkan oleh Admin HRD. Sampai detik ini, belum ada
kabar apapun. Padahal selama 14 hari ini semua orang pada menunggu dengan
gelisah. Menanti dengan harap-harap cemas keputusan managemen untuk memanggil
mereka memasuki tahap seleksi berikutnya.
Meskipun
semua aktivitas di kubikal berjalan seperti biasanya, namun kondisi disana
tidak bisa dibilang normal. Soalnya, sekarang mereka sedang memperebutkan
posisi yang tidak mungkin sama jumlahnya dengan orang yang menginginkannya.
Nggak apa-apa juga sih. Selama persaingan berjalan secara sehat dan sportif,
kayaknya nggak ada jeleknya juga. Malahan bisa jadi lebih bagus buat perusahaan
dan bagi diri mereka sendiri.
Banyak
sekali perubahan yang terjadi sejak Natin bilang kalau CV itu merupakan rangkuman dari perilaku terbaik
kita dalam pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari. Semua orang tampaknya ingin
sekali memperbaiki CV-nya masing-masing. Maka dalam 14 hari terakhir ini mereka
berlomba-lomba menunjukkan perilaku terbaiknya. Kayaknya sih, semua orang pada
berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sejak saat itu. Contohnya
aja nih ya. Komputer, nggak ada lagi yang dibiarkan menyala ketika mereka
sedang pada makan siang. Padahal, biasanya sih susah banget tuch mengingatkan
mereka soal itu.
Semua
orang di kubikal dapat merasakan perubahan itu. Sekalipun begitu, mereka merasa
ada satu perubahan yang belum bisa didefinisikan. Mereka merasakannya, namun
belum tahu apa bentuknya. Perasaan ada yang lain deh disini. Tapi nggak tahu
apa.
Kalau
cuman satu dua orang yang mersakan hal itu, mungkin itu cuman perasaan biasa
yang bisa diabaikan kali ya. Tapi, ini sih nggak seperti itu. Hampir semua
orang merasakan adanya keanehan itu. Tapi apa ya? Belum ada yang tahu.
Mungkin
sudah ada 2 atau 3 kali diskusi yang mereka lakukan untuk menemukan jawabannya.
Namun, tidak juga berhasil. Padahal segala hal sudah mereka analisa dari A
sampai Z. Hasilnya tetap nihil. Akhirnya mereka menyerah. Dan tidak lagi
berusaha untuk mencari tahu apa sih kejanggalan yang sedang mereka rasakan itu.
Tepat
jam 12. Mereka sudah pada bersiap-siap untuk turun makan siang. Tapi kali ini
mereka janjian untuk pergi sama-sama. Nggak tahu kenapa ya. Pokoknya lagi
kepengen kompakan aja deh kayaknya. Mereka yang sudah selesai pada berdiri di
kubikalnya masing-masing. Karena hampir semua orang sudah pada siap pergi,
mereka pun mulai bergerak menuju ke pintu kaca yang menghubungkan ruang kubikal
dengan lorong menuju pintu utama di lobi.
Di
pintu kaca itu mereka berhenti. Soalnya, Fiancy masih juga belum berdiri. "Buruan
dong Fi…" teriak Aiti.
"Iya,
bentar lagi juga selesai…" balas Fiancy. Perasaan dia sudah ngomong begitu
sejak lima menit yang lalu. Tapi kenyataannya nggak kelar-kelar juga.
"Udahlah
Fi, elo kerjain lagi nanti," teriak Opri "Kasian nih si Sekris udah kelaparan…."
Sekris
merengut. Tapi emang bener sih. Dia udah laper banget. Maklum. Ada banyak ruang
kosong di pipinya yang embem. Karena nggak bisa membela diri, Sekris cuman bisa
memonyongkan bibirnya. Lalu memutar-mutar bola matanya ke atas dan ke bawah.
Pas
melihat keatas itu, mata Sekris tertuju pada sesuatu yang bertengger di pojok
langit-langit. Benda berwarna hitam seukuran cangkir terbuat dari semacam fiber
atau kaca. Di permukaan benda itu ada beberapa titik berwarna merah membentuk
lingkaran. Saking penasarannya, Sekris tidak
melepaskan tatap matanya pada benda itu. Hal itu membuat semua orang di kubikal
jadi ikut penasaran. Lalu mereka mengikuti kearah mana Sekris melihat.
Ada
benda aneh menempel disitu.
"Apaan
tuch…?" kata orang-orang.
"Itu
kan…." Opri menjawab dengan suara yang tak kalah kagetnya. "…kamera CCTV…"
lanjutnya.
"Disana
juga ada lagi…" Teriak Jeanice sambil menunjuk ke pojokan lainnya. Setelah
memandang berkeliling, mereka menemukan sekurang-kurangnya 4 benda yang aneh
itu di seluruh ruangan kubikal.
"Sejak
kapan disini ada kamera CCTV ya?" Fiancy yang sedari tadi masih duduk ikut
berhenti bekerja.
"Waahhh…
gile… kita diawasi…" kata Opri setengah protes.
"Kenapa?
Elo nggak suka, Pri?" Tanya Jeanice.
"Jelas
dong!" hardik Opri. "Kok nggak percaya banget sih mereka. Kita kan kerja sudah
bener!" Mulai lagi deh. Kalau dia sudah nyerocos panjangnya menyaingi kereta
api.
"Menurut
gue sih, wajar aja kok Pri…" Aiti menimpali. "Perangkat itu kan sudah biasa
digunakan dimana aja."
"Iya,
tapi masak sih kita sampai diawasi kayak gitu segala," sergah Opri.
"Emang
sih, CCTV itu bisa digunakan untuk berbagai tujuan. Ada yang untuk melakukan
pengawasan. Ada juga yang untuk menjaga keamanan. Bergantung tujuannya juga sih…"
balas Aiti.
"Lha,
ini tujuannya buat apa kalau nggak untuk mata-matain kita-kita? Iya nggak
teman-teman?" Opri memandang berkeliling.
Ketika
mereka sedang sibuk berdebat, Fiancy sudah siap mematikan komputernya. Satu
persatu file yang sedang terbuka ditutupnya. Sudah waktunya istirahat dan
meneruskan perdebatan itu sambil makan siang. Di layar komputernya sekarang
tinggal satu window yang masih terbuka, yaitu window email kantor. Tinggal klik
di tanda silang, semuanya sudah beres.
Tepat
ketika mouse Fiancy bergerak ke tanda X itu, dia melihat ada email baru yang
masuk. Judulnya mencolok sekali: "SELEKSI TAHAP KEDUA SUDAH SELESAI DILAKUKAN"
. Fiancy pun segera memanggil teman-temannya.
Hah?
Seleksi tahap kedua sudah selesai dilakukan? Perasaan mereka baru mengirim CV,
kok sudah selesai di tahap kedua? Semua
orang pada penasaran. Padahal mereka baru melihat judul email itu.
Jangan-jangan… ada beberapa teman kita yang sudah dipanggil oleh management.
Tapi masih pada merahasiakan.
Seketika
itu juga semua orang di kubikal pada melihat teman-teman yang lainnya. Yang
pertama mendapat giliran di pelototi adalah Sekris. Dia langsung mundur sambil
menggelengkan kepala. Berikutnya Jeanice. Dia juga langsung bilang 'tidak'.
Satu demi satu orang-orang itu mengatakan hal yang sama. Berarti tak seorang
pun dari pelamar internal yang mendapatkan kesempatan mengikuti tahap seleksi
kedua.
Kekecewaan
jelas sekali terpampang di wajah mereka. Nggak nyangka aja kalau management
sama sekali nggak melihat potensi karyawan di dalam organisasi sendiri. Sampai-sampai
tak satupun dari pelamar itu yang masuk kualifikasi. Kekecewaan itu juga
membuat mereka penasaran, apa sih seleksi tahap kedua itu?
Semua
orang bergerombol di depan komputer Fiancy. Tidak sabar ingin melihat isi
pesannya. Lalu Fiancy pun mengklik email itu sehingga sekarang, mereka bisa
membacanya secara terang benderang. Email itu dari Admin HRD yang menerangkan
tentang seleksi tahap kedua yang dilakukan dengan metode 'observasi'. Rupanya,
kamera cctv yang ada di ruangan itu memang sengaja di pasang untuk
mengobservasi perilaku kerja mereka sehari-hari. Jadi, tanpa disadari, selama
dua minggu ini diam-diam mereka disorot oleh kamera dan dinilai perilaku
kerjanya.
"Yah… kenapa
kita nggak dikasih tahu sih…" protes Aiti….
Semua
orang merasa terwakili oleh kegelisahan Aiti. Tapi, semuanya juga tahu kalau hal
itu nggak mungkin banget. Pastinya managemen pengen melihat perilaku yang sesungguhnya.
Nggak yang dibuat-buat begitu. Jadinya semuanya alami gitu deh.
Tepat
ketika mereka selesai membaca email itu. Datang lagi email kedua. Judulnya: Kamera
CCTV Didalam diri. Mereka buru-buru meminta Fiancy membukanya. Dibagian atas
isi email itu tertulis begini:
INDAHKAN PERILAKU KERJAMU SEHARI-HARI
MAKA REKAM JEJAKMU PASTI BAIK
Kalimat
itu diikuti oleh beberapa paragraf lain dibawahnya.
Kebanyakan
orang kan selalu pengen terlihat bagus dihadapan atasannya. Makanya, kalau ada
atasan mereka bekerja dengan baik. Tapi, ketika atasannya nggak ada? Mereka
kembali kepada kebiasaannya seperti sedia kala. Asal-asalan aja.
Di
kubikal, orang masih bisa sembunyi-sembunyi melakukan sesuatu yang tidak
sepatutnya. Apa lagi kalau sudah mendapatkan ruangan sendiri. Siapa yang bisa
mengawasi? Kan nggak ada. Sedangkan atasan kan nggak mungkin selalu ada
disamping kita untuk mengawasi kualitas kerja kita. Diawasi oleh kamera juga
belum tentu membuat kita senang. Malah kita merasa tidak bisa dipercaya.
Beda
banget dengan orang yang bekerja bukan karena diawasi oleh atasannya. Ada atau
tidaknya atasan, nggak berpengaruh kepada kinerja mereka. Jelas sekali kalau
orang-orang seperti ini bisa menjalankan amanah atas kesadarannya sendiri.
Makanya, kepada mereka bisa diberikan tanggungjawab yang besar. Karena terbukti
kalau selama ini mereka sudah bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya
meskipun tidak diawasi.
"Mau
pada makan dimana anak-anak?" suara Pak Mergy memecahkan kebekuan.
"Biasa
Pak, di amigos aja…" jawab mereka.
"Tumben,
hari ini kok Bapak nggak makan lebih awal…" celetuk Opri.
"Heheh..
anu Pak Presiden Direktur sedang ada di tempat," polos Pak Mergy. "Nggak enak
kalau makan siang keawalan…." Tambahnya.
Hooooooh…….
Orang-orang langsung merasa lemas…....
Tiba-tiba
saja semua orang di kubikal menyadari bahwa setiap orang mempunyai
tanggungjawab untuk menjalankan amanah yang dipikulnya. Bukan karena diawasi
oleh seseorang. Bukan pula karena ada kamera yang merekam gerak gerik mereka.
Tapi karena kesadaran bahwa dengan menerima pekerjaan itu, mereka berkomitmen
untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Gaji yang mereka terima kan tidak gratis. Melainkan
imbalan dari pekerjaan yang mereka lakukan. Kalau kerjaan kita nggak baik,
jangan-jangan kita nggak berhak menerima gaji sejumlah itu.
Apalagi
jika mereka menyadari kalau selama ini Tuhan mengawasi tanpa sedetik pun
berhenti. Rasanya nggak mungkin bisa sembunyi dari pengawasan melekat itu. Mau
melakukan kecurangan sedikit pun, pasti terekam dalam kamera Tuhan. Jadi, nggak
ada lagi tuch kesempatan untuk sembunyi-sembunyi sambil melakukan sesuatu yang
nggak sepatutnya. Sejak saat itu, mereka bertekad untuk menjalankan amanah
pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dan menjaga diri agar bisa menjadi
pribadi-pribadi yang memiliki perilaku agung.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 17 Juli 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Tidak usah
takut dirugikan oleh siapapun, soalnya setiap tindakan baik dan buruk kita
selalu terekam jelas dalam kamera pengawasan Tuhan.
Ingin
mendapatkan kiriman kisah inspiratif "Natin
& The Cubicle" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak
berkurang karenanya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
[Non-text portions of this message have been removed]
+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
No comments:
Post a Comment