Wednesday, October 3, 2012

#FrenBC @ L#17: Atasan Yang Selalu Diingat

 



L#17: Atasan Yang Selalu Diingat
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Gampang, kalau sekedar ingin
menjadi atasan yang selalu diingat oleh anak buahnya. Secara naluriah, bawahan selalu
ingat terhadap atasannya. Makanya, ada bawahan yang setiap pagi malas ngantor.
Karena pagi itu dia teringat punya jadwal rapat dengan atasannya. Atau, karena
dia harus mengirimkan laporan kepada atasannya. Atau, karena atasannya hari ini
masuk kantor lagi setelah beberapa hari traveling. Ada juga anak buah yang
selalu bersemangat, karena dia ingat jika atasannya akan selalu ada ketika
dibutuhkan. Apa saja. Pokoknya, selalu ada alasan kenapa anak buah selalu ingat
atasannya. Tantangannya adalah; bagaimana caranya membuat agar anah buah selalu
mengingat hal-hal positif kita. Bukan yang sebaliknya.
 
Kemarin, saya rapat tentang teknis
pelaksanaan training Leadership yang akan dilakukan untuk salah satu klien dalam
beberapa hari mendatang. Biasalah disela-sela rapat kita kan suka ada selingan bicara
tentang hal-hal yang ringan. Beliau menceritakan tentang 'mantan' atasannya
yang katanya memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap karirnya, bahkan
hidupnya. Begitu banyak pelajaran yang diperolehnya dari atasannya, sehingga sampai
sekarang beliau masih menyimpan kenangan terbaik dengan mantan atasannya itu.
Saya juga sama. Masih bisa mengingat kebaikan-kebaikan atasan saya yang sangat
berjasa menempa dan mendidik saya. Tentu mereka memiliki kekurangan. Namun, jasa
baik mereka melampaui hal remeh temeh kelemahan manusiawi yang dimiliki setiap
insan. Saya, ingiiiin sekali bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi anak buah
saya. Sehingga kelak, ada kenangan positif yang tersisa dibenak mereka. Tidak
mudah. Tapi saya yakin kita bisa belajar melakukannya dari sekarang. Bagi
Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk menjadi atasan yang selalu
diingat secara positif, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5
sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:  
 
1.      Memori lebih panjang dari masa kerja. Apakah Anda masih ingat tentang guru-guru taman kanak-kanak?
SD, SMP, dan SMA Anda? Bagaimana dengan dosen Anda? Kebanyakan mungkin sudah
dilupakan. Tapi ada beberapa guru yang masih kita ingat dengan sangat baik. Kita,
selalu dapat mengingat hal-hal tertentu bersama orang-orang yang sangat
berpengaruh dalam hidup kita dimasa lalu. Padahal, sangat mungkin yang
bersangkutan sudah tidak ingat lagi. Memori Anda tentang guru yang masih bisa
diingat itu; sesuatu yang positif, atau negatif? Di dunia kerja, orang yang
paling diingat lama adalah para mantan atasan. Anda pun masih punya memori
dengan atasan Anda dimasa lalu, bukan? Padahal Anda sudah tidak lagi bekerja
dengan beliau. Pertanyaannya sekarang adalah;  Apakah kita hendak meninggalkan memori baik
ataukah buruk, dibenak anak buah kita kelak? Kita perlu mulai berhati-hati. Memori
itu akan tetap mereka ingat meskipun sudah pensiun kelak. Karena memori, lebih
panjang daripada masa kerja kita. Sedangkan kita, tentu ingin dikenang secara
positif, bukan sebaliknya. Bagaimana pun juga, jauh lebih baik meninggalan
memori postif daripada negatif, bukan?
 
2.      Atasan populer sering bukan yang terbaik. Memori positif itu
tidak berarti harus serba permisif. Gampang kalau hanya ingin menjadi atasan
yang populer alias disukai anak buah. Tidak usah terlalu menuntut. Ikuti saja
gaya dan kemauan bawahan. Mereka pasti senang. Tapi, apakah begitu cara
memimpin yang baik? Tidak. Atasan yang baik itu justru berani ambil resiko
disebelin anak buah. ASALKAN; apa yang kita lakukan demi kepentingan mereka. Contohnya,
menegakkan kedisiplinan. Tidak banyak orang yang suka. Tapi jika mereka
dibiarkan terbiasa tidak disiplin, maka mereka akan kalah bersaing. Contoh
lainnya, memberikan penugasan yang lebih tinggi, lebih berat, dan lebih
menantang kepada anak buah yang berpotensi. Banyak orang yang lengah dan lebih
suka kerja nyantai. Padahal, itu merugikan diri mereka sendiri. Karena
pertumbuhan karir yang bagus hanya menjadi milik mereka yang terus menempa
diri. Maka demi kepentingan anak buah Anda, tempalah anak buah Anda, hingga
punya daya saing yang tinggi. Meskipun menyebabkan Anda menjadi atasan yang
tidak populer.
 
3.      Positif atau negatif itu bisa
relatif. Atasan yang menuntut kedisiplinan dan menempa anak buahnya
dengan berat; sering tidak disukai. Kenapa? Karena kebanyakan
orang inginnya kerja gampang, tugas ringan, tapi gaji besar. Padahal gaji besar
hanya cocok bagi para kontributor di posisi tinggi. Untuk mendapat gaji besar,
orang mesti sanggup berkontribusi lebih banyak dan meraih kedudukan yang lebih
tinggi. Makanya, kedua hal itu tidak bisa dicapai oleh orang tidak mau susah
payah. Sayangnya, kalau ada atasan yang mendidik dengan tempaan yang berat,
banyak yang salah sangka dan menilai negatif. Tapi setelah berhasil nanti,
mereka baru menyadari bahwa tempaan yang dilakukan oleh atasannya dulu itu
sangat berguna untuk meraih apa yang mereka inginkan. Jadi, kalau ada atasan
yang suka menempa bawahannya; apakah itu positif atau negatif? Pada awalnya bisa
saja dinilai negatif, tapi setelah ada hasilnya, barulah orang sadar jika itu
positif. Makanya, sebagai atasan, Anda tidak perlu khawatir dengan penilaian
dari orang lain. Yang penting, lakukan upaya terbaik untuk menggembleng dan
mengembangkan anak buah yang Anda pimpin. Hingga bisa meraih pencapaian yang
tinggi untuk dirinya sendiri.
 
4.      Bawahan selalu ingat pada manfaat. Selalu. Setiap orang
bertanya; apa manfaatnya buat gue? Begitu pula anak buah kita. Mereka selalu
bisa mengingat atasannya yang bisa memberi manfaat. Memang, mudah sekali untuk
mengingat manfaat jangka pendek seperti bonus, hadiah atau benda material lainnya.
Namun, sifat kebendaan yang cepat habis itu juga berkorelasi dengan memori
penerimanya. Kalau bonusnya sudah ludes, biasanya rasa syukur juga otomatis
ikut luntur. Makanya, kita perlu melakukan tindakan-tindakan yang bisa
memberikan manfaat jangka panjang kepada anak buah. Agar dampaknya lama, dan
tentu rasa syukurnya juga lama. Adakah yang seperti itu? Kalau uang, jelas
jangka pendek. Tapi ilmu, kebiasaan baik, kedisiplinan, keterampilan kerja,
kemampuan mengelola yang kita latihkan kepada mereka; akan menetap sepanjang
masa. Seperti halnya Anda masih ingat guru-guru terbaik Anda, maka anak buah
Anda kelak akan selalu mengingat Anda. Jika Anda berhasil memberikan manfaat,
berupa bekal yang berarti bagi pertumbuhan karir mereka.
 
5.      Gratis itu sebenarnya yang
paling mahal. Memang sih, kadang kita mikir; kenapa mesti susah payah menggembleng anak buah.
Kan tidak ada dampaknya dengan penghasilan kita. Selama berhasil mencapai
target-target, posisi kita bakal aman. Buat apa lagi memberikan layanan gratis segala?
Tak perlulah itu. Benar, jika kita masih terkungkung oleh norma alam material.
Memang, kita tidak dapat tambahan uang dengan mendidik dan memintarkan anak
buah. Tapi, bukahkah ketika anak buah lebih terampil dan lebih bisa mengelola
pekerjaannya membuat tugas teknis kita menjadi semakin ringan? Itu salah satu
reward langsung yang kita dapatkan. Reward lainnya, adalah ketika anak buah
kita – terucapkan atau tidak – merasa bersyukur pernah punya atasan seperti
Anda.  Lha, jika mantan anak buah kita
yang sudah maju itu tidak tahu terimakasih? Malah dengan bangganya menepuk dada
seolah seluruh pencapaiannya dia buat sendiri tanpa kontribusi orang lain, bagaimana
coba? Mengapa pusing? Bukankah Anda merasakan kepuasan didalam batin saat
menyaksikan orang yang Anda gembleng berhasil meraih suksesnya? Reward yang
satu itu, tidak ada tandingannya.
 
Jika gajah mati, dia meningalkan gading. Lantas, sebagai
seorang atasan kita akan meninggalkan apa di benak anak buah sepeninggal kita
kelak? Ketika pensiun, apakah mereka masih akan mengenang kebaikan-kebaikan
kita? Ataukah perlakuan buruk yang selama ini kita timpakan kepada mereka. Oh,
terlampau beresiko jika kita hanya meninggalkan kenangan buruk. Karena selain
menyebabkan nilai diri kita jatuh dimata mereka. Kita juga sulit untuk
mempertanggungjawabkan kepemimpinan kita. Soalnya, kita percaya bahwa; setiap
pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawaban soal bagaimana caranya memimpin.
Namun jika kita sudah memimpin dengan baik untuk kebaikan orang-orang yang kita
pimpin, mungkin lebih mudah untuk menghadapi hari persidangan di akhirat.
Sehingga kita boleh mengatakan; "Tuhan, sudah saya gunakan kewenangan saya
dalam memimpin. Sebesar-besarnya untuk kebaikan orang-orang yang saya pimpin." Dengan begitu, semoga Tuhan berkenan menerima laporan pertanggungjawaban kita,
ya. Amin.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 3 Oktober
2012
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Pemimpin yang biasa-biasanya saja sangat mudah dilupakan.
Pemimpin yang buruk selalu diingat keburukannya. Sedangkan pemimpin yang baik senantiasa
diabadikan namanya didunia dan diakhirat.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "L (= Leaderism)" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: