Monday, August 27, 2012

#FrenBC @ Natin #49: Kembalinya Orang Udik

 

Natin #49: Kembalinya Orang Udik
 
Tepat
sepuluh hari.
Sama
dengan sepertiga bulan lho. Mereka tidak bertemu satu sama lain. Rasanya memang
nggak terlalu lama. Soalnya, setiap orang mempunyai kesibukannya masing-masing
dengan keluarga di kampung halaman. Yang nggak mudik juga sibuk menikmati
jalanan yang lengang di setiap pojok jalan-jalan ibu kota. Oooh… rasanya
legaaa… sekali. Tapi, sepertiga bulan. Mestinya sih bukan waktu yang sebentar.
Khususnya bagi mereka yang mempunyai sahabat dekat di kantornya.
 
Emang
sih, badan terasa lelah sekali ketika baru tiba kembali dari rumah. Tapi,
mendadak saja; rasa rindu itu timbul begitu saja. Teman-teman yang untuk
sementara waktu kemarin terlupakan, mendadak kembali hadir sosoknya dalam benak
masing-masing. Hari senin ini mestinya menjadi saat dimana perasaan rindu itu
tercurahkan. Makanya, semua orang pada datang lebih awal. Walhasil, kubikal
sudah mulai ramai sejak jam tujuh pagi tadi.
 
Keramaiannya
nyaris seperti di pasar. Entah siapa yang memulai, tapi tahu-tahu semua orang
sudah pada bergerombol sambil nyerocos soal ini dan itu. Satu hal yang pasti;
mereka pada bersalaman, sambil mengucapkan; "Maafin gue ya…."
 
Kalau
cowok-cowok sih cuman salaman aja sambil tukar sapaan. Tapi yang cewek? Lain
dong. Mereka pada pake cipika cipiki segala. Eith, nggak cukup sampai disitu.
Mereka pelukan. Berlomba mengucapkan sesuatu sampai-sampai mereka sendiri nggak
bisa mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Maklum. Bukan juga perempuan
kalau nggak bicara tanpa ada terminalnya. Pokoknya mereka ngomong aja. Nggak
terlalu peduli jika kata-kata mereka saling bertabrakan. Habis itu, mereka pada
cekikikan.
 
"Iiihh…
elo kok makin cantik aja sih Jean…." Puji Sekris.
Biasa
dong, yang dipuji melayang tanpa peduli apakah pujiannya itu beneran atau hanya
sekedar basa-basi doang.
 
"Elo
yang makin cantik, Kris…" Jeanice nggak kalah terampil memuji. "Penampilan elo
makin oke aja…."
 
"Kalau
gue sih nggak tahu ya Jean…," balas Sekris. Pipinya bertambah tembem gara-gara mulutnya
dibuat agak cemberut. "Perasaan puasa gue udah habis-habisan," lanjutnya. "Tapi
badan gue, tetep aja bahenol……"
 
Hening
sebentar. Lalu keduanya tertawa keras sekali.
"Jadi
niat puasa elo cuman buat ngurusin badan yang bongsor itu ya?" tiba-tiba saja
Opri menyela mereka.
"Waaaah…..
elo kapan datang Pri?" Keduanya memburu Opri. Lalu memeluknya.
"Nggak
gitu-gitu amat kali, bok!" Jelas Sekris ketika kedua pipi mereka bersentuhan.
"Puasa gue," katanya. "Murni ibadah." Tambahnya.
 
"Oke
deeeh…" balas Opri.
"Kalau
soal ngurangin berat badan sih…." Sekris nyengir. "Ngarep juga, hahahaha…."
Tawa
ketiga gadis itu mengalahkan kegaduhan yang terjadi disudut lain. Seperti
magnet aja. Satu demi satu orang-orang di kubikal mendekat kearah mereka. Lalu
kerumunan-kerumuman kecil-kecil itu akhirnya menghilang. Yang tersisa sekarang
hanyalah sebuah gerombolan besar di tengah ruangan.
 
Lah,
ternyata. Nggak usah ada acara halal bihalal segala. Mereka sudah secara
otomatis melakukannya begitu hari pertama masuk kerja. Nggak ada yang menyuruh
pula. Selain itu, suasananya jadi terasa hidup dan spontan. Nggak ada
protokoler. Atau aturan apapun yang membuat keadaan menjadi kaku. Beda banget
sama acara halal bihalal yang seperti biasanya. Kesannya formal banget.
Salamannya mesti giliran. Ngantri seperti orang mau beli tiket kereka api.
 
Acara
sepontan kayak gini nih yang paling seru. Siapapun bisa berseliweran kemanapun.
Salaman dengan siapapun. Dan boleh nyeletuk semaunya. Ciri kalau kehidupan di
kubikal sudah kembali pulih seperti sedia kala.
 
Kayaknya,
semua orang di kubikal sudah saling bersalaman. Tapi karena nggak ada yang
mengatur siapa yang harus ngomong dan siapa yang mesti diam. Makanya nggak
jelas lagi sekarang seseorang sedang mengatakan apa. Cuman gemuruh aja yang
bisa kedengaran dengan jelas. Sesekali ada suara tawa yang meledak. Setelah itu
gemuruh lagi. Persis seperti bunyi nyamuk yang beterbangan di belakang telinga.
Ada suaranya. Tapi tidak jelas apa katanya.
 
Selain
suara yang nggak karuan itu, ada setumpuk makanan diatas meja. Sampai-sampai
mereka bingung harus mulai mencicipi dari yang mana. Ada lanting. Bakpia.
Keripik sanjai. Dodol. Rengginang. Opak. Kolontong. Tape ketan. Kue putri salju
juga ada. Manisan terong. Jenang. Kacang disko. Kerupuk upil. Keripik kentang.
Manisan pepaya. Kismis. Apa lagi tuch. Ada banyak jenis makanan yang nggak tahu
namanya apa. Pokoknya semuanya bertumpuk di meja yang mereka kerubuti.
 
Inilah
repotnya.
Sudah
susah-susah membersihkan usus selama satu bulan penuh. Eh, sekarang dipenuhi
lagi dengan berbagai macam makanan yang terlalu sayang kalau dilewatkan.
Biarin! Nanti bisa diet lagi!
 
Nggak
kerasa. Hapir dua jam mereka bergerombol disitu. Entah berapa ribu kata sudah
mereka ucapkan. Dan entah berada ribu kalori lagi yang mereka telan. Momen itu
benar-benar terlalu indah untuk dilewatkan.
 
"Sudah
jam Sembilan." Teriak Fiancy.
Semua
orang melihat jam tangannya masing-masing. Sama sekali tidak ada yang bersuara
ketika mereka melakukan itu. Lalu, semua wajah menengok ke kubikalnya
masing-masing. Terbayang betapa banyaknya pekerjaan yang sempat tertunda selama
mereka menikmati liburan. Sepertiga bulan!
 
Setelah
puas menengok meja kerja di kubikalnya, mereka saling menatap satu sama lain.
Suasananya sedemikian hening. Sehingga setiap orang bisa mendengar jelas helaan
nafas panjang masing-masing. "Selamat datang kembali ke dunia nyata….."
 
Meski
terasa berat. Tapi, mereka semuanya menyadari kalau memang begitulah adanya
hidup. Suka atau tidak. Mereka mesti menghadapi kenyataan itu. Kalau tidak
suka, ya mereka sendiri yang rugi karena bekerja dengan terpaksa. Makanya,
nggak ada pilihan lain untuk tetap ceria selain menyambut semua pekerjaan yang
tertunda itu dengan suka cita.
 
"Sudahlah…"
Ceplos Aiti memecah keheningan itu.
Seperti
tersadar dari lamuman. Semua orang kembali bangun dari impian mirisnya.
"Sudahlah
bagaimana maksud elo, Ti?" Opri penasaran.
 
"Maksud
gue," jawab Aiti. "Sudahlah……. teruskan saja ngobrolnya…. Hahahaha….."
Semua
orang terkesan dengan ide cemerlang Aiti. Ya sudahlah. Nggak usah mikirin
pekerjaan dulu. Teruskan saja kangen-kangenannya. Kemudian seluruh ruangan itu
gemuruh lagi.
 
"Ya
udah, kita sama-sama aja kaleee…" entah siapa yang mengatakan kalimat itu.
Tapi, kelihatannya semua orang langsung setuju. Aneh banget. Perasaan tadi
mereka ngomongnya nggak terarah gitu. Nggak jelas siapa bicara apa. Kepada
siapa. Tapi kok tiba-tiba saja mereka sepakat untuk satu hal itu. Sesuatu yang
mereka akan lakukan bersama-sama itu.
 
"Iya,
sama-sama aja." Sahut Sekris.
"Nggak
enak lagi, kalau kita lakukan sendiri-sendiri," sambung Fiancy.
"Ya
udah, kita mulai dari siapa dulu?" tanya Jeanice.
 
Mereka
terdiam untuk sementara waktu. Lalu….
"Pak
Presiden Direktur?" teriak semua orang. Berkat energy semesta yang utuh, mereka
sepakat lagi secara otomatis. Kemudian, gerombolan itu bergerak menuju ke ruang
kerja Pak Presiden Direktur.
 
Ooooh,
rupanya mereka mau bermaaf-maafan sama beliau. Bener banget. Paling nggak enak
kalau harus melakukannya sendirian. Selain risih. Ngeri juga kalau menghadap
para boss di ruang masing-masing. Kalau dilakukan rame-rame kan nggak kerasa
stressnya.
 
Nah,
di ruangan Pak Presiden Direktur ini para bebek itu mengantri dengan tertib.
Bersalaman dengan beliau sambil mengucapkan minal aidin walfaidzin.
"Ada
angpaunya nggak ya?" celetuk seseorang.
"Sssshhhht!
Jangan keras-keras bleh!" tegur yang lainnya. "Kedengeran tahu nggak sih!"
Lalu
keadaan kembali hening. Para bebek pun kembali meneruskan antriannya.
 
Setelah
semua bersalaman. Pak Presiden Direktur menyampaikan sambutan. Emhh… bukan
sambutan kali ya… kok jadi kayak upacara begini. Mungkin… sepatah dua patah
kata… atau…. Ah peduli deh, apapun namanya. Pokoknya, beliau menyampaikan
beberapa kalimat emh… nasihat… oh….
 
"Bagaimana
kabar keluarga kalian?"
"Baik
Pak…." Semua menjawab serempak. Kayak vocal group gitu deh. Ada yang kebagian
suara satu, suara dua, suara tiga dan …suara sumbang.
"Saya
senang kalian kembali dari mudik dalam keadaan sehat walafiat," lanjut beliau.
"Hal itu patut kita syukuri." Katanya. "Kalau kita lihat di tivi, telah terjadi
cukup banyak kecelakaan di jalan selama arus mudik berlangsung. Dan Tuhan sudah
memberi kita perlindungan hingga bisa kembali tanpa kurang apapun."
 
"Isi
dompet yang berkurang Pak…" entah siapa yang nyeletuk lagi. Membuat kesal
teman-teman semuanya. Mungkin maksudnya dia cuma nyeletuk pelan. Tapi karena
semua orang konsentrasi pada pidato Pak Presiden Direktur, suara celetukannya
malah jadi kedengaran jelas sekali.
 
Pak
Presiden Direktur berhenti sejenak. Untungnya beliau memperlihatkan wajah yang
sumeringah dengan senyum penuh kesabaran. Sehingga orang-orang udik itu tidak
terlalu wajib menanggung beban ikut malu.
 
"Memang
pulang kampung itu tidak murah," beliau meneruskan. Nggak sangka, ternyata
beliau merespon celetukan itu. Sekarang, orang-orang pada berdebar menantikan
apa yang akan dikatakannya kemudian.
 
"Makanya,
perusahaan memberikan kalian THR." Lanjutnya. "Apakah semua sudah menerima
THR?" tanya beliau.
 
"Sudah
Pak…" kebanyakan orang bilang begitu.
Tapi
ada juga yang bilang "Sudah habis Pak….." Iiiih… bikin gemes aja tuch orang.
Lama-lama juga bisa habis kesabaran!
 
Untungnya
Pak Presiden Direktur tidak tersinggung. Beliau malah tersenyum. Lalu
katanya;"Dulu, saya juga pernah mengalami keadaan seperti kalian." Ajaib
sekali. Kata-kata beliau seperti mengandung mantra. Semua orang di kubikal
merasa jika beliau pun dapat memahami keadaan mereka. Lebih dari itu, mereka
sekarang sudah nggak bisa lagi belaga sok tahu.
 
"Gaji
bulanan saya langsung habis." Lanjut beliau. "Dan THR saya tidak pernah cukup,"
katanya. "Kemudian saya berpikir bahwa saya tidak bisa selamanya begitu. Saya
harus berubah. Dan seperti yang kalian lihat sekarang. Kehidupan saya, jauh
lebih baik daripada sebelumnya."
 
Semua
orang menghela nafas. Campur aduk antara serasa disindir dan dimotivasi.
 
"Ada
yang ingin tahu apa yang saya lakukan untuk mengubah nasib saya?" Pak Presiden
Direktur bertanya. Tapi, tak seorang pun yang menjawabnya.
"Sederhana
saja," kata beliau. "Saya bekerja lebih baik daripada orang lain. Sehingga
akhirnya saya mendapatkan kepercayaan lebih besar dari perusahaan. Seperti yang
saat ini kalian ketahui."
 
Semua
orang semakin terdiam.
"Saya
tahu. Kalian pun bisa meraih pencapaian yang tinggi dalam karir kalian.
Sehingga gaji dan THR kalian tidak akan kekurangan lagi. Bagaimana caranya?"
 
Tidak
seorang pun menjawab pertanyaan beliau.
"Saya
berikan resepnya ya," sambung beliau. "Pertama, kalian mesti membuang semua
kemalasan. Misalnya, malas seperti hari ini. Sudah terlalu lama libur. Banyak
pekerjaan lalu kalian jadi malas memulai pekerjaan. Buang jauh-jauh sifat malas
itu ya..."
 
Semua
orang pada kesindir.
"Kedua,
bantu teman-teman untuk menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Ajarkan kepada
mereka apa yang kalian bisa. Supaya kalian makin pandai. Dan teman kalian juga
menghormati kalian. Jangan mau pinter sendirian. Karena meskipun pinter, tapi
kalau pelit ilmu kalian akan terkucilkan."
 
Semua
orang pada nyengir.
"Ketiga."
Lanjut Pak Presiden Direktur. "Jangan hitung-hitungan." Katanya. "Kalau kalian
hitung-hitungan, maka kalian akan menakar pekerjaan. Dan cepat atau lambat
kalian akan merasa kalau gaji kalian terlalu kecil sehingga kalian tidak akan
tertarik bekerja secara maksimal….."
 
Setelah
itu, Pak Presiden Direktur menasihatkan beberapa hal lagi. Tetapi, ketiga hal
yang dijelaskannya melekat kuat didalam dada orang-orang udik yang baru kembali
ke kota itu. Dan mereka, bertekad untuk mengikuti jejak keberhasilan beliau
dalam membangun karir profesionalnya hingga bisa meraih kedudukan yang tinggi
seperti sekarang.
 
Ketika
keluar dari ruang kerja Pak Presiden Direktur, mereka seperti baru keluar dari
ruang seminar yang diisi oleh motivator terkenal. Nggak ada lagi tuch yang
merasa berat memikirkan pekerjaan yang bertumpuk karena terlalu lama tidak
disentuh. Mereka bertekad untuk memperbaiki nasib masing-masing. Supaya tahun
depan, keadaan mereka lebih baik. Mungkin lima tahun lagi menjadi lebih baik
lagi. Atau mungkin, sepuluh tahun lagi mereka bisa menduduki posisi yang pantas
untuk dibanggakan.
 
Mereka
bergegas kembali ke kubikalnya masing-masing.
Namun,
ketika mereka tiba di kubikal. Mereka melihat sebuah kartu lebaran tergolek di
meja. Ooooh…. Rasanya sudah ratusan tahun tidak ada orang yang menggunakan
kartu lebaran. Sekarang semua orang sudah merasa cukup dengan SMS atau
maaf-maafan lewat twitteran. Siapakah gerangan yang masih melestarikan kebiasaan
zaman purba itu?
 
Emang
sih. Jadul banget. Tapi sekali ada yang melakukannya, jadi terasa uniknya. Tak
sabar mereka membuka kartu lebaran itu.
 
Kartu
lebaran dari Natin.
Isinya
sama sekali bukan ucapan selamat Iedul Firtri 1433H seperti yang sudah lumayan
rada membosankannya dibaca dalam setiap SMS, fesbukan, dan twiteran. Tidak ada
kata 'Minal Aidin Walfaidzin' atau 'Mohon maaf lahir dan batin' seperti umumnya
kartu ucapan. Didalam kartu lebaran itu, Natin menuliskan kalimat ini:
 
CIRI ORANG YANG BERHASIL PUASANYA ADALAH:
LEBIH JUJUR, LEBIH GIGIH, DAN LEBIH TANGGUH
 
Iya.
Ramadhan
itu adalah bulan latihan. Selama bulan itu, setiap orang melatih diri untuk
tidak tergoda melakukan tindakan yang buruk. Apapun yang tidak bernilai
kebaikan, ditinggalkan selama menjalani puasa. Benih untuk menumbuhkan
kejujuran.
 
Di
bulan itu juga orang-orang dilatih untuk gigih menahan ketidaknyamanan. Puasa
pada hakekatnya bukan sekedar menahan lapar dan dahaga. Melainkan simbolisasi tentang
betapa menantangnya kehidupan. Kadang, kita diuji dengan kekurangan. Kadang
kita dihadapkan pada berbagai macam cobaan. Tanpa kegigihan, orang tidak akan
berhasil menyelesaikan puasanya. Dan tanpa kegigihan, orang tidak akan mungkin
dapat menyelesaikan setiap tantangan dalam kehidupannya.
 
Mengapa
selama berpuasa orang masih bisa beraktivitas? Ada sih emang yang kelihatan
lemas. Dan jadi males. Ah, itu sih yang males aja. Tapi, coba deh tengok ke
Rumah Sakit. Tanyakan kepada dokter disana. Selama bulan puasa, jumlah pasien
di rumah sakit menurun drastis. Baik pasien berobat jalan. Apalagi pasien rawat
inap. Isyarat apakah ini? Isyarat bagi ulil albab, kata Tuhan. Yaitu isyarat
bagi orang-orang yang bersedia mengambil pelajaran atau hikmah dari tanda-tanda
keagungan Tuhan.
 
Dengan
puasa, tubuh kita justru menjadi semakin tangguh. Usus menjadi bersih. Tanpa
harus melalui proses cuci usus yang harganya mahal. Badan bugar karena bangun
lebih pagi. Bergerak lebih banyak saat sembahyang tarawih. Sedangkan jiwa dan
mental kita semakin jernih karena lebih banyak berdzikir serta berserah diri
kepada Ilahi. Itulah kombinasi proses yang menjadikan diri kita pribadi yang
lebih tangguh lahir maupun batin.
 
Benar
kata Natin. Jika seseorang berhasil menjalankan ibadah puasanya, maka pasti
setelah masuk kerja lagi. Orang itu akan mempelihatkan 3 sifat profesional ini:
Jujur, gigih dan tangguh. Dengan kata lain: orang yang berhasil puasanya, pasti
kualitas kerjanya semakin baik.
 
Selagi
mereka merenungkan isi kartu lebaran itu, terdengar suara langkah yang
diseret-seret. Bunyi gesekan sepatunya dengan lantai terdengar cukup nyaring.
Opri
tidak kuasa untuk menyapa orang itu;"Kakinya kenapa Pak? Masih kecapean
sepulang mudik?" katanya.
 
"Kecapean
mudik dari Hong Kong?" balas orang itu. "Nggak pake jalan kaki kali," katanya.
"Lha,
terus kenapa Bapak kelihatannya tidak bersemangat begitu?" kejar Opri.
"Maklumlah
Pri, pekerjaan saya kan banyak sekali. Apalagi habis liburan kayak gini…." Kata
Pak Mergy seraya menyeret kembali kakinya memasuki ruang kerjanya.
 
Hooooooh…….
Orang-orang langsung merasa lemas…....  
 
Tiba-tiba
saja semua orang di kubikal menyadari bahwa liburan itu semestinya menjadi
kesempatan untuk menumpuk rasa rindu terhadap pekerjaan. Bukan malah
sebaliknya. Kebanyakan orang merasa malas kembali bekerja setelah berlibur.
Hanya sedikit yang bersemangat. Makanya, yang berhasil meraih pencapaian tinggi
seperti Pak Presiden Direktur juga hanya sedikit. Apa lagi bagi mereka yang
baru saja menyelesaikan penggemblengan selama bulan Ramadhan. Setelah menjalani
tempaan sebulan penuh itu, mereka seyogyanya menjadi pribadi yang lebih baik
dengan ciri-ciri yang sudah disampaikan oleh Natin. Yaitu pribadi yang lebih
Jujur. Lebih Gigih. Dan Lebih Tangguh. Setidaknya, begitulah hikmah puasa yang
dipahami Natin bagi para profesional seperti kita.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 27 Agustus
2012
Leadership and Personnel
Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Lebaran itu
disebut hari kemenangan. Karena mereka yang berhasil melintasi lebaran, bisa
menjadi pribadi yang lebih jujur, lebih gigih, dan lebih tangguh.  Tiga modal utama untuk meraih kemenangan
lebaran, untuk diaplikasikan di tempat kerja.
 
Ingin
mendapatkan kiriman kisah inspiratif "Natin
& The Cubicle" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: