Dear Dindriea,
Menurut pengalaman aku sih, dulu kalau kita sebagai Junior memang kapasitasnya masih belajar bekerja dalam artian semua kerjaan yang dikasih sama kita mau ga mau mesti dilaksanakan sebagai proses pembelajaran untuk stepping in to a next level. Namun ketika sudah mencapai titik tertentu kita bukan lagi cari-cari kerjaan tapi cari posisi dari pekerjaan atau tugas2 yang dulu diberikan. Pasti ada dari semua pekerjaan tersebut paling kita kuasai. Jadi tidak ada lagi istilahnya multi tasking tapi sudah lebih ke arah planning dan controlling.
Biasanya yang multi tasking itu adalah perusahaan2 kecil, no offense karena aku juga dulu sempet kerja di perusahaan keluarga yang tugasnya mulai angkat telepon, travel arrangement, petty cash, dealing with supplier sampai, nungguin lembur sampai pesenin makanan buat boss dan engineer2nya sehingga aku jadi tidak terlalu efektif dan maksimal karena terlalu banyak yang dikerjakan. Aku putuskan resigned dan coba ngelamar ke swasta. Disanalah aku akhirnya aku tau betapa pentingnya jobdesk itu. Bukan hanya sebagai acuan kamu bekerja tapi memaksimalkan produktivitas dan kontribusi kamu ke perusahaan. Kamu harus punya prinsip, selama pekerjaan tambahan tidak menganggu pekerjaan utama kamu, maka bisa dikerjakan. Jika tidak, tolak. Kadang-kadang ada orang yang ingin memanfaatkan keadaan. Kamu yang kerja, orang lain yang dapet awardnya, syukur-syukur boss kamu fair, kamu bisa dipromosikan.
Ok, itu aja sih share dari aku. Goodluck, sist.
________________________________
From: dindriea <dindriea@yahoo.com>
To: aksek_tarakanita@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 13, 2013 9:36 AM
Subject: [milis tarki] ASK: If you being ask for doing something which is not your work scope??
Girls,
Pernah ketemu kondisi begini gak?
Dimana kalian bekerja tapi kalian diminta melakukan pekerjaan yang bukan scope work kalian.
Semisal kalian sebagai sekertaris but company karena gakda purchasing kita musti handle taking order for company business???
Padahal kita kan selama ini ngurusin kertas ama file doang, manalah kita tahu ukuran kilo or standar air ikan or daging, atau jamur kering atau basah???
Bisa gak sih kita refuse dengan halus, sorry is not my job desk???
Sharing ya girls...
[Non-text portions of this message have been removed]
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (8) |
No comments:
Post a Comment