*Ajari Anak Makna Uang*
* *
Saya sering mendapatkan orang tua yang berkata:
"Anak saya boros…."
"Anak saya tidak bisa mengendalikan diri dalam membelanjakan uang…."
"Anak saya hanya mau belajar bila kalo diberi uang...."
"Anak saya marah bila keinginannya tidak dipenuhi...."
Dan masih banyak lagi keluhan yang inti-intinya tidak jauh dari
permasalahan uang dan pemborosan.
*Kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan makna uang kepada seorang Anak?*
Menurut Neale Godgref dalam bukunya Money Doesn't Grow on Trees (Uang tidak
tumbuh dari pohon), Anda sudah bisa mengajarkan sikap yang sehat tentang
uang sejak anak berusia sekitar 3 tahun.
Ada kalanya orang tua yang merasa anak berusia di bawah 5 tahun belum
mengerti nilai uang akan menjawab: "Mama sedang tidak punya uang...." bila
anaknya merengek minta dibelikan suatu boneka saat dia diajak jalan ke Mall
untuk membeli keperluan lainnya.
Akan lebih bijaksana mengatakan kepada mereka bahwa Anda memilih
membelanjakan uang untuk keperluan lain daripada boneka, karena dengan
mengatakan "Mama sedang tidak punya uang...." berarti Anda sudah berbohong.
Anak akan melihat Anda membelanjakan uang untuk hal lain dan ia akan
kebingungan dengan konsep 'TIDAK PUNYA UANG'.
"Dengan mengatakan, 'Kita tidak mampu membelinya' berarti Anda sudah
berbohong. Anda sebetulnya bukan tak punya uang, tetapi mungkin Anda
memilih untuk tidak membelanjakannya," katanya. Sebaiknya, ajarkan pada
mereka cara mengelola uang yang baik.
Anak tak akan bisa belajar mengatur uang dengan baik bila mereka tidak
mengerti bahwa mereka punya pilihan dalam menggunakan uang yang ada. Ketika
anak Anda meminta sesuatu yang tidak ingin Anda beli, bilang saja, "Mama
tidak berencana membeli itu bulan ini", atau "Mama tidak mau memakai uang
keluarga untuk itu."
Agar Anda bisa mengajarkan nilai uang kepada anak, berikan dia uang saku
setiap hari dengan nilai tertentu, misalnya untuk anak berumur 3 tahun Rp
1.000,00 dianggap relevan dengan kenyataan di pasar yang akan mereka jumpai
bila berbelanja. Anak diberitahu dengan uang sebesar Rp 1.000,00 apa-apa
saja yang bisa ia peroleh.
Beri kebebasan kepada Anak untuk membelanjakan uang tersebut di akhir
minggu setelah terkumpul selama seminggu penuh. Bisa juga anak diberi
insentif, misalnya setelah seminggu uang yang terkumpul (Rp 7000) tidak ia
belanjakan Anda menggenapinya menjadi Rp 10,000. Katakan kepadanya itu
adalah hadiah karena bisa menahan diri untuk tidak membelanjakan uang
tersebut. Dengan demikian Anda mulai menanamkan kebiasaan menabung kepada
Anak, peribahasa yang bisa diajarkan: sedikit demi sedikit, lama-lama jadi
bukit. ;-)
Untuk anak yang sudah berusia lebih dewasa (semisal SD) Anda bisa lebih
memotivasi anak untuk menabung dengan cara yang sama, hanya saja ada
insentif yang lebih besar bila selama sebulan penuh ia berhasil menabung
semua uang hariannya dan mengerem keinginan untuk berbelanja, misalnya uang
harian sebanyak Rp 5,000 per hari dibulatkan menjadi Rp 50,000 per minggu
bila utuh tidak dibelanjakan, di akhir bulan menjadi Rp 300,000.00. Dengan
demikian anak akan merasa besar sekali manfaat untuk menabung karena di
akhir bulan uang yang terkumpul banyak sekali.
Bila memungkinkan ajaklah anak yang sudah berumur 6 th ke atas untuk pergi
menabung di bank. Misalnya menyetor sebulan sekali. Anak akan bangga
memiliki uang sendiri di tabungan, yang mana di akhir bulan selalu
mendapatkan bunga bank.
Agar anak juga mempunyai kepekaan sosial, ajarkan kepada mereka untuk
menyisihkan sebagian uangnya untuk disumbangkan ke fakir miskin, korban
bencana alam dan orang-orang papa yang ditemui mereka. Beri mereka
kebebasan untuk menentukan siapa yang berhak dibantu karena dengan demikian
Anda juga mengajarkan kepada mereka KECERDASAN BERLOGIKA.
Beritahu juga kepada mereka bahwa mereka boleh membelanjakan sebagian dari
uang harian (tabungan) mereka, sehingga anak belajar memilah-milah mana
yang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinganan mereka saja.
Tidak perlu khawatir bila menemui kesulitan di saat awal atau anak yang
berusia lebih muda, anggap saja Anda dan anak sedang bermain. Wajar bila
awalnya mereka tidak mengerti mengapa mereka harus melakukan hal tersebut,
akan terlalu RIBET menjelaskan konsep yang terlalu dewasa kepada jiwa muda
mereka. Akan tetapi saat Anda melakukannya, anak Anda akan belajar
kebiasaan yang baik dan itu bisa membentuk suatu pola yang bermanfaat di
masa depan.
*Apa yang tidak boleh dilakukan?*
* *
Sederhana saja, Anda jangan pernah sekali-kali memberi anak uang untuk
pekerjaan rumah yang dikerjakannya, seperti: mencuci piring, memangkas
rumput di halaman, mencucikan mobil dsb. Mengapa? Karena anak akan
berpikiran bahwa ia melakukan pekerjaan dan pantas "dibayar". Katakan
kepadanya bahwa ia adalah anggota keluarga, dan adalah kewajiban bagi semua
anggota keluarga untuk saling tolong menolong. Untuk menghargai kerja anak,
Anda cukup ucapkan terima kasih kepada anak karena telah membantu pekerjaan
rumah tangga. Dengan demikian anak juga belajar berterima kasih. Ini bisa
Anda mulai dengan anak berusia berapapun.
Penulis: Ling Majaya
Email: Majaya@JadiKreatif.com
"Thinking is my lifestyle."
PS: Penulis dengan senang hati menerima tanggapan, kritik, sanggahan dan
masukan dari para pembaca karena dengan demikian terjadi proses belajar
tiada henti dalam dunia pendidikan. Tugas mendidik merupakan tugas orang
tua, guru, edukator dan masyarakat. Mari bangun Indonesia yang lebih baik
melalui peningkatan potensi dan karakter putera-puteri kita.
[Non-text portions of this message have been removed]
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
No comments:
Post a Comment