Monday, May 21, 2012

#FrenBC @ Natin Menemukan Liburan Diantara Pekerjaan

 



Natin Menemukan Liburan Diantara Pekerjaan
 
Pagi itu.
Orang-orang sudah pada hadir di kubikal sejak jam setengah tujuh. Padahal, biasanya mereka baru nongol setelah jam tujuh atau sebelum jam delapan. Mungkin mereka pada kangen sama komputer dan kursi yang biasanya mereka dudukin setiap hari. Maklum. Akhir pekan kemarin kan baru aja ada libur panjang. Dari hari kamis yang tanggal merah. Ditambah hari Jumat sebagai pengganti libur nasional. Maknyus banget deh pokoknya.
 
Tapi. Kenapa mesti pagi-pagi banget gitu ya mereka datangnya?
 
"Perasaan, gue pergi seperti biasa aja dari rumah," begitu kata Opri. "Tapi kenapa gue datang pagi banget ya."
"Iya. Gue juga sama Pri," Aiti menimpali.
Sekris. Jeanice. Juga Fiancy. Semuanya merasakan hal yang sama.
 
Kenapa ya?
Setelah dipikir-pikir lama. Akhirnya mereka menemukan pola yang sama. Ternyata. Jalanan hari senin ini terasa lengang sekali. Sampai mereka bingung juga. Ini masih libur atau sudah masuk sih?
 
Kayaknya sih. Ini baru kayaknya lho. Banyak orang yang kecapean sehabis liburan. Makanya. Mereka telat bangun deh pagi ini. Nah. Kalau sudah telat bangun. Pasti bawaannya males. Kalau bawaannya sudah males. Pilihannya cuman ada 2.
 
Pilih pertama tentu saja menelepon ke kantor kalau sedang nggak enak badan. Pilihan yang kedua. Ya udah pasrah aja masuk ke kantornya kesiangan.
 
Selagi mereka sibuk bercanda itu tiba-tiba terdengar bunyi 'kling' dari handphonenya Sekris. Semua orang sudah paham. Siapa yang pagi-pagi gini sudah rajin-rajinnya berkirim pesan.
 
"Cieeeee…."  Entah siapa yang bilang begitu. Yang jelas bunyi 'cieee…' itu membuat sekris sewot sambil berkata; "Appaaa-an siiiih…."
 
Yang lain cuman cekikikan aja. Nggak ada yang nimpalin lagi.
"Ini bukan dari dia, tauk!" semprot Sekris.
"Lho, emangnya siapa yang bilang itu ping dari dia, Kris?" Seru Opri. Otomatis banget. "Elo tuch yang ke-GR-an. Kita kan nggak komen apa-apa?"
 
Fiancy. Jeanice. Dan Aiti. Sudah pasti dong mengamini.
"Habisnya elo kok pada bilang 'Cieeeee….' Sih?" balas Sekris.
"Yeeee, orang cuman bilang 'cieeee..' kok dipermasalahkan," ceplos Fiancy. "Biasa aja kaleeee….."
 
"Iya tapi kan itu bukan ping dari dia!" Sekris bersikeras.
"Ya, iyyya. Tapi siapa yang bilang itu dari dia?" tembak Opri sekali lagi. Kali ini telak sekali.
 
Sekris tidak bisa berkutik lagi. Dia nyadar kalau sudah terjebak dalam jerat yang diciptakannya sendiri. "Ini dari Mbak ***," katanya.
 
Mereka baru nyadar. Kalau ternyata belum semua orang tiba di kubikal lebih pagi.
"Apa katanya Kris?" Aiti menanggapi.
 
"Dia telat bangun," jawab Sekris. "Minta ijin kalau masuk terlambat hari ini."
 
"Yeeee, gimana sih. Udah dikasih libur panjang kok malah kebablasan kayak gitu," semprot Opri. Nggak jelas ngomong sama siapa.
 
"Ya udahlah Pri," timpal Jeanice. "Nggak usah dibesar-besarin kaleee," tambahnya. "Orang lain ada yang lebih parah lagi." Katanya.
 
"Parah gimana, Jean?" Sekris penasaran.
"Teman gue," jawab Jeanice. "Sampai sekarang masih belum dapet tiket buat pulang."
 
"Haah?" Mulut Opri menganga seperti buaya yang sedang berjemur. "Jadi dia masih diluar kota?"
"He-emh…" jawab Jeanice.
"Yih. Kalau gue jadi atasannya," kata Opri. "Gue omelin habis kali…."
 
"Ya boleh aja kalau elo mau disebelin sama anak buah elo," begitu timpal Fiancy.
"Ini bukan soal disebelin atau disukain, Fi." Balas Opri. "Ini soal disiplin!." Katanya. "Emangnya dia kerja di perusahaan neneknya. Boleh masuk sesuka hati."
 
"Iya sih Pri, elo bener." Jawab Fiancy. "Tapi kalau nggak ada kendaraan untuk pulang gimana?"
 
"Ya elo atur sendiri dong Fi. Elo kan sudah dewasa. Masa yang begituan aja mesti gue ajarin juga!" Kalau udah nyerocos. Opri emang susah untuk disuruh berhenti. "Elo kan sudah dikasih kepercayaan. Ya jangan disia-siakan dong," tambahnya. "Tunjukkan kalau elo bertanggungjawab sama diri elo sendiri. Biar elo dipercaya untuk bertanggungjawab pada pekerjaan elo."
 
"Yeee elo, kok jadi ngomelin gue sih Pri?" Fiancy jadi sewot karenanya. "Emangnya gue salah apa? Gue kan sudah ada dikantor dari tadi. Jangan seenaknya gitu dong kalau ngomong!"
 
"Sudah-sudah!" Jeanice menelusup diantara dua cewek yang lagi ribut itu. "Elo tuch aneh semua ya. Yang punya masalah orang lain, kok yang ribut elo berdua."
 
"Habisnya, dia tuch yang sok disiplin sendiri!" hardik Fiancy.
"Gue bukannya sok disiplin Fi," Opri membela diri. "Gue cuman…"
"Udah Pri… Nggak usah ngeyel gitu dong." Sekris ikut menengahi. "Ntar malah Fiancy jadi tambah emosi."
 
"Nah. Denger tuch." Timpal Fiancy. "Lagian elo itu belum jadi boss, tauk!"
 
Opri hampir saja membalas ucapan Fiancy kalau saja Aiti tidak segera menarik tangannya. "Pri, tarik nafas elo," katanya.
 
"Pejamkan deh mata elo sebentar, Fi…," Jeanice menenangkan Fiancy.
 
"What happened ya?" Kata Opri beberapa saat kemudian. "Gue minta maaf ya Fi," katanya. "Nggak maksud gue ngomelin elo…."
 
Fiancy nggak langsung menjawabkan. Dia mendekati Opri dengan wajah yang tetap datar. Membuat rasa bersalah Opri semakin membesar. Kemudian. Tanpa disangka Fiancy memeluk tubuh Opri sambil berkata; "Nggak apa-apa boss… gue ngerti."
 
"Kok elo gitu sih, Fi?" kecut Opri.
"Gitu gimana?" balas Fiancy.
"Gue kan bukan boss elo…." Jawab Opri. Hihi. Gaya dan muka boleh macho. Tapi soal perasaan. Ternyata si Opri ini melankolis banget.
 
"No effense ya, Pri," kata Fiancy. "Tapi seperti kata Natin," lanjutnya. "Elo dan juga gue. Adalah calon-calon boss dimasa depan."
 
Opri dan teman-teman lainnya manggut-manggut.
"Nah, gue rasa. Sikap elo soal kedisiplinan itu emang bener. Bagus malah. Elo sudah punya prinsip begitu sebelum elo bener-bener jadi boss." Fiancy meneruskan kuliahnya. "Elo bisa jadi boss yang hebat kelak Pri," lanjutnya.
 
"Elo yang bakal jadi boss hebat, Fi," balas Opri. "Soalnya, sekarang pun elo udah pinter memahami orang lain. Kalau elo ntar udah jadi boss, elo paling bisa mengerti orang yang elo pimpin. Mereka pasti seneng sama elo." Tambahnya.
 
"Iya. Emang cuman elo berdua yang pantes jadi pemimpin masa depan…" celetuk Aiti.
 
"Diiih, bukan itu maksud gue, Ti…." Opri dan Fiancy merespon nyaris bersamaan.
"Emh… ini kan gara-gara gue dan Opri…." Fiancy berkata ragu-ragu.
"Lagi berantem," sambung Opri.
"Jadi elo mesti berantem dulu sama gue untuk tahu kelebihan gue?" Aiti menimpali.
"Oh, nggak, bukan begi…."  Opri dan Fiancy merespon berbarengan.
"Hihi. Serius amat sih elo pade," Aiti buru-buru memotong kata-kata mereka. "Gue cuman bercanda kok…" katanya.
 
Bunyi 'kling' terdengar lagi dari BB Sekris. Mbak *** lagi. "Gile, jalanan macet berat Kris. Gue pasti telat banget…" begitu pesannya.
 
Perasaan tadi pagi jalanan sama sekali nggak macet. Sama sekali beda dengan hari senin lainnya. Seperti bukan senin pagi aja gitu. Dan seperti bukan Jakarta. Jalanan kosong melompong. Makanya orang-orang udah pada nyampe di kubikal lebih pagi dari biasanya.
 
"Macet apa-an Mbak? Semua orang udah pada nyampe kok…." Bales Sekris.
"Eh, bener lagi. Jalanan mampet banget." Begitu balas Mbak *** hanya berselang beberapa detik kemudian.
 
Bener. Seperti dugaan awal mereka tadi.
Kebiasaan. Habis libur panjang. Malah jadi pada telat bangun. Pada telat mandi. Pada telah berangkat. Pada telat dijalan. Pada telah masuk kantor. Teruuuus pada kejebak oleh telat-telat yang lainnya. Bisa-bisa orang-orang itu tiba di kantor menjelang tengah hari.
 
Perut semua orang sudah pada kenyang mencicipi oleh-oleh yang dibawa oleh teman-teman. Seperti biasanya aja. Mereka saling tukeran buat cemilan sehari. Kalau pas banyak banget. Malah bisa sampai dibawa ke rumah segala.
 
Cemilan udah disiapkan. Waktu sudah hampir jam delapan. Sudah saatnya untuk menuju ke kubikal masing-masing. Meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda selama long weekend kemaren.
 
Sesampainya di kubikal. Mereka mendapati sebutir permen karamel di meja. Cuman satu untuk setiap meja. Hmmh… itu biasa. Mungkin orang yang bawa oleh-olehnya cuman peremen nggak seberapa ini agak malu. Jadi dia pilih menyimpan permen itu langsung di meja temannya satu-satu.
 
Memang.
Tidak semua orang di kubikal punya uang cukup banyak untuk membeli oleh-oleh yang harganya lumayan. Tapi. Siapapun yang membagikan peremen itu pastinya orang yang penuh perhatian. Dan mau menyisihkan rezekinya untuk kebersamaan dengan teman-teman. Sayang. Nggak ada yang tahu. Siapa orang sederhana yang baik hati itu.
 
Kadang-kadang. Kalau kita pas lagi punya cukup uang. Kita membelikan sesuatu buat teman. Lalu memakannya ramai-ramai di pantry. Nah. Ketika itu kita sering merasa kalau kitalah yang paling berjasa. Paling baik kepada orang lain.
 
Padahal.
Ternyata ada juga orang yang uangnya bener-bener pas-pasan. Tapi dengan uang yang terbatas itu dia berbesar hati membelikan buah tangan agar bisa dicicipi oleh teman-temannya. Padahal. Uang seratus ribu yang dikeluarkan oleh seseorang yang punya uang sepuluh juta, mungkin nilainya tidak lebih baik dengan uang sepuluh ribu yang dikeluarkan oleh seseorang yang hanya punya uang satu juta.
 
Semua orang di kubikal tertegun dengan pemberian berupa sebutir permen karamel itu. Berbentuk kotak segi empat. Dan dibungkus dengan kertas berwarna putih bertotol-totol hitam. Membentuk gambar siluet sapi. Permen jaman dulu banget.
 
Tak seorang pun ingat. Kapan terakhir kali makan permen itu. Mereka hanya ingat kalau permen itu sudah susah dicari di toko. Hanya ditemukan di daerah-daerah peternakan sapi atau sentra-sentra produsen susu segar. Tanpa terasa. Oleh-oleh murah dari orang misterius itu telah membangkitkan kenangan bagi semua orang.
 
Tanpa disuruh. Orang-orang di kubikal meraih permen itu. Lalu membuka bungkus kertas hitam putih bergambar sapi itu. Ketika mereka membukanya. Eh, ada bungkus lapisan ke dua. Terbuat dari kertas dengan jenis dan corak yang sama.
 
Aneh. Kok permen ini dibungkus dua kali sih?
Begitu pertanyaan yang mampir dibenak orang-orang. Lalu mereka yang penasaran itu  memperhatikan bungkusan yang sudah terlepas itu lebih seksama.
 
Ternyata. Dibalik kertas pembungkus lapisan pertama itu terdapat tulisan ini:
SELAMAT! ANDA BERUNTUNG
 
Wah, semua orang kegirangan. Mungkin permen ini ada hadiah undiannya. Siapa tahu dapat emas batangan satu kilo. Atau uang tunai dua ratus lima puluh juta. Kan lumayan.
 
Emang rada aneh sih. Mana ada industry kecil pembuat permen karamel bisa ngasih hadiah sebanyak itu. Meskipun untuk tujuan promosi. Kan rasanya nggak masuk akal juga. Tapi. Kalau mereka maunya begitu, kenapa mesti ditolak, coba?
 
Makanya. Semua orang terus mencari kalimat lanjutannya. Ternyata ada di pojok kiri bawah kertas itu. Dan disitu, mereka bisa menemukan kalimat berisi hadiahnya berbunyi begini.
BISA KEMBALI BEKERJA SETELAH BERLIBUR
 
Yaaah. Kirain hadiah undian.
Ternyata bukan. Dan sekarang semua orang di kubikal menjadi tahu. Siapa orang yang membawakan oleh-oleh berupa peremen karamel itu. Tapi mereka juga jadi tahu. Bahwa hadiah yang sesungguhnya bukanlah peremen itu. Melainkan pesan yang tertulis dibalik kertas pembungkusnya:
SELAMAT! ANDA BERUNTUNG
BISA KEMBALI BEKERJA SETELAH BERLIBUR
 
Iya ya. Kenapa kita jarang sekali menyadari jika bisa kembali bekerja seperti sedia kala itu merupakan sebuah anugerah. Nggak terhingga banget deh nilainya.
 
Mau dihitung dengan maksud harfiahnya. Maupun maknawiyahnya. Secara harfiyah bener banget kok. Kemarin di televisi. Ada kecelakaan lalu lintas di jalur menuju pusat rekreasi. Meskipun nggak sampai merenggut korban jiwa. Tapi. Jelas banget kalau korbannya mesti di rawat di rumah sakit. Hari ini. Belum tentu orang itu sudah bisa kembali bekerja seperti sedia kala.
 
Terlebih lagi kalau kita menilainya secara maknawiyah. Pernah nggak sih kepikiran kalau saja – ini kalau loh – kita nggak punya lagi kesempatan untuk balik ke kantor. Entah apa saja penyebabnya. Mungkin perusahaannya bangkrut. Mungkin perusahaan tidak lagi menginginkan kita. Atau mungkin. Kontrak kerja kita berakhir persis hari ini.
 
Kita mungkin nggak merasakannya. Tapi. Begitulah yang dialami oleh teman-teman kita. Para pekerja kontrak. Yang. Hari ini. Adalah hari pertama kontrak kerja mereka berakhir. Kerasa ya. Betapa beruntungnya kita.
 
Kalau kita mau merenungkannya sedikit lebih dalam. Perhatikanlah. Bahwa tanggal merah. Hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang mempunyai pekerjaan. Suka cita dalam setiap long weekend hanya bisa dirasakan oleh mereka yang mempunyai penghasilan. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak seberuntung kita. Liburan tidak lebih dari sekedar lecutan. Tentang betapa berharganya sebuah pekerjaan.
 
"Kris, sini Kris, CEPAT!!!" tiba-tiba terdengar teriakan dari ruang kerja Pak Mergy.
Sekris langsung berlari kearahnya. Orang-orang di kubikal ikut terjekut. Tidak seperti biasanya Pak Mergy berteriak seperti itu. Hingga mereka menguntit Sekris dari belakang.
 
"Ini hari apa sih, Kris?" begitu tanya Pak Mergy. Tepat ketika wajah bulat Sekris nongol di pintunya.
 
"Senin, Pak." Jawab Sekris.
"Ini sudah bukan tanggal merah, kan?" tanya beliau.
"Sudah lewat Pak. Ini sudah hari kerja lagi…" Sekris masih tidak mengerti maksud beliau.
"Emangnya kenapa, Pa?" rasa penasaran mendorong Opri untuk bertanya.
"Heh? Kalian kok ikut campur!" hardik Pak Mergy. "Emangnya kalian nggak ingin liburnya diperpanjang?." Katanya.
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari betapa beruntungnya mereka dengan pekerjaan yang masih dimilikinya. Mereka sadar untuk tidak pesimis. Namun, mereka juga sadar untuk tidak lengah. Apalagi takabur. Bahwa pekerjaan mereka itu merupakan nikmat yang nyaris tidak terukur harganya. Justru karena ada pekerjaan itulah, maka kita merasakan betapa berharganya tanggal merah. Karena kita punya pekerjaan itulah, makanya kita bisa bergembira ketika mendapatkan long weekend. Jadi. Wajar sekali jika mereka habis-habisan menikmati liburan. Dan. Lebih wajar lagi kalau mereka bekerja habis-habisan. Supaya mereka bisa menikmati liburan sepanjang masa. Dengan cara memiliki pekerjaan yang baik. Selama mungkin.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DeKa – Dadang Kadarusman – 21 Mei 2012
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Hanya ketika mempunyai pekerjaan saja, kita bisa menikmati liburan. Karena tanpa pekerjaan, kita tidak dapat menemukan kegembiraan masa liburan
 
Blog saya www.dadangkadarusman.com kena hacking lagi. Jadi untuk sementara diblokir dan tidak dapat diakses. Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
 
Ingin tahu kisah-kisah seru Natin & The Cubicle lainnya? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
----------------------------------------------------------
Subscription: Jika Anda belum namun ingin mendapatkan kiriman artikel inspiratif langsung dari Dadang Kadarusman – GREATIST! – silakan bergabung dengan milist yang baru saja kami buat. Daftar di link ini: http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/  
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman

Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: