Thursday, November 8, 2012

[Bisnis-Karir] L#24: Menjadi Pemimpin Pujaan

 


L#24: Menjadi Pemimpin Pujaan
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Dipromosi itu memang menyenangkan. Tidak ada yang meragukan hal itu. Tapi, rasa senang itu bisa berkurang jika tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang yang nanti akan kita pimpin. Dalam banyak kasus, orang dipromosi sering menghadapi tantangan seperti itu. Ada saja yang menilainya 'masih terlalu muda'. Atau masih minim dengan pengalaman. Atau, bahkan mempertanyakan; kenapa dia yang dipromosikan. Tidak heran jika para pemimpin baru kadang berhadapan dengan rintangan dan kesulitan yang secara sengaja dibuat oleh orang-orang yang dipimpinnya. Ketika dipromosi bahagia sekali. Tapi ketika mulai menjalankan tugas itu, dada mulai terasa sesak. Anda, pernah mengalami situasi seperti itu? Tenang saja. Pemimpin yang sudah lama pun masih banyak yang begitu kok. Bagaimana kalau sekarang kita cari jalan keluarnya?
 
Setiap orang mempunyai pengalaman hidup yang unik, dan tak terlupakan. Demikian pula halnya dengan Ayah saya. Beliau menceritakan salah satunya kepada saya. Ketika itu, beliau tengah berkunjung ke Yogyakarta. Dalam kesempatan yang luang, beliau bermaksud berjalan-jalan menikmati suasana Jogja. Saya membayangkan beliau bersenandung sambil melangkahkan kakinya. Ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu. Tiap sudut menyapaku bersahabat. Penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgi. Saat kita sering luangkan waktu. Nikmati bersama suasana Jogja. Dipersimpangan jalan kuberhenti. Ramai kaki lima. Menjajakan sajian khas berselera. Orang duduk bersila. Musisi jalanan mulai beraksi. Seiring laraku kehilanganmu. Merintih sendiri ditelan deru kotamu.

Saat berjalan-jalan itu, beliau mengenakan baju batik bergambar bunga-bunga. Dan. Dilengkapi sebuah topi yang lebar. Memang, Jogja memilik daya pikat tersendiri. Terlebih bagi Ayah saya. Kenangannya melampaui senandung Kla Project yang legendaries itu. Ketika sedang asyik berjalan melarak dan melirik kekanan dan kekiri…. Secara tiba-tiba ada seorang lelaki yang tergopoh-gopoh. Lalu. Yang sangat mengejutkan Ayah. Lelaki berpakaian rapi itu langsung berlutut dihadapan Ayah saya!
 
Waktu seperti berhenti berputar untuk sesaat. Tidak pernah dalam hidup Ayah dihadapkan pada situasi seperti itu. Meskipun cukup banyak orang yang menghormati guru senior seperti dirinya, namun tidak pernah ada yang sampai menyembah seperti itu.  Setelah menarik beberapa nafas panjang, Ayah baru menyadari jika orang itu telah keliru mengira dirinya sebagai seorang ningrat keraton. Dengan tubuh tinggi semampai dan kumis tipisnya, memang sekilas penampilan Ayah seperti para pengeran di zaman silam. Tapi, di abad ini? Masih ada orang yang berlutut dihadapan pemimpinnya di dipinggir jalan. Oh. Menakjubkan sekali.
 
Dimasa lalu. Khususnya di masa kerajaan. Para pemimpin sering dianggap titisan dewa. Maka rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya secara sukarela mengabdi kepada mereka. Pemimpin tidak dipilih oleh rakyat. Melainkan diturunkan oleh Sang Penguasa jagad untuk mewakili keberadaannya. Maka menyembah pemimpin itu perlambang penyembahan kepada Sang Pencipta. Kesetiaan para abdi dalem, seperti cinta yang tidak mengenal batas. Cinta tanpa syarat yang mengalir didalam setiap urat dan tulang-tulang tubuhnya. Cinta yang diiringi dengan ketulusan sepenuh hati. Sampai hari ini. Cinta yang melambangkan betapa seorang hamba menyerahkan diri pada pilihan Dewa. Dan karenanya, pengabdian itu merupakan bagian dari ibadahnya. Begitu dimasa kerajaan. Dimana kepatuhan berkaitan langsung dengan iman.
 
Dizaman sekarang, pemimpin itu tidak dipilih oleh Dewa. Apalagi titisan mereka. Para pemimpin kebanyakan adalah para penjaja diri. Jika para pedagang di jalan-jalan Jogjakarta menjajakan sajian berselera. Para pemimpin masa kini menjajakan dirinya sendiri agar rakyat mau mencontreng tanda gambarnya dibilik pemilihan umum. Maka sang pemilik kekuasaan sesungguhnya sama sekali bukanlah mereka. Melainkan rakyat yang memilihnya. Jadi, jika jabatan itu bukan miliknya. Bukan juga titipan dewa. Melainkan titipan rakyat untuk dijalankannya. Maka mengabdi kepada pemimpin di zaman sekarang adalah mengabdi kepada diri sendiri.
 
Bagaimana dengan para pemimpin di kantor? Apakah sebagai seorang pemimpin di kantor Anda adalah titisan Dewa? Bukan. Pilihan orang-orang yang Anda pimpin? Juga bukan. Dewa kemungkinan tidak memiliki kepentingan dengan bisnis kita. Orang-orang yang Anda pimpin juga kemungkinan tidak terlampau menginginkan kita menjadi pemimpin bagi mereka. Dimata mereka, mungkin saja kita dinilai sebagai produk gagal pilihan para pengambil keputusan. Lha, kok orang seperti itu yang diangkat jadi manager, misalnya. Kita tidak tahu pasti. Namun, kita bisa mengukurnya sendiri. Gampang saja caranya; lihatlah apakah ketika kita memimpin, mereka menjadi lebih rajin dari sebelumnya. Dibawah kepemimpinan kita, apakah mereka lebih giat dalam bekerja. Saat kita memimpin, apakah mereka lebih berdisiplin, lebih berkinerja, lebih bertanggungjawab, dan lebih bergairah. Jika jawabannya tidak, maka sudah bisa dipastikan jika kita; bukanlah pemimpin yang mereka inginkan. Maaf ya. Who do you think you are?
 
Dizaman kerajaan, pemimpin yang dzolim dan semena-mena pun tetap disembah. Maklum titisan dewa. Mau berbuat apapun dia punya kuasa. Di pemerintahan, pemimpin yang dipilih rakyat tidak bisa lagi melestarikan kekuasaannya jika semena-mena. Jikapun tidak digulingkan, dia tidak akan dipilih lagi untuk masa jabatan berikutnya. Kalaupun entah bagaimana caranya dia terpilih lagi, dia akan duduk dimenara gading yang penuh dengan cemooh dan sumpah serapah dari rakyatnya. Maka hidupnya pun tidak lagi berkah. Bahkan, tidak sedikit yang mesti pindah dari ruang kerja yang serba wah itu menuju ke sel berdinding jeruji besi seiring berakhirnya masa jabatannya.
 
Dikantor, bagaimana? Setiap orang mempunyai kesetaraan. Maka semua orang punya peluang untuk duduk di kursi empuk jabatan tinggi itu. Yang membedakan adalah kemampuannya dalam bekerja dan kedekatannya dengan pengambil keputusan. Hanya itu syarat utama untuk naik jabatan. Setiap kali seseorang naik jabatan, sebenarnya kebanyakan orang tidak menyukainya. Termasuk mereka yang paling antusias menyalami dan mengucapkan selamat kepadanya. Kenapa? Karena sampai saat itu mereka belum melihat kepantasan dia menduduki jabatan itu. Mereka, masih merasa bahwa dirinya lebih pantas daripada orang itu. Jika Anda dipromosi, milsalnya. Setiap orang masih mempertanyakan jika Anda benar-benar orang yang tepat untuk jabatan itu. Begitu juga ketika orang lain yang dipromosi. Didalam hati Anda muncul sebaris kalimat ini; gue juga tidak kalah bagus darinya, kenapa bukan gue yang mendapatkan jabatan itu.
 
Untuk menjadi raja, Anda hanya butuh darah berwarna biru. Untuk menjadi pejabat publik, Anda hanya perlu berkampanye. Tidak lebih dari itu. Tapi untuk menjadi pemimpin di team kerja, Anda tidak bisa menggunakan warna darah dan kampanye seperti itu. Anda membutuhkan kompetensi a.k.a kemampuan dalam mengelola team yang Anda pimpin. Darah biru gampang dibuktikan, melalui silsilah. Kampanye gampang dilakukan melalui berbagai macam publisitas, retorika, atau iming-iming. Kemampuan untuk memimpin team kerja? Tidak semudah itu. Kita, tidak terbukti mampu; karena menjabatnya saja belum kok. Jadi, wajar jika Anda menemukan beberapa anak buah Anda meragukan kemampuan diri Anda dalam memimpin mereka. Anda pun akan bersikap sama ketika managemen menentukan seseorang untuk memimpin Anda.
 
Jadi bagaimana dong caranya agar mereka bisa menerima kita sebagai pemimpin yang sebenarnya? Sederhana juga; tunjukkan kepada mereka bahwa Anda memang mampu menjadi pemimpin bagi mereka. Jika selama Anda memimpin mereka ternyata kinerja Anda buruk. Daya tahan Anda lembek. Cara komunikasi Anda menyedihkan. Kepedulian Anda rendah. Keterampilan melakukan pengembangan bawahan cetek. Kemampuan melakukan coaching counseling memprihatinkan. Maka, itu menjadi pertanda bahwa dugaan mereka selama ini memang benar. Anda bukan orang yang tepat untuk memimpin mereka. Maka wajar, jika mereka semakin tidak respek dan tidak patuh kepada Anda. Lantas Anda marah-marah? Menggunakan kekuatan jabatan Anda untuk mengukum mereka? Itulah yang kemudian kita sebut sebagai 'leading by position'. Memimpin dengan mengandalkan kekuasaan jabatan.
 
Kondisinya akan berbeda sama sekali jika Anda mampu menunjukkan bahwa sebagai pemimpin, Anda bisa memberikan contoh tindakan dan sikap penuh keteladanan. Lebih dahulu tangguh setiap kali dihadapkan pada tantangan yang berat. Memperlihatkan kedisiplinan yang tinggi sebelum menuntut anak buah berdisplin. Menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengembangkan mereka, mendengar aspirasi masa depan mereka, lalu memberi mereka peluang untuk meraihnya. Mereka pun akan semakin respek, jika Anda bisa melakukan coaching dan counseling dengan baik. Bisa memberi solusi ketika mereka berhadapan dengan jalan buntu. Bisa membangkitkan gairah kerja mereka sehingga mereka bisa sampai kepada pencapaian tertingginya. Itulah saat dimana mereka tahu, bahwa Anda sudah terbukti mampu menjadi pemimpin bagi mereka. Pada saat itulah, mereka mulai menyadari bahwa; Anda memang layak menjadi pemimpin mereka.
 
Kita banyak melihat pemimpin-pemimpin yang dicintai di kantor. Jika kita belum mempunyai kualitas sampai tingkatan itu, tidak usah berkecil hati. Mengapa? Karena mereka pun dulu memulai awal karir kepemimpinannya dengan tantangan yang tidak kalah beratnya dengan yang sekarang kita hadapi. Ada banyak pemimpin yang tidak tahan. Lalu, pelan-pelan cahaya kepemimpinannya memudar. Kemudian padam. Ada juga yang memaksakan diri untuk terus bertahan, melawan keadaan yang tidak bersahabat itu dengan tangan besi. Sehingga kemudian mereka bertumbuh menjadi pemimpin yang gemar menindas dan menggunakan kekuatan jabatannya.  
 
Tapi ada juga pemimpin yang memahami benar bahwa setiap tantangan yang dihadapi merupakan bagian dari dinamika kepemimpinannya. Dia menyadari bahwa semua itu tidak untuk ditakuti. Tidak juga untuk direpresi. Melainkan untuk dijawab dengan pembuktian bahwa dia memang pantas, layak dan benar-benar mampu menjadi pemimpin. Dengan keyakinan itu kemudian dia berusaha untuk belajar terus dan meningkatkan diri. Hasilnya, semakin hari kemampuan kepemimpinannya menjadi semakin baik lagi. Semakin terampil mengelola orang-orangnya. Semakin menguasai teknik-tekniknya. Lalu, jadilah dia pemimpin yang mumpuni itu. Ketika sampai ke tingkatan itu, kemudian semua orang yang dipimpinnya akan menaruh rasa hormat dan kepatuhan. Memang, mereka tidak berlutut apalagi menyembah seperti yang dilakukan oleh lelaki yang mengira Ayah saya seorang pangeran itu. Mereka melakukannya dengan komitmen untuk mendedikasikan kemampuan terbaiknya bersama Anda. Dan, ketika itulah Anda menjadi seorang pemimpin pujaan.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 8 November 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Jika masih ada anak buah yang menyepelekan Anda, mungkin Anda belum bisa menunjukkan kepadanya bahwa Anda benar-benar mampu menjalankan fungsi kepemimpinan itu.
 
Ingin mendapatkan kiriman "L (= Leaderism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 

 
 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
Bergabunglah dengan milis lainnya:


Manajemen-Industri-subscribe@yahoogroups.com  ==> Manajemen Industri

Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com ==> Kursus Bahasa Inggris

PONSEL-INDONESIA-subscribe@yahoogroups.com ==> Telpon selular

HRD-POWER-subscribe@yahoogroups.com ==> Milis HRD

Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com ==> Lowongan kerja luar negeri dan
beasiswa

Komputer dan Teknologi:

http://tech.groups.yahoo.com/group/KOMPUTER-TEKNOLOGI/

Manajemen produksi/operasi/supply chain/logistik:

http://finance.groups.yahoo.com/group/APICS-ID/
.

__,_._,___

No comments: