Monday, April 2, 2012

#FrenBC @ Natin Sekolah Di Kantor

 

NatinSekolah Di Kantor    
 
Sudah menjadi panggilan hati.
Setiap pagi, orang-orang di kubikalmampir ke pantry. Bukan semata-mata untuk mengambil air minum. Tetapi untuk melihat 'menu hari ini' yang disajikan oleh Natin. Tanpa mereka sadari. Sudah terbentuk sebuah kultur baru di seantero kubikal. Yaitu kultur untuk menerima pencerahan setiap pagi.
 
Sayangnya, menu hari ini yang disajikan oleh Natinterasa terlalu berat. Nggak mungkin bisa dilakukan oleh semua orang di kubikal. Makanya, rasanya kurang nendang. Bukan hanya satu dua orang yang menilainya begitu. Hampir semua orang di kubikalmenilai jika menu Natindi whiteboard hari ini kurang membumi.
 
'Mungkin Natinsudah kehabisan ide,' sebagian orang berpikir demikian. Ada juga yang mengira jika sekarang Natinsudah agak ng-boss. Belagu. Mentang-mentang dia dibutuhkan oleh banyak orang. Omongannya sudah mulai tidak terukur. Bagaimana pun juga, dia harus tahu diri. Seperti halnya orang lain yang juga mesti sadar posisinya masing-masing.
 
Diantara pendapat yang miring itu, masih banyak juga pendapat yang positif. 'Bagaimanapun juga Natinitu manusia biasa, jadi terima aja jika sesekali menyajikan menu yang kurang nendang.'
 
Ada juga yang tetap ngefans padanya. "Siapa sih orang yang bisa memberikan semangat di kubikalini selain Natin?" katanya. "Nyadar nggak sih, kalau selama ini Natinsudah memberikan pengaruh baik pada diri kita dan kehidupan di seluruh kubikal?"
 
Biasalah. Pro dan kontra. Dimana pun selalu ada.
Jangankan soal Natinyang posisinya sekedar Office Boy. Orang-orang terkenal pun tidak selamanya benar. Tidak ada motivator yang nggak pernah sedih. Bo'ong dia kalau bilang nggak pernah 'down'. Tidak ada orang terhormat yang selamanya bersih. Semua hanya manusia biasa.
 
Aiti enggan ikutan dalam perdebatan.  Dia memilih menyingkir. Dia pergi ke pantry. Untuk menghabiskan secangkir kopi pahit sendirian disana. Selagi menyeruput sajian hangat itu, matanya tertuju pada secarik kertas yang terselip di balik lemari penyimpanan gelas-gelas kering. Di bagian kertas yang menyembul itu ada tulisan tangan berbunyi "Belongs to Natin".
 
"Gihiiile. Pake bahasa Inggis segala nih si Natin..." bisik dihatinya. "Boleh juga nih Office Boy...." gumamnya sulit untuk dihentikan. Tapi dia juga merasa ragu, apa benar Natinbisa bahasa Inggris. Atau sekedar niru tulisan orang lain. Atau..., mungkin ya cuman itu doang yang dia bisa selain nyebut 'I Love You...."
 
Rasa penasaran mendorong Aiti untuk menarik kertas itu. Ternyata satu bundelan sekitar delapan halaman. Mata Aiti langsung terbelalak melihatnya. Mukanya melongo seperti orang bego. Tangan kanannya menutup mulut yang menganga tanpa ada sedikit pun kata.
 
Baru beberapa detik kemudian Aiti tersadar. Nggak disangka. Ternyata selama ini, Natin..... Dia berlari menuju ke kubikal. Disana orang-orang masih terkurung dalam perbedaan pendapat itu. Kata kubu yang satu, Natinsudah kehilangan wibawa. Kata-katanya mulai ngelantur. Ngawur. Nggak cocok lagi dengan dinamika orang-orang di kubikal.
 
Pihak yang lainnya membela Natinmati-matian. Mereka mengatakan jika Natinitu kemungkinan adalah seorang sufi. Atau orang bijak yang sedang menyamar. Atau orang berilmu tinggi yang sedang turun gunung. Makanya tidak semua ajaran dia bisa difahami.
 
"Sebaiknya kalian liat ini!" Teriakan Aiti menghentikan perdebatan itu. Dia menenteng kertas yang ditemukannya sambil tergopoh-gopoh.
 
Opri segera menyambar kertas itu dari tangannya. Yang lain tidak mau ketinggalan. Langsung mengerubuti Opri yang tidak sabar untuk mengetahui apa yang tertulis disitu. Siapa tahu kertas itu berisi dokumen rahasia yang membeberkan identitas Natinyang sebenarnya.
 
Tapi. Ketika membaca apa yang tertulis di halaman depan.
Mereka semakin terkejut. Bukan karena berhasil membongkar tabir yang selama ini menutupi identitas Natinyang sebenarnya. Melainkan karena di kertas yang bertuliskan 'Belongs to Natin' itu ada sebuah logo yang tidak sembarangan.
 
Selain logo itu. Di bagian atas halaman depan dokumen itu ada sebuah tulisan yang membuat mereka terkesima. Tulisan itu berbunyi; "HARVARD BUSINESS REVIEW".
 
Mereka bergidik.
Nggak seorang pun dari penghuni kubikalyang pernah membaca dokumen serupa itu sebelumnya. Mereka percaya jika itu hanyalah pantas untuk menjadi santapan para boss. Sedangkan pegawai biasa-biasa saja nggak cocok membaca yang begituan.
 
Sekarang mereka melihat dokumen itu sebagai 'milik Natin'. Belongs to Natin.
Diantara keterkejutan itu, mereka menemukan pemahaman atas menu hari ini yang ditemukan dalam whiteboard di pantry. Sekarang mereka mengerti maksudnya.
 
Setelah berdebat dalam perbedaan pendapat, akhirnya mereka mengerti apa yang dimaksud oleh Natindengan menu hari ini yang dibuatnya. Ternyata memang Natintidak sekedar membual. Atau meneriakkan jargon-jargon seperti yang digembar-gemborkan oleh orang-orang pintar diatas podium. Natinmengatakan sesuatu yang realistis. Yaitu sesuatu yang dia sendiri sudah melakukannya. Bukan sekedar teori dalam bualan.
 
 
Pantas jika Natinmenulis menu hari ini di whiteboard seperti itu. Karena dia sendiri sudah terlebih dahulu melakukannya. Wajar jika di whiteboard itu Natinmenulis begini:
 
Menu hari ini:
"SEKOLAH DI KANTOR"
 
Bekerja itu. Bukan sekedar mencari uang.
Bekerja itu adalah proses belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Tidak ada orang yang langsung terampil begitu selesai kuliah. Tidak ada pengalaman yang bisa didapatkan tanpa melakukannya. Maka bekerja, adalah saat terbaik untuk menempa diri. Sehingga kantor, adalah tempat terbaik untuk 'bersekolah'. Begitulah prinsip hidup Natin.  
 
Semua orang di kubikalsaling pandang. Tak ada kata terucap. Setidaknya untuk beberapa waktu. Mereka terjerat dalam perenungan tentang apa yang selama ini mereka lakukan di kubikal. Uang. Adalah kejaran nomor satu-satunya. Segala sesuatunya diukur hanya dengan uang. Uang. Dan uang.
 
Jika nggak ada uang yang sepadan. Ngapain susah-susah ngerjain.
Jika nggak ada uang tambahan. Ngapain ada tambahan penugasan.
Jika ngga ada uang lebih. Ngapain harus kerja lebih dari job description.
 
Sekarang mereka mengerti. Mengapa Natinselalu mau menerima perintah mengerjakan apapun. Disuruh membantu manager ini, siap. Diperintah membantu manager yang itu, mau. Bahkan Natinsering datang kepada orang-orang yang sibuk. Lalu bertanya;"Boleh saya bantuin kerjaannya Mbak...."
 
Semua fakta itu terlihat jelas dalam keseharian Natinselama ini.
Namun belum benar-benar mereka pahami hingga pagi ini. Bahkan ketika Natinmenuliskan menu hari ini di whiteboard kesayangannya. Orang-orang dikubikaltidak serta merta memahaminya. Mereka malah memperdebatkannya.
 
Namun, fakta yang tertulis dalam dokumen berbahasa Inggris setebal delapan halaman itu menceritakan hal lain. Yang tak seorang pun bisa membantahnya. Ternyata. Semangat belajar Natinbenar-benar melampaui siapapun yang jabatan dan kedudukannnya di kantor lebih terhormat.
 
Seorang karyawan keren membaca buku? Itu biasa.
Seorang manager ngomong bahasa Inggris? Itu sudah seharusnya. Masak manager nggak ngerti bahasa Inggris. Kursuslah biar ngerti sedikit-sedikit.
 
Tapi. Seorang office boy menyantap 'Harvard Business Review'? Itu bukan hal yang biasa. Jangan-jangan. Cuma Natinsatu-satunya yang menyantap bacaan semacam itu di seantero kantor.
 
Apapun itu. Telah membuat semua orang di kubikalsadar. Bahwa mereka harus segera memperbaiki orientasi kerjanya. Uang. Ya. Semua orang membutuhkan uang. Tetapi, uang sudah pasti didapatkan oleh mereka yang bekerja dengan baik. Di tempat yang baik.
 
Selain uang, apa?
 
"Weleh, weleh, weleeeeeeeh......" suara Pak Mergy memecah keheningan. "Khusyuk sekali kalian ini membacanya." katanya. "Kertas apa-an tuch?" seraya menarik dokumen itu dari tangan Opri.
 
Air mukanya menyiratkan senyum sumeringah. Sampai ketika matanya menangkap apa yang tertulis di dokumen itu. Mendadak saja sekujur tubuhnya membeku.
 
"N-Natin.... b-baca artikel ini....?" Nyaris tidak jelas. Apakah Pak Mergy bertanya kepada orang-orang. Atau sekedar bergumam untuk dirinya sendiri.
 
"Ah, ya. Ehm." Secepat kilat Pak Mergy kembali kepada gaya bicaranya yang berkelas. Membetulkan dasinya yang sebenarnya baik-baik saja. Lalu kembali berkata;"Ini adalah sesuatu yang layak kalian contoh."
 
Orang-orang di kubikalsaling pandang.
"Jangan mau jadi orang yang terkungkung oleh keterbatasan kubikal," kata Pak Mergy lagi. "Ingat. Ilmu itu bisa diakses oleh siapa saja. Maka belajarlah kalian. Biar jadi orang pintar. Karena orang pintar, punya masa depan yang lebih baik."
 
Pak Mergy sekali lagi membetulkan dasinya.
Lalu beliau beranjak. Meninggalkan orang-orang di kubikalyang masih pada bengong.
 
"Sekris." teriak Pak Mergy.
"I-Iya Pak," Sekris menyahut setengah gugup.
"Tolong terjemahkan dokumen itu untuk saya....." katanya.
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikalmenyadari bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar. Peluang yang sama untuk berkembang. Kemungkinan yang sama untuk terus meningkatkan diri. Hanya saja. Cuma sedikit yang mau mengambil tindakan. Beruntung sekali. Hari ini mereka bisa mencerna pesan penting yang dituangkan oleh Natindi whiteboard didalam pantry. Kata Natin, bekerja itu seperti sekolah. Karena selama bekerja, kita berkesempatan untuk mempelajari banyak hal.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  2 April 2012
Ikutan yok, training 'Natural Intelligence Leadership' 11-12 April
 
Catatan Kaki:
Mengembangkan diri itu adalah tanggungjawab pribadi. Jangan menunggu perusahaan melakukannya untuk Anda. Lakukanlah sejauh yang Anda bisa.
 
Ingin tahu kisah-kisah seru Natinlainnya? Kunjungi http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
PUBLIK TRAINING TGL 11 s/d 12 APRIL: Teman-teman, Training Training Natural Intelligence Leadership (NatIn™) dijadwalkan tanggal 11 s/d 12 April 2012di Hotel Menara Peninsula Jakarta. Saya mengundang Anda untuk mengikuti training tersebut. Pendaftaran:di 0812 19899 737 atau 0812 1040 3327 atau email: dkadarusman@yahoo.com atau dadang@dadangkadarusman.com   (Pendaftaran ditutup tanggal 5 April).
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
----------------------------------------------------------
Subscription: Jika Anda belum namun ingin mendapatkan kiriman artikel inspiratif langsung dari Dadang Kadarusman – GREATIST! – silakan bergabung dengan milist yang baru saja kami buat. Daftar di link ini: http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
 

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman 
Public Training "Natural Intelligence Leadership"  11 - 12 April
Contact: Dadang at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: