Wednesday, May 16, 2012

[Bisnis-Karir] Tulisan Bagus: wajah BUMN kita

 

Ibu dan Bapak,

Tulisan ini agak panjang tapi bagus.

Have a nice holiday and happy reading.

Goenarso ( 26D4656C )

----- Pesan yang Diteruskan -----
Dari: "ariefpur@yahoo.com" <ariefpur@yahoo.com>
Kepada: sinergi-ia-itb@yahoogroups.com
Dikirim: Selasa, 15 Mei 2012 19:18
Judul: [sinergi-ia-itb] wajah BUMN kita



Pantas aja BUMN kita kalah bersaing.  Ini mungkin salah satu contoh

 
COPAS ti sabeulah..........Bandara Soekarno-Hatta medio Februari 2012
dituturkan oleh Siti Ita Nasyi'ah wartawan di Majalah Kartini

Minggu, pukul 06.00 wib, saat jalanan di Jakarta masih lengang, mobil
Mercy L 1 JP melaju kencang menuju bandara Soekarto Hatta.
Penumpangnya hanya berempat. Pak Menteri BUMN, aku dan pak Jusak. Pak
Dis duduk di depan kiri berdampingan dengan Zahidin, sopir pribadinya.
Sedangkan aku dan pak Jusak, duduk di belakang. Kami berdua seperti
juragan di mobil mewah itu. Terlihat beberapa botol air mineral dan
camilan kecil tersedia rapi. Juga ada permen.

''Kita berangkat pagi, krn aku pingin mampir ATC (Air Traffic Control)
Soeta,'' kata pak menteri sambil menggulung lengan hem bergaris warna
biru yang dikenakan. Sesegera mungkin, tas kopor kutarik dan
kumasukkan ke dalam bagasi mobil berwarna hitam metalik itu. Sepinya
jalanan ibukota, membuat Zahidin tancap gas full. Tidak sampai 1 jam,
perjalanan menuju bandara Soeta dari Capital Residence, dilalui tanpa
hambatan. Lucunya, saat sampai di pintu gerbang Perum Angkasa Pura
(PAP), mobil melaju pelan. Pak menteri bergegas menurunkan kaca sambil
menyapa sekuriti dan satpam yang tengah berjaga.

''Pagi, pak. Permisi, ya'' sapa pak Dis dgn ramah. Belum sempat
menjawab, mobil yang membawa kita melaju menuju sebuah gedung paling
ujung. Rupanya gedung ini adalah tempat paling vital milik PAP. Karena
di gedung inilah letak berbagai mesin pengontrol lalu lintas udara
yang ada di bandara Soeta. Belum sampai di tempat parkir, terdengar
peluit dari security yang kita lalui. Dari belakang, kulihat petugas
jaga yang ada di pos, berlari-lari menghampiri mobil kami. Dengan
wajah garang, seorang petugas berbadan agak tambun menyuruh mobil kami
kembali.

Alasannya, tempat terlarang dan tidak boleh sembarangan orang masuk.
Utk urusuan itu, pak Dis menyerahkan pada Zahidin. Sepintas, kulihat
ada adu argumentasi antara sopir pribadi pak Dis dengan petugas
security. Sedangkan Pak Jusak buru-buru mencari toilet. Apa yang
terjadi, aku tidak tahu pasti. Bagiku, mengikuti langkah pak Dis yang
sangat cepat, lebih penting. Setengah berlari, kuikuti langkah pak Dis
menuju sebuah gedung yg salah satu mejanya bertuliskan receptionis.

''Pagi, Assalamulaikum, permisi,'' sapa pak Dis. Ternyata, ruangan itu
kosong. Tak ada jawaban. Namun demikian, Pak Dis tetap bertahan dan
berusaha memasuki ruang demi ruang yang ada sambil melihat-lihat
keadaan. Kotor dan perlatan kantor berserakan tidak pada tempatnya.
Disamping itu, terlihat meja kerja maupun meja tamu, terdapat botol
air menieral, bekas piring makan dan satu lagi, asbak penuh puntung
rokok. Padahal, ruangan itu full AC. Dingiiin. Bagiku, ini aneh...
Meskipun minggu dikenal hari libur bagi masyarakat umum, tidak
demikian dengan PAP dan dunia airline. Hari libur, justru hari-hari
sibuk bagi instansi yang ada dalam salah satu BUMN tersebut. Makanya,
ada 3 shif yang diberlakukan bagi karyawannya di bagian ini. Belum
tuntas keanehanku, muncul suara nyanyian dari laki-laki yang ada di
dlm ruangan yang ada di televisinya itu.

Akupun kembali mengeraskan suaraku mengucapkan salam. Bukan jawaban
salam, yang kuterima, malah semprotan sinis. ''Siapa lo, pagi gini.
Berisik amat,'' demikian jawab laki-laki berseragam dengan wajah
ketus. Begitu melihat wajahku, laki-laki lain muncul dengan suara tak
kalah garang. ''Siapa yang suruh masuk ke sini,'' katanya dengan suara
lebih keras. Akupun tak mau kalah. ''Mana bosmu, pak menteri pingin
ketemu,'' jawabku dengan tak kalah garang. Mendengar suara galakku,
laki-laki yang ada di dalam, ikutan keluar. Sampai akhirnya ada lima
orang lelaki yang bersiap menghadapiku.

Saat kutoleh ke belakang, pak Dis buru-buru beranjak pergi. Pak Dis
keluar dan mencari-cari sendiri ruangan ATC. Akupun bergegas mengikuti
langkah gesitnya. ''Lho, bukannya itu pak Dahlan Iskan ya,'' kata dua
petugas yang masih muda dan ganteng. Tanpa menjawab, aku pergi berlari
menguntit langkah pak Dis dari belakang. Kulihat, ada perubahan wajah
pak Dis dari yang sebelumnya ramah, agak kecut. HP blakberry warna
hitam dikeluarkan dan memencet nomor telepon. Sambil terus berjalan,
pak Dis menelepon seseorang.

''Assalamulaikum, selamat pagi mas. Mohon maaf, mengaanggu libur anda
ya. Sory, nih, saya nuwun sewu, dan kulo nuwun, ingin melihat ATC.
Melihat komputer yang baru kita beli kemarin. Nuwun sewu lho, mas,''
ucap pak menteri. Rupanya, pak Dis menelpon bos PAP yang tengah
menikmati libur minggu. ''Tidak usah, tidak usah. Biar saya sendiri
saja yang mencari. Saya sudah ada di dalam kantor anda kok ini. Cuma
mencari-cari belum ketemu,'' ucap pak menteri sambil terus
membuka-buka pintu ruangan yg dilalui. Rupanya, sebelum itu, pak Dis
sudah pernah berkunjung. Hanya saja, lupa tempatnya. Meski demikian,
pak Dis tidak putus asa. Sampai akhirnya, ada ruangan yang bertuliskan
ATC.

Bergegas, pak Dis masuk. ''Nah, ini dia,'' ucapnya dengan wajah
berbinar. Akupun mengikuti langkah pak Dis. Benar. Di ruangan yg agak
tersembunyi itu, terdapat sebuah ruangan khusus. Di dalam ruangan itu
ada beberapa orang bekerja. Sambil mengucapkan salam, pak Dis
menyalami satu persatu karyawan yg tengah bertugas. Tentu saja mereka
kaget. Tidak mengira, jika ruangan mereka dikunjungi menteri. Beberapa
orang yang tadinya santai, terlihat kembali ke komputernya. Begitu
juga yang tengah merokok, meletakkan putung rokoknya di asbak yang ada
di sampingnya.

''Wah, lembur ya. Maaf, saya ganggu,'' ucap pak Dis sambil
bertanya-tanya pada karyawan yang berkerja kala itu. Stlh meminta
penjelasan ruangan yg tengah didatangi, pak Dis minta ditunjukkan
tangga menuju tower ATC. ''Wah, disini perokok semua ya,'' kata pak
Dis setengah menyindir. Kudengar ada yang menjawab dan ada yang
membisu, sambil mematikan putung rokoknya. Beberapa orang, kulihat
sibuk menelepon. Entah siapa yang ditelepon. Pastinya, ada dua orang
lelaki yang memperkenalkan diri sebagai supervisor menjadi penunjuk
jalan menuju tower. Kamipun berjalan menuju ruangan yang ditunjukkan.

''Di sini pak. Mari,'' ucap lelaki bertubuh tegap yang mengenakan hem
kuning muda. Di depan pintu masuk ruangan itu, terdapat tulisan
''dilarang masuk'' dan tulisan ''steril''. Selain itu juga ada tulisan
''jagalah kebersihan''. Karena tempatnya steril, tanpa diminta pak Dis
mencopot sepatu ketsnya. Apalagi di tempat itu juga terdapat rak
sepatu. ''Di sini tidak sembarang orang boleh masuk pak,'' kata
petugas tadi menjelaskan ruangan khusus itu. Pak Dis hanya
manggut-manggut. Setelah itu, kami diajak naik ke sebuah tangga. Kalau
tidak salah, ada 10 anak tangga yang kami naiki. Di ujung anak tangga,
terdapat sebuah ruangan yang dipintunya bertuliskan ''yang tidak
berkepentingan di larang masuk''.

Rupanya, kita diajak ke sebuah ruangan kontrol yang seluruh ruangannya
full komputer. Suasananya ramai. Minimal ada 30 komputer berbagai
ukuran. Masing-masing komputer ada seorang operatornya. Cuma sayang,
ruangan yang super dingin itu tidak steril, spt slogan yang
dituliskan. Buktinya, di samping meja komputer, ada beberapa makanan.
Mulai makanan kecil, sampai piring bekas makan mie. Tragisnya, ruangan
ber suhu super dingin itu terdapat beberapa asbak ukuran 1 meter.
Sangat kontradiksi ... Paraah ...

STRES

Melihat ini semua, pak Dis bertanya-tanya. ''Kenapa masih ada rokok
dan bekas makanan di ruangan ini? Katanya steril,'' ucap pak Dis
serius. Kulihat, leki-laki yang mengaku supervisor itu gelagapan.
''Oh, iya pak. Rokok itu utk menghilangkan stres saja. Kalau tidak,
temen-teman tidak bisa konsentrasi dalam memantau jalur-jalur
penerbangan,'' jawab lelaki sekenanya. ''Oh, gitu ya. Kalau stres ya
gak usah bekerja saja. Cukup di rumah. Di sini kan butuh orang sehat.
Bukan untuk orang stres,'' jawab pak Dis tak mau kalah. Melihat
jawaban itu, lelaki tadi tersenyum kecut. ''Iya, pak. Siap,'' jawabnya
dengan wajah pucat. ''Tolong ya, pak. yang stres diistirahatkan
saja,'' tambah pak Dis.

Setelah itu, pak Dis minta penjelasan tentang komputer raksasa yang
baru saja didatangkan oleh kementeriannya. Setelah itu, pak Dis
berkeliling dan melihat sekeliling. Begitu melihat ada piring makan,
sendok, mangkuk dan beberapa bekas pembungkus mie, pak Dis berucap
lagi. ''Lebih komplit di sini, dibuka kantin atau resto ya,'' ucapnya
sinis. Sindiran ini ternyata direspon positif. Buktinya, beberapa
lelaki yang sebelumnya mengikuti langkah kita, buru-buru menugasi
kawannya membersihkan bekas makanan, piring atau apa saja yang ada di
meja sekitar komputer. Akupun hanya senyum-senyum melihat karyawan di
bagian komputer itu kelabakan.

KONSER

Puas berkeliling, pak Dis minta ditunjukkan tower tempat mesin ATC
berada. Sesuai namanya, Tower ini merupakan bagian tertinggi yang ada
di bandara Soeta. Tower inilah tempat paling vital dari setiap
bandara. Karena di tempat inilah komunikasi antara petugas dengan
pilot pesawat untuk minta ijin landing atau take off pesawat. Sial.
Meskipun tempat ini bisa dikatakan jantungnya bandara, tidak seperti
yang digambarkan.

Super sterilnya tidak tampak. Putung rokok juga masih ada di beberapa
tempat. Bahkan, sebuah asbak tinggi, juga disiapkan. Pak menteri,
kembali kecewa. Peralatan serba canggih dan super mahal, tidak
diimbangi dengan atitu operatornya. Ketka ditanya mengapa masih ada
putung dan asbak, petugas tadi berkata lugu. ''Biasanya kalau
teman-teman panik, pelampiasannya memukul-mukul berbagai alat yang ada
utk pelampiasan kegalauan sambil menyanyi-nyanyi, pak Apalagi jika
cuacanya buruk seperti akhir-akhir ini,'' ujar petugas yang
bertanggung jawab di bagian tower. Pak Dis pun mendengar dengan serius
jawaban petugas tersebut.

''Oh begitu. Bagus,'' jawab menteri kelahiran Takeran sambil
mengangguk-anggukkan kepala. Sejenak, pak Dis minta penjelasan secara
rinci, bagaimana dan apa keluhan yang dirasakan karyawan di bagian
tower itu. Puas, pak Dis mengajak beberapa supervisor turun. Di sebuah
ruangan kecil, pak Dis mengatakan, bahwa semua keluhan akan ditindak
lanjuti. Utamanya, masalah stres dan menabuh bunyi-bunyian di bagian
tower sebagai pelampiasan kegalauan karyawan.

''Ita, tolong, bapak-bapak ini anda beri penjelasan, bagaimana kinerja
kita di Jawa Pos dulu. Bila perlu, besok, yang dibagian tower
dibuatkan orkestra untuk konser musik. Anda kan mantan wartawan musik
toh, jadi gampang untuk mengatur mereka,'' kata pak Dis kepadaku.
Mendengar ucapan pak Dis kepadaku, beberapa supervisor tadi hanya
menganggukkan kepala. Jelas sekali, jika pak Dis kecewa. Jelas, bila
pak menteri gundah.

DOSEN

Sampai akhirnya, akupun angkat bicara. Pada saat pak menteri
mengenakan sepatu, akupun memberi pencerahan. Seperti seorang guru,
akupun mengisahkan bagaimana sterilnya ruangan redaksi Jawa Pos.
Bapak-bapak, kataku memulai ''ceramah'' kecil''.

Di Jawa Pos, peralatannya juga canggih karena ada alat cetak jarah
jauh dan lain sebagainya yg berkaitan dgn satelit. Untuk menjaga itu
semua, bukan berarti karyawan yang merokok tidak boleh merokok. Boleh.
Asalkan di luar ruangan. Begitu juga dengan makan. Semuanya boleh
dilakukan. Karena merupakan kebutuhan utama manusia. Namun, semuanya
itu harus dilakukan pada tempatnya. Untuk merokok, haruslah di luar
ruangan. Di dalam ruang redaksi, harus steril. Jadi, kataku lebih
lanjut, tolong, di sediakan ruangan merokok bagi yang merokok.

Sehingga, selain ruangan ber AC jadi segar dan bersih, peralatan super
canggih yang dibelikan dengan uang rakyat bisa diperlihara dengan
aman. Melihat aku berceramah seperti dosen di depan mahasiswa, pak Dis
menahan senyum sambil pura-pura sibuk membetulkan tali sepatunya.

Oalah....rek....rek. Dadi opo aku iki.

Setelah itu, kamipun pamitan pulang. Di tengah perjalanan menuju
mobil, kulihat ada seorang pejabat yang buru-buru hendak menemui kami.
''Mana pak menteri Dahlan,'' tanyanya kepadaku. Akupun segera
menunjukkan dengan tanganku ke arah belakang. Kulihat pak Dis sibuk
menelpon di temani tiga orang supervisor yang tadi kukuliahi.

Sayup-sayup, ku dengar, pejabat yang berlari-lari itu meminta maaf
pada pak Dis karena keterlambatannya itu. ''Maaf pak. Tadi saya ada di
tempat lain,'' ucapnya memberi alasan. Akupun berlari menuju toilet
karena dinginnya ruangan ''steril'' tersebut.

Salam Vodka

PS :
Bagi mrk yg ingin mengetahui ACT eeh ATC ... Tempat Paling Vital di Bandara !




__._,_.___
Recent Activity:
Bergabunglah dengan milis lainnya:


Manajemen-Industri-subscribe@yahoogroups.com  ==> Manajemen Industri

Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com ==> Kursus Bahasa Inggris

PONSEL-INDONESIA-subscribe@yahoogroups.com ==> Telpon selular

HRD-POWER-subscribe@yahoogroups.com ==> Milis HRD

Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com ==> Lowongan kerja luar negeri dan
beasiswa

Komputer dan Teknologi:

http://tech.groups.yahoo.com/group/KOMPUTER-TEKNOLOGI/

Manajemen produksi/operasi/supply chain/logistik:

http://finance.groups.yahoo.com/group/APICS-ID/
.

__,_._,___

No comments: