Friday, November 4, 2011

Re: IPOMS-APICS Wanita Indonesia Sang Ahli Desain Kapal

 

Bu Henny,

Salut!

Selain MODEC ada juga SBM Offshore yg juga besar, CMIIW.
Setahu saya Shell plan to build the most expensive ever built FPSO (or FLNG) seharga USD 3billion..

Cheers,
Prast

Sent from my iPhone4

On Nov 3, 2011, at 11:45 PM, Henny Poerwanti <lovryen@yahoo.com> wrote:

 

Iya pak terimakasih,
Mungkin yang biasa-biasa saja itu saya..kalo MODEC memang still number one FPSO Company in the world. Yang kedua adalah BP...hehehe
 
Regards,
Henny P Suparjono Hanang
From: Boedi Setyono <suratlagi@gmail.com>
To: APICS-ID@yahoogroups.com
Sent: Thursday, November 3, 2011 8:37 PM
Subject: RE: IPOMS-APICS Wanita Indonesia Sang Ahli Desain Kapal
 
 
Saya pernah terlibat dlm bidang HSE utk pekerjaan konstruksi pipe racks, flare tower, helipad, embarkation tower, dll sebagai bagian dari BP Angola PSVM FPSO, waktu itu berinteraksi dgn Robert Williams yg orang ausie.
 
Rasanya kok MODEC biasa-biasa aja…
[smile]…
 
Anak perempuan saya yg ke-2 minatnya ke bidang sains, mudah2an bisa sehebat atau lebih hebat dari Ms Henny…
You are very inspiring…
 
Salam,
Boedi
 
 
From: APICS-ID@yahoogroups.com [mailto:APICS-ID@yahoogroups.com] On Behalf Of Henny Poerwanti
Sent: 04 July 2011 12:24
To: APICS-ID@yahoogroups.com
Subject: Re: IPOMS-APICS Wanita Indonesia Sang Ahli Desain Kapal
 
 
Trimakasih sudah di bagi...
 
Ada koreksi disitu, sebenarnya saya bukan engineering manager dari Modec. Sudah saya sampaikan ke redaksi hanya keburu meluncur di pasaran...hehehe
 
Untuk di terima di MODEC, pemilik FPSO terbesar di dunia bukan hal yang mudah. Ketika itu tidak tau dari mana tau-tau ada telpon dan saya di minta datang untuk interview. Padahal bayi saya masih 4 bulan. Hiks..masih malas untuk terjun ke proyek.
 
Nah Engineering Manager untuk proyek besar tersebut adalah orang Korea yang sangat-sangat teliti sekali dan detail jika menginterview seseorang.
 
Saya tidai melamar jadi saya tidak ada beban dan santai sekali. Di terima syukur .. dan gak juga gak rugi, yang penting masuk aja dulu sambil lihat kantornya. ahaha..
 
Eh ... interview yang cukup panjang, baru pertama itu saya jalanin hampir 2 jam. Ahaha ini interview apa test ujian masuk ya? pikir saya.
Satu persatu di tanyakan pengalaman saya sampai di kash kasus, lha kapal kasusnya ya itu itu saja..otomatis saya bisa menjawab. Akhirnya 2 hari kemudian saya di kasih telpn untuk mulai masuk mingu depannya.
 
Aslinya saya di tawari pekerjaan sebagai naval architect dan piping engineer (system). Eh setelah 3 bulan kok pekerjaan management yang saya terima, nah disitulah saya tau bahwa si Korea ini mau saya jadi Asistennya. Oleh sebab itu pekerjaan saya terakhir banyak di management bantu Engineering Manager (sebagai Asistem Manager).
 
Kebagaian approaching Manager lain, Mengingatkan Engineer dsbnya...
Pengalaman menarik dimana sebelumnya saya banyak berhubungan dengan lapangan dan mau gak mau harus galak, Tapi pekerjaan terakhir malah membuat say abanyak belajar ngemong dan membimbing orang untuk mau diajak kerja sama.
 
hehhe..begitulah pak sekilas.
Suka suka banyak.. tapi setelah mereka melihat saya biasanya langsung lemes. Soalnya gak bakal percaya kalo saya suka keluar masuk kamar mesin dan lorong-lorong di bawah pontoon.
 
Trimakasih dan jika ada yg mau bimbingan saya untuk di bidang kapal, silahkan hubungi saya.
Untuk anak bangsa free dan insya Allah saya akan adakan seminar sendiri bulan oktober nanti.


Salam,
Henny P Suparjono

--- On Mon, 7/4/11, syarwani <syarwani@yahoo.com> wrote:

From: syarwani <syarwani@yahoo.com>
Subject: IPOMS-APICS Wanita Indonesia Sang Ahli Desain Kapal
To: APICS-ID@yahoogroups.com
Date: Monday, July 4, 2011, 7:02 AM
 
Wanita Indonesia Sang Ahli Desain Kapal

NAMANYA Henny Poerwanti. Gelarnya berderet-deret. Maklum, ia double sarjana
(mechanical engineer dan naval architect). Saat ini menetap di Singapura dan
bergerak di bidang konsultan perkapalan. Sekarang dipercaya menjadi engineering
manager di Modec (pemilik FPSO terbesar di dunia). Berikut pengalaman Henny,
wanita Indonesia yang jago mendesain kapal.

PERJALANAN karir saya di bidang Industri perkapalan dimulai sejak tahun 1992 di
Kodja Bahari Jakarta. Pada waktu itu saya mendapat kehormatan dari Kampus
Politeknik untuk mensupport GTZ.

GTZ adalah sebuah lembaga milik pemerintah Jerman yang bertugas membantu
negara-negara berkembang dalam memajukan negaranya. Apa hubungannya GTZ dengan
dunai perkapalan? Ketika itu Kodja Bahari menjadi salah satu galangan kapal
terbesar kedua di Indonesia yang menerima project pembangunan kapal penumpang
Gotland Vessel milik sebuah perusahaan Swedia.

Awalnya, saya mulai bekerja sebagai designer perkapalan (specialis
machinery/kamar mesin). Padahal waktu itu saya belum lulus kuliah.
Seingat saya, mereka yang dikirim dari kampus jumlahnya mencapai lima orang dan
saya satu-satunya perempuan. Kehidupan yang keras mulai dari mengerjakan design,
hingga turun kelapangan untuk inspeksi, lalu memberi petunjuk kepada para
pekerja galangan sudah mulai saya rasakan sejak tahun 1992.

Sebagai wanita yang bekerja di dunia yang keras dan bisa menaklukkan kehebatan
kaum Adam sungguh merupakan kebanggan dan kepuasan tersendiri. Bukan berarti
saya tidak menghargai mereka, tetapi kemampuan otak, kemampuan dalam hal
mengatur orang, bernegosisasi dan juga menyelesaikan berbagai macam problem di
kantor maupun di lapangan merupakan tantangan tersendiri.

Contoh sederhana saja, ketika kuliah dulu, saya satu-satunya wanita dari 40
mahasiswa yang mengambil jurusan mesin kapal. Enggak heran kalau saya selalu di
nomor kancilkan alias selalu mendapat giliran akhir setiap kali melakukan
praktek lapangan, praktek bengkel ataupun uji laboratorium.
Dari yang saya ceritakan, intinya adalah kita (kaum wanita) harus bermental
baja, pantang menyerah dan harus bisa berdiri sama tinggi dengan mereka kaum
laki-laki.

Pengalaman dari Kodja dengan begitu minim fasilitas membentuk mental saya
semakin bertambah satu lapis. Dari seorang yang pendiam dan feminim, tiba-tiba
menjadi seorang yang sedikit agresif. Begitu kata ibu saya.

Agresif dalam arti, saya tidak pernah merasa takut dan kepercayaan diri otomatis
selalu bertambah. Kerasnya hidup dan bekerja di Jakarta tidak membuat saya
menjadi wanita yang gampang mengeluh dan juga putus asa.
Dan yang membuat saya sungguh bersyukur dapat bekerja ke Jakarta, waktu itu saya
bekerja dengan insinyur dari Jerman dan saya mendapat banyak ilmu mengenai
pekerjaan lapangan mulai design, inspeksi kapal, hingga pekerjaan lapangan
(mengelas, memotong plat/ pipa, menyambung dan memasang ke kapal) menjadi bagian
yang harus saya lakukan.

Wuihh, betapa tidak pada waktu itu saya juga satu-satunya wanita di Kodja Bahari
galangan empat yang menyandang gelar diploma (masih belum ada insinyur wanita
pada waktu itu di bidang perkapalan).
***
DARI Jakarta saya kembali ke kota di mana saya dilahirkan, Surabaya. Saya
melanjutkan karir di bidang yang sama. Di sini prestasi saya banyak di belakang
meja. Lebih banyak ke design daripada ke lapangan. Sejak itu saya mulai fokus
pada design kapal, mulai dari kapal untuk kepentingan militer, kapal tanker,
kapal cargo (bulk carrier) hingga kapal penumpang.

Ketika mengerjakan kapal cargo, saya mendapatkan kesempatan untuk berangkat ke
negeri Belanda untuk mengikuti training. Kesempatan itu menjadi pintu kedua bagi
saya untuk bisa melihat dunia luar.

Tidak mudah untuk bisa berangkat ke Belanda, jika tidak karena kepala bagian
saya yang pada waktu itu berjuang untuk membela hak saya. Mengapa? Sebenarnya,
mereka yang akan dikirim adalah karyawan lain yang sama sekali tidak mengerjakan
proyek ini.

Kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa persaingan di dunia perkapalan adalah
sangat kuat antara laki-laki dan wanita. Kami kaum hawa mungkin masih dianggap
kurang mampu untuk menerima tugas atau tanggung jawab yang berat. Tetapi tentu
saja Tuhan berkehendak lain dan itu patut saya syukuri.

Penjalanan yant tidak pernah saya bayangkan dan impikan, tetapi menjadi
perjalanan karir saya adalah berangkat ke Jerman. Waktu itu sekitar tahun 1997
terjadi krisis di Indonesia dan dunia pekapalan mulai sepi. Saya memutuskan
untuk berangkat ke Jerman mengambil double degree di bidang design kapal. Oh
iya, gelar insinyur saya selesikan di Surabaya di sebuah Universitas swasta.

Pertimbangan waktu itu adalah saya cenderung mengumpulkan pengalaman di banding
konsentrasi melanjutkan kuliah ke universitas milik pemerintah. Itu juga atas
anjuran ayah saya yang mensupport saya 100 persen agar saya bisa survive di
bidang saya, sebagai wanita bukan jalur akademis yang penting tetapi pengalaman
dan kemampuan mendesign serta pengalaman membangun kapal lebih bisa dihargai.

Di Jerman saya tinggal di Kota Bremen dan di situ ada sebuah universitas yang
dikenal sangat bagus di bidang perkapalan dan kelautan (marine & offhore).
Dengan modal tekad dan kemampuan bahasa Jerman, saya melanjutkan study sembari
bekerja sebagai partimer di beberapa perusahaan dan galangan kapal. Selain uang
yang menjadi tujuan saya, juga ilmu serta pengalaman yang menjadi incaran saya.

Yang unik adalah ketika saya mulai bekerja (tiga bulan setelah kedatangan saya
di Jerman), semua itu terjadi atas bantuan bekas manager saya yang berhasil saya
hubungi. Dan alhamdulillah saya diberi kesempatan bekerja selama tiga bulan
dengan fasilitas yang lumayan.

Banyak rekan saya yang terheran-heran ketika saya mendapatkan mobil dari
perusahaan. Saya semakin percaya diri dan tidak takut sendiri hidup di negeri
orang. Prinsip niat baik dan 'do the best' selalu menajdi pegangan saya.
Tiga bulan saya berada di Departement Engineering, tepatnya di bagian Mechanical
Engineering.

Di sana saya banyak belajar mengenai system, detail design dan bahkan DIN
(Standart Technik Jerman). Bayangkan saya belajar bagaimana satndart yang diakui
oleh dunia internasional itu dibuat. Bangga juga dong jika saya mengerti proses
dari pembuatan standarisasi. Selama tiga bulan, saya bekerja partime di galangan
kapal Luerssen di Vegesack.

Tahu tidak betapa galangan ini merupakan galangan kapal yang sangat terkenal di
seluruh dunia dan membangun kapal-kapal militer. Sepertinya Tuhan sudah mengatur
dan memberi saya persiapan sebelum berangkat ke Jerman. Betapa tidak, ketika di
Jakarta saya bekerja di perusahaan Jerman, sehingga profesionalisme dan sistem
kerja mereka saya sudah menguasainya.
Kemudian di Surabaya saya juga mengerjakan kapal-kapal militer dan bertemu
dengan bekas manager saya yang memberi kesempatan saya untuk bekerja juga di
Jerman. Sepertinya semua itu bukanlah kebetulan, alhamdulillah.

Pengalaman di Jerman, cukup meyakinkan profesor untuk bisa memulai kuliah di
semester yang lebih tinggi. Dan akhirnya saya hanya mengulang di semester empat,
tapi harus mengerjakan tugas design yang sudah diberikan sejak semester satu
dengan waktu hanya tiga bulan.

Sempat juga ada perasaan tidak yakin. Dan orang pertama yang saya hubungi adalah
bapak saya dan kakek saya, karena motivator kebanggaan dan favorite saya. Saya
telepon, "Pak doakan saya ya untuk bisa ke semester lima saya harus
menyelesaikan design ini dalam waktu tiga bulan."

Padahal normalnya nih kalau yang namanya basic design itu dan main frame design,
harusnya memakan waktu setahun. Ayah saya menimpali, "Iso, yakin iso... ojo lali
ndungo (bisa, yakin bisa dan jangan lupa berdoa)."

Saya lalu mulai mengerjakan tugas dengan telaten. Selama tiga bulan saya selalu
pulang jam 04.00 pagi dari kampus. Padahal, jam 08.00 pagi saya sudah harus di
kampus lagi untuk mengikuti kuliah.

Perjuangan yang berat, apalagi tantangan musim sering menjadi hambatan karena
badan saya suka masuk angin. Tiga bulan bulan berlalu dan semuanya berjalan
seperti yang saya harapkan yaitu design saya selesai dan diterima.

Selama kuliah, saya tidak tinggal diam dan banyak menjalin hubungan dengan
orang-orang yang saya anggap bisa menjadi sumber referensi saya.

Dan saya juga bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan konsultant perkapalan,
mulai dari bagian kontrol dokumen (doc control) hingga mengerjakan design.
Kemudian saya juga banyak mengikuti seminar serta mendapat kesempatan bekerja di
sebuah badan klasifikasi kapal milik Inggris yaitu Lloys Register yang berada di
Kota Hamburg. Bremen ke Hamburg hanya satu jam perjalanan menggunakan kereta.

Di Hamburg atau tepatnya di LR, saya banyak belajar bagaimana sebuah design
disetujui oleh badan klasifikasi. Sebab tanpa design dan perhitungan yang
disetujui oleh badan klasifikasi kapal, maka kapal tidak akan pernah boleh
dibangun.

Di Hamburg saya berkunjung ke perusahaan pemilik kapal yang terkenal yaitu
Komswroski. Perusahaan itu banyak mendanai kapal-kapal yang di bangun untuk
kepentingan negara kita. Saya mencoba menawarkan galangan-galangan kapal di
Indonesia yang lain selain PT.PAL yang mungkin bisa membantu proyek-proyeknya.

Yang saya temui tidak hanya perusahaan itu saja, tetapi juga pemilik kapal yang
lain seperti Lauterjung. Tujuan saya adalah ingin mempromosikan galangan kapal
di Indonesia yang ternyata mampu dan boleh disejajarkan dengan kemampuan
galangan-galangan kapal di Eropa.

Suka dan dukanya tentu ada, terutama ketika saya harus duduk satu meja dengan
mantan direktur saya. Dimana saya waktu itu berada di pihak owner/ pemilik kapal
yang sedang dibangun di PT PAL. Saya tidak berkecil hati dengan pandangan banyak
mata yang menatap sinis (ini kenyataan). Justru saya bangga karena manusia kecil
seperti saya dan tidak sedang bermimpi menjadi begitu terhormat pada waktu itu.

Saya menyelesaikan sekolah tepat pada waktunya dan saya putuskan untuk pulang ke
Indonesia (Mei 2006) dan menolak tawaran dari sebuah perusahaan untuk bekerja di
Jerman. Saya tetap wanita dan seorang istri, dimana harus mengikuti kemana suami
saya pergi dan anak-anak saya berada.

***
DI Indonesia saya hanya sempat enam bulan saja dan bekerja di sebuah perusahaan
di Jakarta. Kemudian tahun 2007, tepatnya 6 Januari saya mendapatkan kesempatan
untuk bekerja di Galangan Kapal Sembawang di Singapura.

Di Singapura saya sudah bekerja di lima perusahaan dan dua diantaranya adalah
galangan kapal Sembawang dan Keppelfels. Saya memulai bekerja di Sembawang
Shipyard, ikut berpartisipasi dalam dua proyek pentingnya membangun Pipe Lying
Vessel dan Jack Up Rig.

Dari Sembawang saya mendapat kesempatang bergabung dengan pembangunan rig (rig
builder) terbesar di dunia yaitu Keppelfels dan ikut mengerjakan dua proyeknya.
Dari galangan kapal hingga bekerja sebagai sebagai senior engineer di perusahaan
pemilik kapal seperti Compas Energy dan Modec merupakan batu loncatan yang luar
biasa. Melalui perjuangan yang keras untuk bisa meyakinkan mereka bahwa saya
sebagai wanita juga mampu menjalankan pekerjaan ini. Terbayar sudah.... (*)

Sumber:
http://giant41.blogspot.com/2010/12/wanita-indonesia-sang-ahli-desain-kapal.html
 

__._,_.___
Recent Activity:
*****************************************************************

Indonesian Production and  Operations Management Society (IPOMS).

http://blog.ipoms.web.id/

Bergabunglah dengan IPOMS di Facebook

http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/group.php?gid=34994473375

********************************************************************

Bergabunglah dengan milis lainnya:

Manajemen-Industri-subscribe@yahoogroups.com  ==> Manajemen Industri

Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com ==> Kursus Bahasa Inggris

HRD-POWER-subscribe@yahoogroups.com ==> Milis HRD

Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com ==> Lowongan kerja luar negeri dan
beasiswa

Bisnis-Karir-subscribe@yahoogroups.com ==> Pembinaan bisnis dan karir

ERP, Komputer dan Teknologi:

http://tech.groups.yahoo.com/group/KOMPUTER-TEKNOLOGI/

MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

No comments: