Thursday, October 25, 2012

[milis tarki] [Artikel] Perubahan Kurikulum

 

*Perubahan Kurikulum*

Akhir-akhir ini kita membaca bahwa pemerintah menyadari bahwa kurikulum
Nasional kita sudah ketinggalan jaman dan sudah waktunya pemerintah
menyusun suatu kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jaman, agar para
siswa siap memasuki era dunia global. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia, di Amerika Serikat pun mereka merasa kurikulum mereka sudah
tidak cukup untuk menampung perkembangan jaman yang begitu cepat. Dalam
sepuluh tahun terakhir dunia teknologi berkembang sangat pesat dan
anak-anak sejak usia dini saja sudah terkena dampaknya, dalam arti positif
dan negatif.

Lihatlah di mal-mal anak 3 tahun sudah memegang tablet di tangan, berbagai
permainan elektronik menggantikan permainan tradisional kita. Malah di satu
kesempatan dalam suatu lift saya mendengar seorang anak SMP mengatakan
kepada ibunya ia begitu mudah meng "HACK" komputer atau situs orang lain.

Bacalah buku Dr. Wagner yang berjudul 'Dari Perbedaan Prestasi Global':
Mengapa bahkan Sekolah Terbaik kita tidak mengajarkan Keterampilan Baru
yang sangat dibutuhkan anak-anak kita – dan apa yang bisa kita lakukan?
(Judul asli: Dr. Wagner's book: *From The Global Achievement Gap: Why Even
Our Best Schools Don't Teach The New Survival Skills Our Children Need—And
What We Can Do About It,* Basic Books, 2008). Dr Wagner adalah seorang
asisten Direktur Grup Perubahan Kepemimpinan di Universitas Harvard.
Ringkasan buku tersebut adalah beliau mengatakan bahwa ada 7 keterampilan
yang wajib dimiliki siswa-siswa sekarang dalam menyongsong abad 21.
Keterampilan tersebut adalah:

1. Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah
2. Berkolaborasi antar jaringan dan mempengaruhi dengan charisma
3. Fleksibel dalam beradaptasi
4. Berinisiatif dan mempunyai jiwa wirausaha
5. Efektif berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
6. Kemampuan mendapatkan dan menganalisa informasi
7. Mempunyai rasa ingin tahu dan imaginasi

Beliau juga melihat begitu besar perubahan pola pendidikan yang harus
dibenahi. Pola pendidikan lama secara umum berangkat dari pola (ekonomi)
pertanian menuju pola (ekonomi) industri. Kenyataannya sekarang kita sedang
memasuki era dunia informasi, teknologi dan neuroscience. Tentunya generasi
muda kita juga butuh pola asuh dan pola pikir yang berbeda. Untuk itulah di
Amerika Serikat sendiri, beliau gigih memperjuangkan perubahan kurikulum
agar motivasi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan apa yang
ingin dicapai.

Dr Wagner menamai anak-anak di jaman sekarang sebagai Generasi Net, yang
dalam sehari-harinya terbiasa dengan segala sesuatu yang instan, banyak
menggunakan web dan internet untuk mendapatkan pergaulan dan pertemanan,
lebih mengutamakan minat daripada kewajiban, hampir setiap saat terhubung
dan menciptakan hubungan baru melalui koneksi internet melalui gadget yang
dimiliki. Sekolah dianggap ketinggalan jaman dan sesuatu yang dihindari,
bila tidak ingin dikatakan sebagai suatu keterpaksaan (baca: oleh orang
tua).

Untuk itulah, dalam rangka memotivasi dan mengajar generasi ini, kurikulum
atau sistem sekolah harus dirombak. Sekolah bertanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan - mengajar, belajar, menguji dan menilai - dengan cara-cara baru,
sehingga sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.

Di Indonesia sendiri gerakan ini baru akan dimulai tahun depan, di mana
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjanjikan akan merancang suatu sistem
pendidikan yang baru. Kita tahu bahwa merancang suatu sistem yang
benar-benar akurat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan tidak bisa
bersifat insidentil dan harus bisa melewati suatu proses panjang untuk
membuktikan keefektifan dan keakuratan hasil yang diinginkan.

Sebenarnya hal ini telah diprediksi oleh Dr. Edward de Bono. Beliau seorang
visioner sejati, karena kemampuan beliau untuk memperkirakan perubahan
jaman dan keterampilan yang dibutuhkan para siswa dan beliau ingin ada
suatu keterampilan bagi anak-anak ini agar bisa dipergunakan sepanjang
masa. Karya beliau untuk pelajar, yaitu: Six Thinking Hat®dan CoRT®
diciptakan di tahun 1970 an dan kenyataannya sampai sekarang masih
dipergunakan para siswa di mancanegara karena terbukti manfaatnya. Beliau
telah memperkirakan bahwa jaman selalu berubah, dan dibutuhkan suatu
keterampilan bagi anak-anak ini untuk beradaptasi dengan perubahan yang
ada.

Saya pribadi sangat berharap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mau melirik
sedikit ke program berpikir Dr. Edward de Bono untuk para pelajar, yaitu
Six Thinking Hat® dan CoRT® dalam penyusunan kurikulum yang baru.
Negara-negara tetangga kita seperti Singapura, Thailand, Hongkong, India
dan lain-lain melakukannya. Anak Indonesia punya kecerdasan dan potensi
yang sama dengan anak-anak di luar sana, yang tidak sama adalah dalam cara
mereka dididik dan digali potensinya! Jika ingin menerapkan penelitian Dr.
Wagner untuk anak-anak Indonesia dalam menyongsong abad 21, mereka juga
wajib mempunyai 7 keterampilan seperti tersebut di atas.

Penulis: Ling Majaya

Email: Majaya@JadiKreatif.com

"Thinking is my lifestyle."

PS: Penulis dengan senang hati menerima tanggapan, kritik, sanggahan dan
masukan dari para pembaca karena dengan demikian terjadi proses belajar
tiada henti dalam dunia pendidikan. Tugas mendidik merupakan tugas orang
tua, guru, edukator dan masyarakat. Mari bangun Indonesia yang lebih baik
melalui peningkatan potensi dan karakter putera-puteri kita.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments: