Tuesday, June 26, 2012

#FrenBC @ (Artikel Mingguan) BOOGIE Fun Trekking: the Discipline of Execution

 

*BOOGIE Fun Trekking: the Discipline of Execution*
© 2006. Nugroho Adhi W. All rights reserved.

Cerita ini bermula ketika di pertengahan bulan November 2006 yang lalu
saya menerima sms dari seorang teman di Boogie yang isinya kalau
diterjemahkan dari bahasa sunda adalah kira-kira begini, "Dhi, saya
kesasar nih, sekarang kita lagi survey rute untuk trekking. Ternyata
pemandangan dan alam disini bagus lho..."

Karena penasaran sekaligus tertarik, saya balas smsnya. "Rute trekking
buat apaan? Nanti kalau sudah jadi boleh ikutan nggak?"

"Boleh aja. Nanti dikabarin kalau program trekking udah mau jalan."
balas teman saya.

Di akhir bulan November, teman saya mengabari kalau acara trekking akan
dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Desember 2006. "Mau ikut nggak Dhi?"
tanya teman saya. "Sekalian saya kirim gambaran perjalanannya."

Dari fax yang saya terima saya baca judulnya, 'FUN TREKKING CURUG
PANJANG -- GUNUNG PANCAR'. Setelah saya pelajari detailnya sepertinya
asyik juga. Fun Trekking ini dimulai dari Mega Mendung dan melintasi 3
gunung di wilayah Bogor, yaitu gunung malang, gunung paseban dan gunung
pancar.

Akhirnya H-1 pun tiba. Saya dengan seorang teman yang berangkat langsung
dari kantornya di Cakung sengaja datang tanggal 8 Desember malam ke
Bogor agar kami bisa mendapat cukup istirahat, karena menurut jadwal
perjalanan akan dimulai jam 7.30 pagi. Malam itu kami menginap di saung
Boogie yang terletak di tengah luasnya kebun singkong. Tidur di saung
hanya beralaskan tikar buat saya merupakan latihan pendahulu untuk acara
fun trekking ini.

Jam 6 pagi kami sudah bersiap-siap. Packing perlengkapan yang
diperlukan. Walaupun dalam fax yang saya terima menyatakan bahwa setiap
peserta disarankan untuk membawa pakaian jalan dan tidur, sleeping bag,
P3K pribadi, alat makan, makanan tambahan tenda dan alat masak, tapi
berhubung semua peralatan adventure saya ada di bandung, maka saya hanya
membawa LowePro Computrekker yang berisikan seluruh peralatan fotografi
yang saya miliki, P3K sederhana, 2 set pakaian, payung, 1 botol Aqua 600
ml dan peralatan mandi. Total berat tas saya berkisar antara 13-15
kilogram, dan perlengkapan fotografi menyumbang 80 persennya. Tadinya
mau bawa tripod, tapi akhirnya dibatalkan. Kalau saya bawa kebayang ada
beban tambahan seberat 2.5 kilogram.

Tolong jangan meniru apa yang saya bawa dan lakukan kalau mau trekking.

Nekat? Mungkin saja. Apalagi ketika bertemu dengan tim dari Boogie dan
peserta lainnya, mereka membawa tas carrier ukuran minimal 80 liter yang
biasa dipakai untuk ekspedisi pendakian dengan isi carrier seperti yang
disarankan oleh Boogie.

"Kamu Cuma bawa itu aja Dhi?" tanya teman saya di Boogie ketika melihat
saya cuma membawa computrekker. "Di atas sana kan dingin banget.
Tingginya sekitar 1800an meter lho!"

"Yep. Hanya ini aja." Jawab saya. "Nggak ada yang lain. Makanan sudah
pasti terjamin oleh pihak panitia. Tempat berlindung, bisa buat bivak,
atau kalau ada rumah penduduk bisa numpang nginep."

Untuk menguatkan hati, saya mencoba menyitir kalimat dari Reinhold
Messner yang di majalah National Geographic edisi November 2006 mendapat
sebutan the greatest mountaineer, "Without the possibility of death,
adventure is not possible." kata saya di dalam hati.

Karena menunggu peserta dari Jakarta yang datang terlambat, maka jadwal
keberangkatan menjadi molor. Sekitar jam 10.30 kita baru berangkat dari
kantor pusat Boogie di Bogor dengan menggunakan mobil angkot yang
dicarter menuju curug Panjang di Mega Mendung.

Dan tantangan pun dimulai...

Setibanya di curug panjang sekitar jam 12 siang kita mulai berjalan.
Tidak tanggung-tanggung, langsung mendaki di jalan koral di tengah terik
matahari. Kepala saya langsung terasa pusing karena kepanasan. Apalagi
ketika melihat tanjakan di depan dan banyak peserta yang terpaksa
berhenti dan beristirahat di tengah tanjakan. Sepertinya menjadi awal
perjalanan yang sangat berat sekali.

Di awal perjalanan ini saya teringat pada artikel 'the Discipline of
Execution' yang ditulis oleh Ram Charan di majalah Corporate Event yang
bisa dibilang merupakan intisari dari buku Execution. Dia menyatakan
keberhasilan sebuah organisasi tergantung dari eksekusinya. Dan inti
dari eksekusi terletak pada tiga elemen inti, yaitu manusia, strategi
dan operasional.

*
Manusia adalah elemen yang paling penting. *Semua proses dimulai dan
juga bermuara pada manusia. Bagaimana dia melihat dan menganalisa
lingkungan sekitarnya, menyadari dan mengantisipasi perubahan yang
terjadi, mempersiapkan dirinya, dan mengambil keputusan yang sesuai
terhadap itu semua. Dalam kasus fun trekking ini, manusianya adalah saya
sendiri yang terus terang saja, dalam hal perlengkapan kalah jauh
dibandingkan dengan yang lain, tetapi dalam hal yang lainnya belum tentu.

"Jangan berhenti di tengah tanjakan, berhenti ketika berada di tanah
datar dan jangan duduk," kata saya dalam hati.

*Elemen kedua adalah strategi. *Tujuan dari dibuatnya sebuah strategi
adalah untuk mencapai sasaran yang diinginkan, jadi sederhananya
strategi adalah cara yang dikembangkan untuk mencapai sasaran. Sasaran
perjalanan di hari pertama adalah mencapai camping ground di Cisadon
setelah melewati gunung Malang dan gunung Paseban. Untuk mencapai
camping ground saya harus mengetahui beberapa hal yang menurut saya
sangat penting, yaitu:

- bagaimana rutenya? Mendaki? Menurun?
- Dimana saja titik yang menjadi tempat peristirahatan?
- seberapa jauh jaraknya? Lewat berapa punggungan gunung? Kelihatan tidak?

Hal tersebut menurut saya sangat penting, karena dengan mengetahui hal
tersebut saya jadi memiliki gambaran mengenai perjalanan dan tujuan
akhirnya. Bahasa kerennya kalau di dunia bisnis adalah saya memahami
visi dan arah perusahaan. Dengan mempunyai gambaran, maka saya bisa
mengatur kecepatan langkah, menentukan waktu untuk 'mencuri' istirahat
dan berapa lama agar tidak tertinggal, dan juga mengatur stamina.
Bayangkan kalau saya tidak mengetahui tujuan, bisa jadi saya berjalan
dengan semangat '45 tapi tidak lama kemudian kehabisan nafas dan stamina.

Sekarang, bayangkan juga apa yang terjadi kalau orang-orang di
perusahaan Anda tidak mengetahui kemana arah dan tujuan perusahaan. Visi
dan misi perusahaan hanya sekedar WOW alias Words On Wall, banyak
perusahaan yang terjebak pada WOW, bilangnya "kita sudah memiliki visi
dan misi", pernyataan visi dan misi yang dilengkapi dengan nilai-nilai
perusahaan dicetak, diberi bingkai dan dipajang, tetapi ketika
ditanyakan pada karyawan apa visi dan misi perusahaan, jawaban mereka
jauh dari harapan.

Masalah komunikasi? Bisa jadi. Visi dan misi tidak dikomunikasikan pada
semua orang di dalam perusahaan sehingga akhirnya perusahaan menjadi
kurang bisa membangun komitmen dari setiap orang terhadap visi dan misi.

*Elemen ketiga adalah operasional. *Elemen ini merupakan gabungan dari
manusia dan strategi yang diterjemahkan ke dalam rencana aksi dan semua
pihak yang terlibat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
rencana aksi ini.

Rencana operasional terbagi ke dalam 3 bagian yaitu:

*Pertama, tentukan targetnya. *Untuk menentukan target, setiap sampai di
titik peristirahatan saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya pada
orang yang mengetahui rute perjalanan atau pemandu, "dimana titik
perhentian berikutnya? Berapa lama perjalanan dari sini?"

*Kedua, kembangkan rencana aksi jangka pendek untuk mendukung rencana
jangka panjang. *Rencana aksi saya tidak jauh berbeda dengan strategi
yang saya ungkapkan di bagian sebelumnya. Mengatur ritme langkah,
berhenti berjalan dikala perlu agar stamina tetap terjaga, dan tidak
pernah duduk kecuali di titik peristirahatan yang sudah ditentukan.

*Ketiga, minta persetujuan dari semua pihak yang terlibat, kembangkan
cara pengukuran hasil yang dicapai, dan pastikan bahwa semua orang
tersebut memenuhi komitmen mereka. *Komitmen saya dalam perjalanan ini
sudah tentu tidak perlu dipertanyakan. Untuk pengukuran pencapaian, di
perjalanan saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya pada pemandu,
"kita sudah sampai dimana? Kira-kira berapa lama lagi kita sampai?"

Tanpa terasa, dengan menerapkan disiplin eksekusi saya bisa mencapai
camping ground tanpa harus menghabiskan banyak energi, walaupun di
sepanjang perjalanan kepala tetap pusing karena sempat cukup lama
terkena teriknya sinar matahari. Malam itu saya habiskan dengan melihat
pemandangan city lights kota Bogor sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan
teman saya.

Begitulah cerita penerapan disiplin eksekusi dalam tingkatan individu.
Dalam tingkat organisasi, akan semakin kompleks karena akan melibatkan
banyak orang.

Bagaimana menurut Anda?

N. Adhi W.
BOLDER: partner for excellence
helping companies and people getting better results

081-110-9921
adhi@bolderbest.com
www.BolderBest.com

----------------------------------------------------------
download training slides & games di www.Bolderbest.com
----------------------------------------------------------

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
<*> http://www.facebook.com/groups/bisniscenter || http://twitter.com/BisnisCenter

+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
.

__,_._,___

No comments: