Thursday, August 2, 2012

#FrenBC @ Personalism#12: Pura-pura Tidak Mampu

 

Personalism#12: Pura-pura Tidak Mampu
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Pura-pura tidak mampu. Ini
kalimat yang agak mengada-ada. Memangnya ada ya orang yang pura-pura tidak
mampu? Kelihatannya sih demikian. Buktinya, cukup banyak juga orang yang sebenarnya
bisa mengerjakan tugas-tugas menantang yang cukup sulit, namun lebih suka menghindarinya.
Di dunia olah raga, juga ada yang berpura-pura tidak sanggup mengalahkan
lawannya. Para atlit punya tujuan yang jelas mengapa mereka berpura-pura kalah.
Mereka membiarkan lawan menang, agar pada pertandingan berikutnya tidak berhadapan
dengan lawan yang berat. Itu bagian dari strategy bertanding, meskipun dianggap
bertentangan dengan sportivitas. Tapi di dunia kerja, apa tujuan orang
berpura-pura tidak mampu?
 
Saya pernah bekerja sebagai
salesman. Maka saya pun tahu jika salesman punya kebiasaan unik. Yaitu,
menyembunyikan kemampuannya menciptakan sales. Sebenarnya pencapaian sales bisa
150%, misalnya. Tapi, cukup direalisasikan 110% saja. Mengapa? Bisa karena
bonus dibatasi. Bisa juga karena khawatir tahun depan budget akan naik
gila-gilaan. Jadi, kalau boss bilang "Bisa nambah sales lagi nggak?" Maka
jawaban standarnya seperti ini;"Waduh boss, itu saja saya dapetnya sudah
ngos-ngosan….."
 
Di kantoran juga sama. Kalau
atasan memberi penugasan menantang diluar job descriptionnya, biasanya orang
berpura-pura tidak terampil. Mengapa? Karena jika penugasan itu bisa
diselesaikan dengan sangat baik, maka atasan tersebut akan memberikan penugasan
lain yang lebih berat lagi. Walhasil, kita cenderung menampilkan diri kita
sebagai orang biasa saja. Kita berpura-pura menjadi kaum mediocre. Padahal,
sebenarnya kita ini mempunyai kemampuan yang jauh lebih tinggi dari yang selama
ini terlihat pada hasil kerja kita.
 
Cina, Korea, dan Indonesia
adalah negara-negara yang menjadi gudangnya para pemain bulu tangkis kelas
dunia. Maka pemain dari ketiga Negara itu mempunyai 'jaminan' mutu kualitas
permainan terbaiknya. Namun yang terjadi di Olimpiade London tahun ini
menunjukkan kisah berbeda. WBF – World Badminton Federation – menilai mereka
tidak bermain dengan kualitas sesungguhnya. Sebagai konsekuensinya, 8 pemain
dari ke-3 negara itu didiskualifikasi dari arena bergengsi yang sudah melegenda
selama ratusan tahun itu.
 
Perusahaan tempat kita bekerja
adalah tempat bernaungnya para karyawan yang berpotensi tinggi. Sistem seleksi
yang berlaku menjamin jika hanya mereka yang mempunyai kualifikasi tinggi saja
yang diterima bekerja disana. Oleh karenanya, sebenarnya kemampuan kita
sangatlah tinggi tanpa perlu diragukan lagi. Tapi etapi, kenapa ekenapa. Banyak
diantara kita yang kemudian memble setelah beberapa tahun bekerja disana. Beda
dengan masa awal-awal kita bekerja dulu. Kita antusias. Bersemangat. Dan selalu
siap untuk melakukan tugas apapun dengan sebaik-baiknya. Sekarang, kita lebih
banyak yang berpura-pura tidak mampu mengerjakan penugasan itu secara sempurna.
 
Tanyakan deh kedalam lubuk
sanubari yang paling dalam; benarkan kita tidak mampu melakukan pekerjaan yang
menantang itu? Ataukah kita tidak mau melakukannya? Mungkin saja ada alasan
yang tepat. Namun, kita mempunyai cukup banyak alasan untuk berperilaku seperti
itu. Misalnya, gaji yang kita rasa masih kurang. Tidak sepadan dengan pekerjaan
tambahan yang harus kita lakukan. Atau, atasan yang tidak mau mengerti perasaan
kita. Ngapain mendukungnya jika demikian. Atau, suasana kerja yang penuh dengan
berbagai hal menggerahkan. Mana ada semangat jika situasinya seperti itu.
 
Memang kita tidak 'didiskualifikasi'
seperti para pemain bulutangkis olimpiade itu. Kita tetap bisa mendapatkan
pekerjaan itu sampai pensiun. Namun, tanpa disadari sesungguhnya kita mengalami
diskualifikasi juga. Hanya saja bentuknya berbeda. Kita tidak diberhentikan.
Melainkan dicoret dari daftar karyawan yang disebut sebagai star performer. Lalu
masuk kedalam kelompok the dead wood. Maka tanpa disadari pula, kita akan
selalu kehilangan kesempatan untuk menangani tugas dan kepercayaan yang lebih
besar. Sementara orang baru yang 'masih ingusan'  pada maju, kita tetap tertinggal di pojokan. Itu
tentu membuat kita semakin kesal. Lalu kita semakin punya alasan untuk
berpura-pura tidak mampu. Dan semakin yakin jugalah para pengambil keputusan
untuk menempatkan kita pada komunitas dead wood itu.
 
Bayangakan seandainya ke-8
pemain kelas dunia itu terus menunjukkan kesungguhan saat bertanding
dilapangan. Siapapun lawan yang dihadapinya, mereka tetap konsisten dengan
permainan indah dan berkualitasnya. Tanpa perlu terlalu takut dengan lawan
seberat apapun yang akan dihadapinya kemudian. Maka WBF akan melihat mereka
sebagai pemain-pemain kelas dunia yang sportif. Sehingga mereka selalu mendapat
tempat terhormat, untuk terus bertanding memperebutkan gelar juara Olimpiade. Lalu
mereka mendapatkan piala yang didambakan semua pemain bulutangkis. Maka
prestasinya akan selalu dikenang sepanjang masa.
 
Bayangkan jika para karyawan
profesional yang sudah direkrut dengan system ketat berkualifikasi tinggi itu terus
gigih menunjukkan kualitas pribadinya. Menyelesaikan setiap penugasan menantang
yang diterimanya. Tanpa perlu terlalu takut dengan penugasan seberat apapun yang
akan dihadapinya kemudian. Maka pengambil keputusan akan melihat mereka sebagai
profesional kelas dunia yang berkinerja tinggi. Sehingga mereka selalu mendapat
tempat terhormat, untuk terus bersaing memperebutkan gelar star performer. Lalu
mereka mendapatkan reward dan kepercayaan yang didambakan semua karyawan. Maka
pencapaiannya akan selalu dikenang sepanjang masa.
 
Rugi lho, kalau kita terus
berpura-pura tidak mampu. Didunia tidak akan bisa meraih pencapian tertinggi.
Sedangkan diakhirat, kita mesti mencari jawaban yang tepat kalau-kalau Tuhan
bertanya;"Kenapa kamu tidak menggunakan semua kemampuan yang sudah Aku anugerahkan?" Jadi, tidak usah pura-pura lagi ya. Kita tunjukkan saja kemampuan
terbaik kita. Dalam situasi apapun yang kita hadapi saat ini. Toh kita tidak
bekerja untuk orang lain. Melainkan untuk diri kita sendiri. Di dunia. Dan diakhirat.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 2 Agustus
2012
Author, Trainer, &
Public Speaker of Natural Intelligence
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Kita
ini orang yang mempunyai kemampuan sangat tinggi kok. Maka mari tunjukkan
kemampuan itu semaksimal mungkin. Tidak usah berpura-pura tak mampu lagi.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "Personalism" secara
rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: