Leaderism#15: Meninggalkan Bawahan
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Boleh dikatakan, setiap karyawan adalah bawahan. Tentu, termasuk mereka yang mempunyai jabatan yang tinggi di kantor pun demikian. Walaupun kita merupakan atasan bagi anak buah, kita juga bawahan bagi atasan kita. Oleh karenanya, sama seperti anak buah kita yang mengharapkan penilaian yang baik dari kita; maka kita pun mengharapkan agar atasan kita memberikan penilaian yang baik kepada kita. Jadinya, kita pun berusaha sekuat tenaga agar bisa baik dimata atasan kita. Bagus? Bagus sekali. Hanya saja, ada efek samping yang perlu dihindari. Apakah itu? Itu adalah perilaku ABS, alias Asal Bapak Senang. Cirinya, kita mengejar penilaian bagus dari atasan namun tidak terlalmpau peduli dampak negatifnya terhadap bawahan kita. Tentu Anda tidak berperilaku begitu. Namun, perlu juga mewaspadainya agar tidak tertular kelak dikemudian hari.
Saya yakin Anda masih ingat kisah tentang Musa yang diabadikan dalam kitab suci. Ketika Musa diberi kesempatan untuk bicara dengan Tuhan, beliau bergegas menemui kekasih sejatinya itu. Dan, ketika Musa tiba ditempat pertemuan dengan Tuhan tanpa disangka Tuhan malah bertanya;"Dan mengapa engkau datang lebih cepat daripada kaummu, wahai Musa?" Melalui pertanyaan itu Tuhan menegur Musa kenapa meninggalkan umatnya dibelakang.
Lalu Musa dengan bersemangatnya mengatakan:"Itu mereka sedang menyusul aku. Dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau senang kepadaku."
Kisah ini bisa Anda temukan antara lain didalam surah Thaha mulai ayat ke 82 dan menjadi salah satu kisah yang paling menginspirasi. Didalamnya bukan hanya terkandung soal nilai-nilai ruhani. Melainkan juga sarat dengan isyarat yang Tuhan kirimkan tentang makna nilai-nilai kepemimpinan. Musa memang seorang Nabi dan Rasul. Namun, lebih dari itu beliau adalah pemimpin umat. Betapa Tuhan tahu jika kelak dunia akan dipimpin oleh orang-orang yang mementingkan kebaikan-kebaikan dirinya sendiri, dan melupakan umat mereka dibelakang.
Perilaku tidak terpuji para pemimpin ini sekarang semakin kelihatan dan sedemikian transaprannya. Di tingkat negara, kita bisa menyaksikan betapa para pemimpin hanya sekedar berebutan jabatan lalu setelah terpilih berlomba memperkaya diri, menyepelekan rakyatnya, dan membiarkan mereka berjuang sendirian. Melalui kisah Musa ini Tuhan sejak zaman dahulu mengingatkan; "mana peran kalian sebagai pemimpin?"
Di perusahaan juga setali tiga uang. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Coba perhatikan bagaimana kita saling sikut untuk mendapatkan promosi jabatan. Setelah itu, kita merasa menjadi boss, dan anak buah kita tidak lebih dari sekedar pelayan yang bertugas untuk menyelesaikan semua urusan. Sedangkan kita, fokus kepada usaha-usaha untuk membuat atasan kita merasa senang.
"Mengapa engkau meninggalkan umatmu?" demikian pertanyaan Tuhan. Musa dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa orang-orang yang dipimpinnya akan segera menyusul karena mereka tunduk patuh kepada perintahnya. Persis seperti kita. Begitu percayanya kita bahwa anak buah kita mengerti, memahami, dan menjalankan setiap pengarahan kita. Lalu kita santai saja, hingga pada akhir tahun baru terkejut. Ternyata, mereka tidak melakukan seperti yang seharusnya.
Mungkin rasa tenang kita juga timbul karena ada leader lain dibawah kita. Misalnya, jabatan kita manager. Ada supervisor yang membantu kita memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik. Maka ketika staff kita tidak bekerja sebagaimana mestinya, kita boleh meminta pertanggungjawaban supervisor. Benarkah mekanisme seperti itu? Ada benarnya. Dan ada tidak benarnya. Benar kalau bicara soal hirarki. Namun tidak benar jika bicara soal responsibiliti.
Kenapa begitu? Begini.
Musa adalah utusan yang dianugerahi Tuhan dengan tandem, berpangkat Nabi. Beliau adalah Harun alaihissalaam. Seorang Nabi pilihan yang diminta Musa agar menjadi pendampingnya untuk menjalankan tugasnya. Bukankah ketika tuntutan pekerjaan kita sudah semakin tinggi kita pun mengajukan permintaan kepada boss besar supaya ada asisten manager atau supervisor untuk mendampingi kita seperti Musa meminta Harun?
Mengetahui umatnya telah keluar jauh dari jalurnya, Musa pun sedemikian marahnya kepada mereka. Terlebih lagi kepada Harun yang telah diberinya amanah untuk membimbing umatnya selama kepergian beliau. Persis seperti kita yang suka tergoda menyalahkan supervisor kita ketika para staff tidak bekerja baik.
Jika kita pemimpin team itu. Maka kitalah penanggungjawab tertinggi disitu. Sekalipun ada pemimpin-pemimpin kecil yang kita tunjuk disitu, bagaimanapun juga kita tetap bertanggungjawab atas segalanya. Bukan mereka. Mengapa? Karena kita hanya bisa mendelegasikan pekerjaan. Namun kita, sama sekali tidak bisa mendelegasikan tanggungjawab kepada siapapun. Sekalipun kepada staff pilihan yang kita tunjuk.
Kita, tentu saja bukan pemimpin religius seperti Musa dan Harun. Namun, kisah mereka yang Tuhan abadikan dalam kitab suci itu mengingatkan agar kita tidak menjadi pemimpin yang ABS dengan meninggalkan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan bawahan. Dengan begitu, kita bisa membuat boss besar senang melalui kinerja yang dihasilkan secara kolektif oleh para anggota team secara keseluruhan. Dengan begitu, kita bisa membangun reputasi sebagai pemimpin yang berhasil membawa teamnya menuju puncak prestasi. Bukan sekedar menjadi pemimpin yang hanya mengharapkan segala pujian dari atas untuk dirinya sendiri.
Setelah kejadian itu, Musa berubah menjadi pemimpin umat yang sangat mengerti. Beliau menjadi pemimpin yang semakin dicintai. Beliau bisa mengalahkan kekuatan Fir'aun yang nyaris tidak tertandingi. Karena ketika seorang pemimpin mencintai rakyatnya, maka Tuhan akan memberinya kekuatan untuk melakukan yang terbaik bagi mereka. Mudah bagiNya memberi jalan keluar dari segala masalah pelik, semudah Dia memberi jalan keluar kepada Musa melalui laut yang terbelah menjadi dua. Ingatlah kisah Musa ini. Dan jadilah pemimpin yang lebih baik lagi.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 12 September2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Memang penting kok untuk memuaskan atasan kita. Sama pentingnya dengan menolong anak buah kita untuk mendapatkan hasil terbaik dari pekerjaannya.
Ingin mendapatkan kiriman "Leaderism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
[Non-text portions of this message have been removed]
+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
No comments:
Post a Comment