Friday, August 31, 2012

#FrenBC @ Spiritualism#7: Tempat Mengadu Terbaik

 

Spiritualism#7: Tempat Mengadu Terbaik
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
"Tidak ada orang yang terbebas
dari masalah," demikian kata orang bijak. Anehnya, kita masih sering mengira
bahwa orang lain lebih indah hidupnya daripada kita. Lebih sukses karirnya.
Lebih melimpah kekayaannya. Lebih mudah mendapatkan apapun yang diinginkannya.
Kadang-kadang, kita bahkan merasa jika sudah diperlakukan secara tidak adil
oleh nasib. Bahkan tak jarang timbul godaan untuk menyalahkan Tuhan. Mengapa menciptakan
kita dengan nasib seperti ini?
 
Ada seorang pemuda disebuah
dusun terpencil. Pemuda itu tidak tahan lagi dengan kehidupannya yang serba
susah sehingga hari-harinya dipenuhi oleh keluh kesah. Hatinya gelisah. Dan semakin
lama, dia semakin frustrasi dengan keadaannya.  Lalu, dia pun bertanya kepada ayahnya;"Kepada
siapa lagi aku harus mengadukan kesusahan hidupku ini?"
 
"Kepada Allah nak," kata sang
Ayah dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.
"Aku tidak bisa melihat Allah,"
sanggah sang pemuda. "Tidak masuk akal jika aku harus mengadu kepada yang tidak
bisa kulihat" katanya. "Aku butuh seseorang yang bisa mengerti semua kesulitan
hidupku ini," tambahnya lagi.
 
"Kalau begitu," demikian kata sang
ayah. "Pergilah ke hutan disebelah selatan. Disana ada seorang pintar yang didatangi
oleh banyak orang." Lanjutnya. "Tapi, kamu hanya boleh memperhatikan bagaimana
cara beliau menjalani hidupnya. Tidak lebih dari itu…" demikian pesan terakhir ayahnya.
Pemuda itupun berpamitan untuk menemui orang pintar itu. Setelah menempuh
perjalanan jauh, dia pun tiba di kediaman orang yang dimaksud ayahnya.
 
Benar saja. Meskipun tinggal di hutan
yang tersembunyi, orang ini hidup dengan serba berkecukupan. Tampaknya orang
itu dapat menikmati kehidupannya. Banyak sekali orang yang datang bertamu untuk
mengadukan kesusahan hidupnya kepada orang pintar itu. Dia pun ingin
mengikutinya, namun sesuai pesan ayahnya, pemuda itu hanya boleh memperhatikan,
tidak lebih dari itu. Maka dia pun bersembunyi di semak-semak untuk mengintip kehidupan
sang pintar. Ketika malam tiba, pintu rumah sang pintar terbuka. Kemudian,
orang pintar itu mengeluarkan kepalanya. Setelah melirik ke kiri dan ke kanan, dia
pun menyelinap pergi keluar dari kediamannya. Tanpa disadarinya, sang pemuda
menguntitnya dari belakang.
 
Setelah berjalan sedemikian
jauh, akhirnya orang pintar itu sampai di sebuah rumah yang lebih besar
daripada rumah miliknya. Lalu beliau mengetuk pintunya. Ternyata itu adalah
rumah kepala kampung. Sang pemilik rumah pun menerima kedatangannya. Sang
pemuda penasaran apa yang dilakukan oleh orang pintar itu di rumah sang kepala
kampung ditengah malam gelap gulita seperti ini? Dia pun mengintip mereka dari
lubang kunci. Dari lubang kecil itu sang pemuda melihat kalau orang pintar itu menangis
dihadapan kepala kampung sambil mengadukan kesusahan hidup yang dialaminya.
 
Sang kepala kampung memberikan
satu dua nasihat hingga akhirnya orang pintar itu berhenti menangis. Sepertinya
permasalahan hidupnya sudah teratasi berkat nasihat dari kepala kampung. Maka
orang pintar itu pun berpamitan pulang. Sebenarnya pemuda itu hendak mengikuti
sang pintar pulang ke kampungnya. Tapi, dia mengurungkan niatnya karena ternyata
ada orang yang lebih sakti daripada orang pintar itu. Sekarang dia tahu, kepada
siapa harus mengadukan kesusahan hidupnya. Ketika teringat pesan ayahnya, ia
pun bersembunyi di semak-semak dekat rumahnya untuk mengintip sang kepala
kampung. Ketika malam berikutnya  tiba,
pintu rumah kepala kampung terbuka. Kemudian, dia pun menyelinap pergi keluar
dari kampungnya. Tanpa disadarinya, sang pemuda menguntitnya dari belakang.
 
Perjalanan mereka pun berakhir
di sebuah rumah yang lebih besar lagi. Rupanya itu adalah rumah Pak Kepala
Suku. Sang pemuda pun menyadari jika pemilik rumah itu lebih bahagia daripada
kedua orang yang diikutinya selama ini. Karena rumahnya sangat besar, maka ia
tidak bisa mengintip ke lubang kunci. Dia pun naik ke atas pohon agar bisa
melihat apa yang dilakukan oleh kepala kampung dengan kepala suku itu. Ternyata
sang kepala kampung sedang menangis tersedu-sedu. Dia mengadukan kesusahan
hidup yang tengah dialaminya kepada sang kepala suku. Tangisannya hanya bisa
berakhir setelah kepala suku itu mengatakan sesuatu kepada dirinya. Setelah itu,
sang kepala kampung berpamitan.
 
Sekarang dia tahu, kepada siapa
harus mengadukan kesusahan hidupnya. Ia pun melakukan tindakan yang sama
seperti sebelumnya; mengintip apa yang dilakukan beliau.
Dimalam berikutnya, sang kepala
suku itu diam-diam meninggalkan rumahnya. Sang pemuda, menguntitnya di belakang
hingga sampai di sebuah rumah yang jauh lebih besar lagi. Tampak sekali jika
pemiliknya hidup dalam keberlimpahan. Rupanya, itu adalah rumah saudagar yang
paling kaya di negerinya. Dia pun berkata dalam hatinya; "Oh, inilah rupanya
orang yang paling bahagia hidupnya." Saudagar itu bisa mendapatkan apapun yang
diinginkannya. Sayang sekali, rumah itu terlalu besar sehingga dia tidak bisa
mengintip mereka dari atas pohon. Maka dia pun nekat naik ke atapnya sehingga bisa
melihat dengan jelas ketika sang kepala suku tengah bercucuran air mata sambil
mengadukan kesulitan hidupnya kepada saudagar itu.
 
Setelah kepala suku itu diberi
jalan keluar dari masalahnya oleh sang saudagar, pemuda itu pun menyadari siapa
sesungguhnya orang yang paling tepat untuk dijadikan tempat mengadukan nasib.
Dia ingin sekali segera menemui saudagar itu. Namun dia teringat pesan ayahnya;
"Kamu hanya boleh memperhatikan bagaimana cara beliau menjalani hidupnya. Tidak
lebih dari itu…" Maka dia pun mengurungkan niatnya. Lalu memilih untuk
bersembunyi di tempat gelap.
 
Tak lama kemudian, saudagar itu
pun keluar dari rumahnya. Lalu diam-diam menyelinap meninggalkan tempat itu.
Sang pemuda, mengikutinya dari belakang. Hingga mereka tiba di sebuah rumah
yang sangat besar sekali. Rupanya, saudagar itu mendatangi istana raja. Sayang
sekali, atap istana itu terlalu tinggi sehingga dia tidak bisa memanjatnya.
Maka dia pun memutuskan untuk menyamar menjadi penjaga istana. Setelah memukul
penjaga hingga pingsan, dia pun mengenakan seragam prajurit yang dilucutinya.
 
Di istana raja itulah dia
mengetahui apa yang dilakukan oleh sang saudagar. Saudagar menangis tersedu-sedu
mengadukan kalau akhir-akhir ini usahanya hampir bangkrut. Hanya paduka rajalah
yang bisa memberikan jalan keluar kepadanya. Tangisnya baru berhenti setelah
sang raja menjanjikan kalau usaha sang saudagara akan kembali lancar lagi.
 
Pemuda itu memukul jidatnya
sendiri. "Iya ya. Mengapa tidak terpikir untuk mengadukan nasib kepada Raja?" Dialah
penguasa tertinggi yang bisa memutuskan apapun. Bahkan menentukan hidup dan
matinya seseorang. Tidak ada orang yang lebih berkuasa daripada seorang raja. Ketika
hendak membongkar penyamarannya, pemuda itu kembali teringat pesan terakhir ayahnya.
"Kamu hanya boleh memperhatikan bagaimana cara beliau menjalani hidupnya. Tidak
lebih dari itu…" dia pun mengurungkan niatnya.
 
Keesokan paginya, sang raja
memanggil dirinya. Oh, betapa bahagianya dia. Sebagai orang paling berkuasa,
tentunya sang raja sudah tahu maksud kedatangan dirinya. Sebentar lagi, dia
akan bisa mengadukan kesulitan hidupnya seperti yang dilakukan oleh saudagar
kaya raya itu.
 
"Pengawal," demikian sang raja
memanggil para punggawa. "Siapkan kereta kuda, aku mau pergi." Titahnya.
Sungguh beruntung pemuda itu, karena dia terpilih untuk ikut dalam rombongan
para pajurit yang mengawal sang raja.
 
Setelah menempuh pejalanan jauh.
Sampailah mereka di sebuah rumah ditengah hutan terpencil. Lalu sang raja
memerintahkan mereka untuk menunggu diluar. Semua prajurit menunggu dengan
patuh. Sedangkan sang pemuda merasa heran bukan kepalang, lalu dia mengintip pertemuan
mereka. Hari itu, dia menyaksikan Sang Raja menangis dengan suara yang
sedemikian mirisnya sehingga bisa membuat hati siapapun yang mendengarnya seperti
teriris-iris. Begitu banyak yang dikeluhkan sang raja sehingga semua prajurit
pada ketiduran. Sementara itu, sang pemuda sibuk memikirkan apa yang telah
dilihatnya selama ini.
 
Beginilah kesimpulan yang
didapatkannya:  Orang pintar ditengah
hutan itu mengadukan nasibnya kepada kepala kampung. Sang kepala kampung
mengadukan kesusahan hidupnya kepada kelapa suku. Sang kepala suku mengadu
kepada saudagar. Sedangkan saudagar itu, mengadu kepada Raja. Lalu sang raja? Mengadu
kepada orang pintar ditengah hutan. Sekarang dia menyadari bahwa jika hanya mengadu kepada sesama manusia, dia
akan kecewa. Bukan karena mereka tidak mau menolong. Bukan pula karena
pamrihnya. Tetapi karena, mereka pun manusia yang tidak luput dari masalah
seperti dirinya.
 
Pemuda itu juga
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa; semakin tinggi kedudukan
seseorang, semakin berat keluh kesahnya. Dan semakin besar bobot tanggungjawab
yang dipikulnya. Sekarang, dia bisa memahami pesan ayahnya. Allah-lah tempat
mengadu yang terbaik itu. Dia tidak lagi mempermasalahkan jika tidak dapat
melihatNya. Justru tidak terlihatnya Tuhan menunjukkan bahwa tak ada seorang
pun atau sesuatu pun yang bisa menjangkau ketinggian dan keagunganNya.
 
Dicontohkan oleh Nabi Ya'kub a.s. Jika mendapatkan musibah tidak mengeluh
kepada siapapun selain kepada Sang Maha Pencipta. Begini do'a beliau seperti
diabadikan dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya, kesedihan dan
kesusahanku aku adukan hanya kepada Allah semata." Ciri orang yang
meneladani beliau adalah; tidak ketahuan orang lain kalau sedang sedih dan
susah atau kena musibah. Tetap saja gigih serta optimis menjalani hidup dengan
gagah. Lalu menyerahkan hasil akhirnya pada Ilahi. Bismillah.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 31 Agustus
2012
Leadership, Career and
People Develompent Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Tidak ada rasa khawatir didalam hati orang-orang yang
berserah diri kepada Tuhannya. Karena Tuhan telah berjanji untuk selalu menjadi
penolong dan memberi jalan keluar bagi masalah mereka.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "Spiritualism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai
bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi
tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak
berkurang karenanya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: