Thursday, May 24, 2012

#FrenBC @ Natin Menyesuaikan Dengan Sifat Alami Tubuh

 

Natin Menyesuaikan Dengan Sifat Alami Tubuh
 
Acara presentasi itu langsung kacau sejak awal.
Pasalnya, saat mengawali presentasi itu Opri langsung menggenjot semangat orang-orang yang hadir dengan teriakannya yang lantang; "SEMANGAT PAGI!!!!" katanya.
 
Tentu dong, Opri mengharapkan orang-orang di kubikal itu menyambut teriakannya yang penuh semangat itu dengan respon yang tidak kalah bersemangatnya.
 
Masalahnya. Orang-orang justru pada bingung. Soalnya. Presentasi Opri itu dilakukan jam 3 sore. Dibilang Opri nggak nyadar juga nggak kok. Dia tahu itu sudah sore. Cuman dia ngeyel untuk pake yel 'semangat pagi itu'.
 
"Elo ngga salah, Pri?" malah begitu orang-orang meresponnya.
Kontan aja. Energi yang tadi hendak Opri bagikan jadi berbalik arah menabrak dirinya sendiri. Untungnya, Opri bukanlah tipe cewek yang gampang gentar. Cocok banget deh kalau dia jadi presenter. Tebel mental.
 
"Begini, begini…" katanya. Masih terlihat tenang. "Gue sengaja teriak SEMANGAT PAGI!', supaya elo pade nih semuanya," begitu penjelasannya berlanjut. "Pade semangat seperti halnya pagi hari."
 
"Emangnya elo setiap pagi selalu bersemangat, Pri?" Nggak terlalu jelas apakah Aiti melontarkan kalimat itu untuk bertanya. Atau untuk menyelidik. Atau untuk menegaskan bahwa cara pandang Opri itu tidak selamanya benar.
 
"Lho, pagi-pagi kan suasananya cerah. Udaranya bersih. Tenaga kita masih banyak. Jadinya kita lebih semangat dong," jawab Opri.
 
"Elo nggak menjawab pertanyaan gue," balas Aiti.
"Maksud elo apa-an sih, Ti…." Opri mulai sewot. "Gue kan berusaha untuk mengajak elo pade semua semangat. Lah, elo kok malah mempermasalahkan pagi, siang, sore malam segala sih!" tambahnya. "Emangnya gue ini petugas klinik 24 jam?!"
 
"Gue nggak mempermasalahkan pagi, siang, sore, malam, Pri!" balas Aiti nggak kalah kerasnya. "Gue cuman minta elo realistis aja. Kalau sore-sore gini, elo nggak usahlah memanipulasinya jadi pagi-pagi. Realistis ajalah," katanya. "Kita nggak butuh jargon bombastis kayak gitu kok."
 
"Loh, gue kan cuman bilang SEMANGAT PAGI!", timpal Opri. "Bukan SELAMAT PAGI!"
 
"Apa bedanya?" cuek Aiti.
 
Opri dan Aiti terus bergulat dengan debatnya. Sementara orang-orang di kubikal yang tadinya mau mendengarkan best practice sharing giliran Opri itu cuman bisa bengong dengan kelakuan dua jawara itu.
 
"Menurut elo, siapa yang bakal menang, Kris?" tanya Fiancy.
"Opri, dong," jawab Sekris tanpa ekspresi. Matanya terpaku kepada pergulatan itu. "Lihat aja otot bisepnya yang kayak Ade Rai…"
"Bukan soal berantemnya Kris," tukas Fiancy. "Debat kusir mereka itu tuch…" tambahnya.
 
"Au ah, elap." Sekris makin cuek. Konsentrasinya menonton tidak terganggu gara-gara pertanyaan gak mutu temannya itu.
 
"Taruhan yuk?"
Nggak disangka. Kalimat pendek Fiancy yang terakhir ini mampu mengalihkan perhatian Sekris. "Serius, Fi?" katanya.
 
Setelah itu mereka berdua terlihat asyik membicarakan angka-angka. Nggak terlalu jelas siapa pilih siapa. Dan taruhannya berapa. Soalnya suara mereka kemakan habis oleh suara teriakan kedua orang yang sedang berdebat itu. Jelas sekali kalau Sekris dan Fiancy telah mencapai kesepakatan. Soalnya mereka terlihat bersalaman. Mereka jadi taruhan.
 
"Ya beda dong, Ti!" hardik Opri. "Kalua gue bilang SELAMAT PAGI ya jelas gue salah. Kalau gue bilang SEMANGAT PAGI, apa salahnya?"
 
"Salah BESAR!" semprot Aiti.
"Buktikan kalau gue salah!!" begitu Opri membalas.
 
"Diiih, ini orang mau presentasi kok malah berantem sih?" Jeanice yang merasa kegerahan nggak bisa nahan lagi untuk ikut nimbrung.
 
"DIAM ELO, JEAN!!!!" Opri dan Aiti berteriak sama kerasnya. Membuat Jeanice mengerut. Lalu bungkam seribu bahasa. Matanya melotot. Mulutnya menganga. Tapi sama sekali tidak keluar suara.
 
"BUKTIKAN!" kayaknya Opri sudah benar-benar tersinggung.
"Ya elo jawab dulu pertanyaan gue!" kata Aiti.
"ETGJ!" teriak Opri. "Elo Tanya. Gue Jawab!" katanya.
"TKUGT.ENJG!" Aiti nggak mau kalah.  "Tadi Kan Udah Gue Tanya. Elo Nggak Jawab Juga!"
 
"Apa pertanyaan elo?" suara Opri nggak juga menurun.
"Makanya, pake dong telinga elo!" ledek Aiti.
 
Sekris dan Fiancy tersenyum. Nggak percuma mereka taruhan. Seru banget. Dan seimbang.
 
Jeanice yang sudah sadar dari syok anafilaktik yang dideritanya akibat semprotan tadi hanya bisa geleng-geleng kepala. Nggak tertarik lagi dia untuk ikut campur ditengah pertempuran seru itu. Salah-salah. Dia bisa kegencet ditengah-tengah.
 
"Apa pertanyaan elo?" Opri mulai memaksa.
"Sori. Gak ada siaran ulangan," balas Aiti.
 
 "Apa pertanyaan elo?" Opri semakin kesal.
"Udah gue bilang. Gak ada siaran ulangan!" Aiti terus ngeyel.
 
"Kalau elo nggak ngasih tahu pertanyaan elo, gimana gue bisa jawab?" hardik Opri.
"Kalau elo nggak mau denger pertanyaan gue, kenapa mesti gue ulang lagi?" timpal Aiti.
 
Wah. Terjadi deadlock deh. Seperti perdebatan di gedung DPR aja jadinya. Keduanya hanya ingin menang sendiri. Mementingkan ego dirinya sendiri. Membuang waktu sia-sia. Menghambur-hamburkan jam kerja. Pamer argument nggak mutu. Tanpa memperdulikan manfaatnya untuk orang banyak. Itu pasti gara-gara mereka terlalu sering nonton acara debat kusir para politisi di tivi-tivi.
 
Akhirnya. Aiti dan Opri terjebak dalam pemaksaan masing-masing yang nggak mencapai titik temu. Saling berteriak satu sama lain. Saling bentak. Bahkan sekarang. Sudah mulai saling mendorong segala.
 
Semua orang di kubikal sudah mulai ketar-ketir. Kalau sampai terjadi perkelahian, bagaimana? Menurut buku putih perusahaan, karyawan yang berkelahi itu hukumannya berat sekali. Mereka bisa dikeluarkan tanpa dapat pesangon!
 
Sebenarnya nggak semua orang mengkahwatirkan itu. Fiancy dan Sekris. Semakin suka hati menyaksikan persetruan itu. Memang. Pengaruh taruhan itu mengalahkan akal sehat dan hati nurani mereka. Pantesan Bang Rhoma Irama sampai bikin lagu soal bahaya judi segala.
 
Disaat keadaan sampai pada puncak yang paling kritis. Tiba-tiba saja terdengar suara peluit yang nyaring sekali. "Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit!!!!"
 
Ajaib sekali.
Seperti pertandingan sepak bola yang lagi seru-serunya. Semua pemain berhenti oleh lengkingan peluit itu.  Begitu juga dengan Opri dan Aiti.
 
Sekarang.
Semua orang menoleh kearah datangnya bunyi peluit itu.
"Tut tut.. tuuuuuuutttt…." Begitu suara yang mengikutinya. "Gujes. Gujes. Gujes."
 
Ternyata bunyi peluit itu berasal dari kereta api mainan. Entah darimana datangnya kereta api mainan itu. Yang jelas sekarang dia melingkar-lingkar di lantai kubikal. Meliuk-liuk sambil terus mengeluarkan bunyi Tutut Gujes-nya.
 
Ada bendera kecil yang dipasang di sepanjang tubuh kereta api kecil itu. Lebarnya hanya sekitar 2 senti meter aja. Tapi cukup panjang untuk memuat sebuah tulisan yang bisa dengan mudah dibaca semua orang.
 
MENDENGAR NASIHAT ORANG PINTER ITU PENTING
LEBIH PENTING LAGI MENDENGAR SUARA TUBUHMU SENDIRI
 
Semua orang melihat sekeliling. Mencari-cari kalau-kalau Natin berada disitu. Nggak kelihatan. Dia sudah pergi sedari tadi. Mereka tidak menyadari kehadiran Natin karena terlalu sibuk menonton persetruan gak mutu antar politisi. Eh, Opri dan Aiti.
 
"Elo ngikutin siapa sih Pri, pake teriakan aneh itu?" Kali ini Aiti mengatakannya dengan nada yang normal seperti biasanya.
 
"Gue…." Opri ragu. "Gue dikasih tahu sama orang yang gue ngefans banget," lanjutnya.
 
"Oooo…." Aiti mengangguk. Sekarang dia mengerti kalau sahabatnya ini sedang menjalankan nasihat dari orang yang diidolakannya.
 
"Gue salah ya Ti?" tanya Opri.
"Nggak," kata Aiti. "Elo nggak salah kok, Pri."  Tambahnya. "Justru elo bagus, kalau udah diajari sesuatu langsung elo praktekkan….."
 
"Gue nyadar kalau gue salah kok…" kata Opri. "Salah gue. Kenapa asal telan aja semua yang diomongin orang lain." Lanjutnya.
 
Bener kata Natin. Mendengar nasihat orang pinter itu penting. Namun. Lebih penting lagi untuk mendengar suara tubuhmu sendiri. Orang pinter juga nggak selamanya bener kok. Sebagai manusia. Mereka juga bisa salah. Dan sebagai manusia. Merek punya kepentingannya sendiri-sendiri. Makanya. Penting sekali untuk menyaring apa yang dikatakan oleh orang lain. Sekalipun mereka itu tokoh terkenal. Atau orang paling top sedunia.
 
Sekarang gue ingat apa pertanyaan elo, Ti…" Opri melanjutkan.
"Apa?" Nggak jelas. Aiti bertanya atau mengujinya lagi.
 
"Emangnya elo setiap pagi selalu bersemangat. Itu kan pertanyaan elo?" kata Opri.
 
"Nah, itu elo inget. Kenapa dari tadi elo minta gue nanya lagi? Kalau nggak kan kita nggak perlu berantem kayak tadi, Pri…." Aiti terlihat agak kesel lagi.
 
"Sori Ti, tadi gue esmosyi…." Opri nyengir.
"Iya sih…, gue juga emosi…" tukas Aiti.
 
Keduanya kemudian berpelukan. Sedangkan semua orang lainnya di kubikal bertepuk tangan seperti penonton konser yang sudah puas menonton pertunjukkan. Kecuali Sekris dan Fiancy yang saling berjabat tangan sambil sama-sama berbisik; 'sama kuat' katanya.
 
"Sejujurnya sih," Opri bicara kembali. "Gue nggak selalu bersemangat setiap kali bangun pagi." Tambahnya. "Kalau gue habis begadang. Badan gue lemes banget."
 
"Sammmma dong…." Teriak orang-orang di kubikal. Sekarang mereka sudah bisa mendengar suara dari dalam tubuhnya sendiri.
 
"Kalau gue lagi males ketemu boss, pasti bangun pagi juga jadi nggak semangat," celetuk Sekris.
 
"Akkkuuuuuuurrrrr……" teriak orang-orang.
"Nah. Kalau itu sih gue banget, tuch…." Timpal *** yang sering menjadi bulan-bulanan YKW kalau beliau sedang ada di kantor.
 
"Gue ya," Mbak Yance nyeletuk. "Kalau lagi sebel sama laki gue nih…" katanya. "Pasti bangun pagi jadi males banget. Nggak ada gairah gitu bok…..hihihi…"
 
Nggak disangka. Suasana mendadak jadi sepi.
Semua orang di kubikal pada bengong. Nggak tahu mesti bereaksi apa pada perkataan Mbak Yance tadi.
 
"Ups, sori…" Mbak Yance langsung nyadar kalau kata-katanya rada kurang nyambung. "Gue lupa kalau lagi ngomong dengan anak-anak dibawah umur….hihi…."
 
"Dasar ya…" timpal Opri. "Kita ini belum pada ngerti yang begituan Mbak….hehehe…"
 
"Iya ya. Gue juga merasakan hal yang sama," Jeanice yang sedari tadi masih melongo sepertinya sudah sepenuhnya sadar dari serangan kaget seperti ayan gara-gara dibentak rame-rame tadi.
 
"Haaaaah?" semua orang terperangah. "Elo udah ngerasain yang dirasain Mbak Yance, Jean?" suara mereka seperti paduan vocal aja. "Elo kan belon kawin!!!!"
 
"Diiih, siapa sih yang ngomongin soal kawin?" Jeanice sewot berat. "Gue cuman mau bilang kalau gue juga kadang-kadang nggak semangat di pagi hari. Maksud gue…" Jeanice meralat. "Kadang-kadang pagi hari gue nggak seru juga kok…."
 
Mungkin itulah yang dimaksud oleh Natin tentang mendengar suara tubuhmu sendiri. Memang. Idealnya pagi hari itu merupakan saat dimana energy kita berada pada puncak yang paling tinggi. Kan kita sudah beristirahat.
 
Tapi. Kenyataannya tidak selalu demikian. Jika malam harinya kita setres. Tidak puas. Kesal. Atau diribetin oleh sesuatu yang menyita energy emosi kita. Jika seharian kemarin sama bininya terus dicemberutin? Maka kemungkinan besar waktu bangun pagi kita tidak bersemangat. Iya kan?
 
Begitu juga kalau kita ingin menghindari sesuatu yang nyebelin banget dihari itu. Misalnya. Ada jadwal ketemu klien yang bawel. Laporan yang kemarin dicoret-coret boss harus direvisi dan disodorin yang jam sepuluh lewat lima belas pas. Padahal udah cape-cape kita bikin. Eh, masih juga nggak diterima boss. Pasti sebel deh. Itu loh, suara tubuhmu….
 
Terus.
Kapan dong saatnya energy dan semangat diri elo berada pada puncaknya yang paling tinggi? Bukan pagi hari. Tapi ketika kita dipuji. Ketika pelanggan kita senang. Ketika kerjaan kita berhasil diselesaikan dengan baik. Ketika dapat order besar. Ketika pacar kita bilang 'I love you'.  Nggak peduli. Mau pagi, kek. Siang kek. Malam. Bisa kapan aja.
 
Bener kata Natin. Mendengar nasihat orang pinter itu penting. Namun. Lebih penting lagi untuk mendengar suara tubuhmu sendiri. Orang pinter itu mungkin bener sih. Tapi. Hal itu hanya bener untuk dirinya sendiri. Mungkin bagi orang pinter itu, setiap pagi adalah saat dimana semangatnya paling tinggi. Makanya pake jargon semangat pagi. Karena bagi dirinya. Pagi hari adalah saat yang paling banyak energy. Semangat pagi. Semangat tinggi. Itu berlaku bagi dirinya sendiri.
 
Namun. Belum tentu bener buat orang lain.
Bagi sebagian besar orang lainnya, mungkin semangat paling tinggi itu bukan di pagi hari. Tapi di siang hari bolong ketika seorang pelanggan menelepon. Lalu mengatakan "Saya sudah pelajari proposal Anda. Dan saya setuju untuk membelinya dari Anda….." Bukan saat bangun pagi loh energy dan semangat dia paling tinggi.
 
Selagi mereka sibuk merenungkan nasihat Natin soal mendengarkan suara tubuhmu itu, tiba-tiba seseorang menyapa mereka dengan ramah: "Selamat pagi, Anak-anak."
 
"Lho, kok selamat pagi sih Pak?" celetuk Opri. "Ini sudah sore loh…."
"Oh, baiklah kalau gitu… Semangat pagi, Anak-anak….." Pak mergy mengoreksi ucapan salamnya.
 
"Yaaaahhhh…. Itu lagi…" gerutu orang-orang.
"Dengarkan suara dari dalam tubuhmu Pak…." Kata orang-orang sambil bubar jalan.
"M-maksud kalian apa….?" Pak Mergy garuk-garuk kepala.
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa memahami diri sendiri itu sangat penting sekali. Supaya kita tidak mudah terpengaruh oleh jargon yang terdengar manis. Padahal tidak logis. Atau kata-kata yang terasa berkelas. Padahal tidak sesuai dengan realitas. Tubuh kita ini cerdas. Tubuh kita tahu kalau kalimat-kalimat. Atau nilai-nilai yang kita masukkan kedalam diri kita ini bener atau ngawur. Kalau ngaco. Maka bakal jadi nggak nyambung. Dan membuat tubuh kita bingung. Logika kita menolak. Rasa kita menentang. Sampai terjadi perang batin yang nggak kita sadari.  Tapi kalau bener. Cocok dengan sifat alamiah tubuh kita. Makanya, nilai-nilai itu akan sesuai dengan energy dalam diri. Larut menyatu. Kedalam tubuh kita secara utuh. Lalu nilai-nilai positif itu. Mengkristal menjadi nilai positif yang mewarnai perilaku baik kita. Tanpa ada keraguan sedikitpun.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DeKa – Dadang Kadarusman – 24 Mei 2012
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Nasihat sederhana yang sejalan dengan sifat alami tubuh kita, jauh lebih baik pengaruhnya; daripada jargon-jargon bombastis yang bertentangan dengan realitas.
 
Ingin tahu kisah-kisah seru Natin & The Cubicle lainnya? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
----------------------------------------------------------
Subscription: Jika Anda belum namun ingin mendapatkan kiriman artikel inspiratif langsung dari Dadang Kadarusman – GREATIST! – silakan bergabung dengan milist yang baru saja kami buat. Daftar di link ini: http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman

Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

 
 Salam hormat,

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: