Thursday, July 19, 2012

#FrenBC @ Leaderism#7: Anak Buah Yang Menilai Dirinya Tinggi

 

Leaderism#7: Anak Buah Yang Menilai Dirinya
Tinggi
 
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
 
Memimpin suatu team kerja itu
memang mengasyikan. Tapi, itu hanya berlaku bagi mereka yang benar-benar mampu
memimpin orang-orang yang ada di teamnya dengan baik. Bagaimana seandainya ada
anggota team yang tidak bisa diatur, misalnya? Nah, baru deh terasa kalau
menjadi pemimpin itu tidak semudah yang kita kira. Memang enak kalau memimpin
orang-orang yang patuh, mudah diatur dan tidak suka bikin ulah. Namun,
kenyataannya tidak selalu demikian, bukan? Jika mengalami hal itu, apakah Anda
sudah mempunyai cara mengatasinya?
 
Salah satu contoh anak buah yang
sering membuat atasannya pusing tujuh keliling adalah orang yang menilai
dirinya tinggi sekali. Efeknya tidak sederhana. Karena perasaan diri yang sudah
tinggi itu, dia tidak mau lagi mendengarkan pendapat orang lain. Merasa sudah
waktunya diberi kepercayaan yang lebih tinggi. Bahkan bisa jadi sampai
meremehkan orang yang menjadi pemimpinnya. Memimpin orang seperti ini, tentu
bisa melelahkan. Tetapi dibalik kesulitan yang ditimbulkannya, sebenarnya orang
seperti ini juga memberi kita kesempatan untuk semakin mempertajam kemampuan
memimpin kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menghadapi
anak buah yang menilai dirinya tinggi, saya ajak memulainya dengan memahami dan
menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini: 
 
1.      Gunakan sudut pandang yang sama. Orang cenderung mengangap seseorang
yang memandang dirinya tinggi sebagai pribadi arogan atau tidak tahu diri.
Sebagai seorang pemimpin, kita perlu menghindari cara pandang seperti ini.
Sekalipun benar orang itu arogan atau tidak tahu diri, namun tidak tepat jika
sebagai atasannya kita memandang dengan cara yang sama. Mengapa demikian?
Karena orang itu sama sekali tidak merasa dirinya arogan. Dia juga tidak
menyadari jika dirinya tidak tahu diri. Jika memilih sudut pandang yang berseberangan,
maka kita tidak akan pernah bisa memahami mengapa mereka menilai dirinya
setinggi itu. Padalah, pemahaman merupakan prasyarat penting jika kita ingin
dapat memimpinnya dengan baik.
 
2.      Pahami kebutuhan emosionalnya. Orang yang menilai dirinya
tinggi biasanya bangga sekali jika bisa menunjukkan kepada teman-temannya bahwa
dia mendapatkan pencapaian atau penghargaan yang lebih banyak dari orang lain. Mereka
suka sekali jika mendapatkan pujian terbuka atas hasil kerjanya. Jelekkah?
Tidak. Justru sudah menjadi kewajian pemimpin untuk memberikan kredit poin atau
pengakuan terhadap setiap perilaku kerja positif yang dilakukan oleh anak
buahnya. Kita memang perlu lebih banyak memuji mereka yang berkinerja bagus
dihadapan teman-temannya. Jika memang bagus, kan memang pantas dipuji. Kalau pujian
itu diberikan secara tulus dan obyektif, maka hal itu bisa menciptakan energy positif
bagi semua orang. Malah bagus untuk membangkitkan spirit kolektif, bukan?
 
3.      Jadikan ambisinya sebagai sarana
memotivasi.  Jika tidak semua,
kebanyakan orang yang menilai dirinya tinggi adalah pribadi-pribadi yang sangat
ambisius. Tidak perlu memandang negatif orang-orang
seperti ini. Justru kita bisa menjadikan ambisi itu sebagai sarana memotivasi
mereka. Jika mereka punya ambisi tinggi, maka sudah selayaknya mereka bisa menunjukkan
disiplin yang tinggi, kualitas kerja yang tinggi, dan daya tahan yang tinggi.
Jika semua kriteria kerja mereka sama dengan orang lain; mana bisa mereka
menggapai ambisi yang lebih tinggi dari orang lain. Tantanglah mereka untuk
menunjukkan bahwa mereka itu memang lebih unggul dibandingkan dengan orang
lain. Orang-orang ambisius biasanya akan dengan rakus menyambut tantangan itu
untuk menunjukkan kehebatan yang mereka miliki.
 
4.      Berikan penugasan yang berbobot. Selain 'mengulur benang',
kita juga perlu menariknya sekali-sekali. Hal ini penting untuk menghindari
klaim kosong belaka. Kadang memang orang-orang seperti itu lebih banyak
bicaranya dari kerja nyatanya. Makanya, kita perlu menguji kepercayaan dirinya
yang tinggi itu dengan kemampuan aktual yang bisa diperlihatkannya. Disisi
lain, orang yang menilai dirinya tinggi biasanya juga merasa tidak diberi
kepercayaan yang cukup berbobot dari atasannya. Masalah? Tidak. Disaat kebanyakan
orang susah untuk diberi tugas lebih banyak, eh ada seseorang yang merasa
dirinya sudah pantas diberi kepercayaan lebih. Bagus malah. Mulailah dengan
bobot pekerjaan yang lebih besar namun tingkat resikonya relatif kecil. Jadi
jika sampai penugasan itu tidak berhasil pun tidak membahayakan kepentingan
team. Tapi jika berhasil, tambah lagi porsinya sedikit demi sedikit.
 
5.      Tegaskan apa yang Anda harapkan
dari mereka. Memang ada tipe-tipe anak buah yang membutuhkan
perhatian ekstra. Namun hendaknya hal itu tidak menyebabkan anak buah kita yang
lain terabaikan. Bagaimana pun juga mereka mempunyai hak yang sama. Kalau pun
harus memberi perhatian lebih, pastikan itu diberikan kepada anak buah yang
memang paling cepat belajar, paling koperatif dan paling berkomitmen untuk
berkontribusi kepada perusahaan. Kadang orang yang seperti itu justru bukan
orang yang suka menilai dirinya tinggi yang sudah kita urusin cape-cape tadi. Orang
seperti inilah yang bisa kita jadikan sebagai model bagi anggota team kerja
kita yang lainnya. Terbukalah dengan tuntutan Anda kepada mereka mengenai ketiga
kriteria itu – cepat belajar – kooperatif – berkomitmen pada kontribusi. Maka
mereka akan tahu bagaimana caranya menarik perhatian kita secara positif.
 
Menangani anak buah
yang menilai dirinya tinggi itu memang tidak mudah. Tetapi juga tidak terlalu
susah. Jika kita bisa menggunakan energinya untuk mendorong dia menujukkan
kemampuan tertinggi buat pencapaian pribadi dan team, kita malah bisa
mendapatkan banyak manfaat darinya. Bahkan semakin kita terampil mengatasi
orang-orang seperti ini, semakin rindu kita untuk berurusan dengan anak buah
yang unik, nyeleneh, dan menuntut kita untuk berpikir; 'bagaimana cara mengatasi
orang seperti ini?' Dengan begitu, keterampilan kepemimpinan kita akan menjadi
semakin terasah. Apakah Anda punya anak buah yang unik di team kerja Anda?
Mulailah bereksperimen dengannya. Insya Allah, Anda akan menikmatinya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 19 Juli 2012
Author, Trainer, &
Public Speaker of Natural Intelligence
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Setiap
kesulitan yang ditimbulkan oleh anak buah itu memberi kita peluang untuk
belajar menjadi pemimpin yang lebih baik lagi. Jadi, nikmati saja....
 
Ingin
mendapatkan kiriman "Leaderism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi
tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak
berkurang karenanya.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: