Thursday, August 30, 2012

#FrenBC @ Leaderism#13: Memimpin Dengan Mulut

 


Leaderism#13: Memimpin Dengan Mulut
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Kecuali ada bukti lain, boleh dikatakan
bahwa tidak ada seorang pun pemimpin yang berhasil tanpa bicara. Meskipun
pemimpin yang banyak bekerja itu lebih disukai, namun tetap saja mereka harus
memiliki kemampuan untuk bicara didepan forum baik yang dihadiri oleh anak
buahnya, maupun oleh kolega sesama pemimpin lainnya. Memimpin dengan mulut, jika
boleh menyebutnya demikian. Faktanya, banyak pemimpin yang masih belum memiliki
keterampilan berbicara didepan forum. Ada yang gemetaran. Ada yang mandi
keringat. Ada juga yang suaranya tidak jelas. Atau, pembicaraannya sama sekali
tidak menggugah orang lain untuk mendengarkan. Padahal, banyak bukti yang
menunjukkan bahwa pemimpin ditingkat dunia maupun level kantoran yang kehebatannya
ditunjang oleh kemampuan bicara yang sangat baik. Sudah termasuk pemimpin
seperti itukah Anda?
 
Di layar televisi, kita melihat
hadirin tidur ketika seorang pemimpin sedang berpidato dalam forum resmi. Dalam
rapat kabinet. Di sidang dewan. Juga pada Business Review Meeting. Sepertinya
hal itu menjadi kelaziman. Baru-baru ini malahan anak-anak pun tertidur ketika
mendengarkan pidato penting pada peringatan hari anak. Memang, salah satu cara
yang efektif untuk mengatasinya adalah menyuruh mereka bangun agar terus melek
selama pidato berlangsung. Namun, sebenarnya ada cara yang lebih elegan
daripada menghentikan pidato hanya untuk membangunkan seseorang. Cara elegan
itu adalah; melatih keterampilan berbicara didepan forum. Benar. Seorang
pemimpin wajib mempelajari kemampuan bicara yang hebat. Yang bisa membuat
hadirin tetap mendengarkan setiap perkataannya tanpa dipaksa. Bagi Anda
yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan keterampilan berbicara didepan
forum, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini:   
 
1.      Sampaikan dengan cara menarik. Meskipun
penting, pesan yang disampaikan dengan cara yang tidak menarik pastinya akan
sangat membosankan. Misalnya gaya bicara yang monoton. Suasana yang terlampau
formal. Tidak ada interaksi. Atau pun pembawaan yang 'jaim'. Sebaliknya,
informasi yang tidak penting pun kalau disampaikan secara menarik tentu akan
mampu memukau pendengarnya. Lagi pula, sesuatu yang dianggap penting oleh
pembicara belum tentu penting juga dalam pandangan pendengarnya. Dalam konteks
proses komunikasi berlaku hukum berikut: Ini bukanlah tentang apa yang kita katakan,
melainkan bagaimana cara kita mengatakannya. Jika ketika berdiri didepan podium
Anda menyampaikan pidato dengan cara yang menarik, maka hadirin akan dengan senang
hati mendengarkan apa yang Anda katakan. Tahu kenapa? Karena kita semua
tertarik pada cara penyampaian yang menarik.
 
2.      Menyimak pendengar. Biasanya,
pendengar yang suka disuruh menyimpak pembicara. Saya menyarankan sebaliknya.
Justru pembicaralah yang harus menyimak pendengar, lalu menyesuaikan diri
dengan 'frekuensi' pendengar. Jika ada pendengar yang tidur – misalnya – tidak
perlu buru-buru menganggap mereka tidak respek pada pembicara. Kita perlu
mengevaluasi diri; kenapa mereka tertidur ketika kita bicara, padahal bisa
menyimak ketika pembicara lain naik ke atas mimbar. Jelas kelemahan bukan
terletak pada pendengar. Melainkan pada kita yang kurang terampil menghidupkan
suasana. Jika anak buah kita sering tidak menyimak apa yang kita katakan,  kita mesti memperhatikan dan menyesuaikan diri
dengan mereka.
 
3.      Berbicara sedikit, sering lebih
baik. Sangat tidak enak mendengarkan
seseorang berbicara panjang lebar tapi tidak berbobot. Bayangkan perasaan orang
yang harus duduk dalam ruangan berAC yang dingin, dengan lampu agak redup,
untuk mendengarkan seseorang berpidato selama 45 menit. Apalagi jika yang
dibicarakannya adalah hal-hal yang sudah diketahui oleh para hadirin. Lebih
parah lagi jika pidatonya itu diulang-ulang.  Pada rapat minggu lalu bicara soal itu. Rapat
kemarin juga. Dan rapat hari ini, mengatakan hal yang sama. Sudah tentu sangat
membosankan. Mungkin bicaranya cukup 15 menit saja. Sisa waktunya bisa
digunakan untuk dialog atau tanya jawab, diskusi interaktif, atau aktivitas
lain yang lebih produktif.  
 
4.      Membangun kredibilitas. Sangat tidak mungkin untuk memaksa seseorang
mendengarkan kata-kata dari orang yang tidak punya kredibilitas. Misalnya,
atasan yang dikenal tidak disiplin bicara soal kedisiplinan. Publik figur yang dikenal
berakhlak buruk bicara soal moral. Maka untuk menjadi seorang pembicara handal
dihadapan anak buahnya, seorang pemimpin mesti benar-benar mempunyai
kredibilitas yang tinggi. Ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan jauh-jauh hari
sebelum kita berdiri diatas podium. Oleh karenanya, setiap perilaku baik kita
sehari-hari itu merupakan investasi yang sangat berharga untuk hari esok kita.
Dengan kata lain, kredibilitas dibangun secara tekun dari hari ke hari. Fakta
menariknya adalah ini: setiap pemimpin yang punya kredibilitas tinggi,
kata-katanya seperti bertuah sekali.
 
5.      Melakukan apa yang dikatakan. Anak buah atau kolega bisa menyaksikan tindakan dan perilaku kita. Jika setelah
berbicara itu kita berperilaku yang bertolakbelakang dengan apa yang kita katakan,
maka nilai pribadi kita jatuh sampai ke tingkat yang paling rendah.  Kepada anak buah, kita memberikan pengarahan
harus begini dan begunu. Namun, kita sendiri ternyata tidak melakukan apa yang
diperintahkan kepada mereka. Aneh. Memang, kita tidak selalu harus melakukan
pekerjaan yang sama dengan anak buah karena setiap posisi punya peran dan
fungsinya masing-masing. Tapi ada banyak pemimpin yang menyandang gelar OMDO –
alias omong doang. Bukankah itu mengindikasikan jika dia tidak melakukan apa
yang dikatakannya? Maka memastikan kita melakukan apa yang kita katakan akan
meningkatkan kesediaan orang lain untuk mendengar kata-kata kita.
 
Saya tidak kebagian bertemu dengan Presiden Soekarno.
Namun, kisah kehandalannya berbicara di depan forum sedemikan melegenda.
Mengapa rakyat rela berjalan kaki puluhan kilometer untuk menghadiri forum
dimana Sang Presiden berpidato? Tentu itu karena mereka merasa bahwa mendengarkan
beliau bicara ada manfaatnya. Tidak rugi mendengar beliau bicara. Seandainya
saja kita sudah bisa menjadi pembicara seperti beliau. Mungkin kita tidak perlu
lagi kesal karena ada hadirin yang tidak menyimak. Dan kita juga tidak perlu memaksa
anak buah kita tetap melek, untuk mendengar kata-kata yang kita ucapkan.  
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 30 Agustus
2012
Leadership and Personnel Development
Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Kemampuan
berbicara di depan forum itu mutlak harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Karena,
tidak ada pemimpin hebat tanpa didukung oleh kehandalannya dalam menyampaikan
gagasan.
 
Ingin
mendapatkan kiriman "Leaderism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: