Personalism#13: Kebebasan Memilih
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
Seberapa sering Anda berada pada
situasi tidak berdaya tanpa ada pilihan? Jarang sekali kan, ya? Memang, kadang
ada juga kondisi dimana kita tidak punya pilihan lain sehingga suka atau tidak
menerima saja keadaan itu. Namun dalam kebanyakan situasi, kita selalu
mempunyai pilihan lain. Tantangannya adalah; apakah kita akan tetap berada
dalam situasi yang tidak menyenangkan itu, ataukah mengambil alternatif lain
yang memungkinkan kita berada dalam situasi yang berbeda. Kalau Anda sendiri
pilih yang mana?
Akhirnya, saya jadi juga makan
kepiting. Apa lagi sekarang momentumnya sangat tepat untuk menikmati hidangan
istimewa itu. Oma kami – seorang Chinese tulen yang ahli memasak – datang dari
Pontianak. Saya diajari Oma 2 cara mempersiapkan kepiting. Cara pertama,
dibersihkan selagi masih hidup lalu di potong. Cara kedua, direbus. Saya pilih
cara kedua. Teorinya begini; direbus itu lebih sederhana dan kepiting merasakan
air rendamannya menghangat secara perlahan sehingga dia tidak terlalu menyadari
ketika akhirnya mendidih. Maka warna
kepiting itupun berubah menjadi merah. Kemudian, barulah kami membersihkannya.
Selama proses membersihkan itu,
saya merenung. Mengapa kepiting-kepiting itu tidak melarikan diri? Meskipun
keadaannya semakin lama semakin tidak nyaman, mereka diam saja. Ketika situasinya
semakin memburuk pun, yak ok diam saja. Bahkan ketika kondisinya sudah
sedemikian panas hingga membuat tersiksa hingga mati pun, mereka tetap tidak
bergeming. Mengapa mereka kok ya pasrah saja? Ah, jawabannya sederhana sekali; karena mereka
itu kepiting.
Tidak perlu heran jika mereka
tidak memilih alterntif lain selain diam. Karena fitrahnya sebagai kepiting
tidak memungkinkannya menggunakan akal dan kalbu untuk mencari solusi yang
lebih baik bagi hidupnya. Kita boleh heran, jika yang tidak memilih alternatif yang
lebih baik itu adalah kita – para manusia. Saya percaya bahwa tidak ada pilihan
yang salah dalam hidup. Yang ada adalah konsekuensi atas semua pilihan yang
kita ambil. Jika tetap berdiam diri pun, itu merupakan sebuah pilihan. Jika
berubah atau berganti situasi, itu juga pilihan. Jadi, sebenarnya apa yang kita
alami saat ini – berubah atau tetap – adalah buah dari pilihan yang kita buat
sendiri. Namun setiap pilihan itu mengandung konsekuensi.
Jika kita berada pada situasi
yang kurang menyenangkan, maka kita punya sekurang-kurangnya 2 pilihan, yaitu;
tetap berada disitu, atau meninggalkan tempat itu. Kedua pilihan itu tentu saja
mempunyai konsekuensi masing-masing. Maka wajar jika kita menerima konsekuensi
itu dengan lapang dada. Masih ingatkah Anda cerita saya tentang kepiting minggu
lalu yang mati dalam rendaman air tawar? Sungguh saya tidak sengaja
memasukannya kedalam lingkungan yang membuat mereka susah. Beda dengan kepiting
minggu ini yang memang saya masukan kedalam air rebusan. Namun hasil akhirnya
mereka sama-sama mati juga.
Begitu pula dengan lingkungan
kerja kita. Ada yang tidak nyaman karena ulah segelintir orang berkuasa. Ada
juga yang tidak nyaman bukan karena kesengajaan. Untungnya kita ini bukan
kepiting, sehingga punya pilihan untuk tetap tinggal dalam lingkungan itu. Atau
meninggalkannya. Dan karena kita menyadari bahwa setiap pilihan itu memiliki
konsekuensi, maka sepatutnya kita menerima konsekuensi apapun dari pilihan yang
kita buat sendiri. Ciri jika kita menerima konsekuensi itu adalah; kita tidak
lagi mengeluhkannya. Jika masih mengeluh, maka itu menujukkan bahwa kita belum
ikhlas menerima konsekuensinya. Padahal, kita sendiri yang membuat pilihan itu –
tetap disitu atau pergi dengan alternatif lain. Kita, belum paham dan belum menerima
konsekuensi atas pilihan kita sendiri.
Memangnya tidak boleh mengeluh?
Oh, tidak seorang pun yang bisa melarang kita dari mengeluh. Hanya saja,
mengeluh itu sungguh sangat melelahkan. Selain itu, mengeluh tidak bisa
memberikan solusi atas situasi tidak enak yang tengah kita hadapi. Jadi, dengan
mengeluh kita kehilangan banyak energi. Baik energi fisik, terlebih lagi energi
emosi. Kalau energi fisik, bisa direkoveri dengan cara makan yang banyak, dan
istirahat secukupnya. Besok pagi, tubuh kita sudah bugar lagi. Sedangkan energi
emosi, sangat sulit untuk rehabilitasi. Hari ini kita terbebani secara emosi,
puluhan tahun kemudian juga mungkin akan terus ingat betapa menyakitkannya momen-momen
itu.
Ingat kembali ketika Anda sedang
kesal kepada seseorang; bukankah kekesalan itu tidak mudah hilang? Bahkan
kedalam mimpi pun Anda bawa-bawa. Tapi, coba ingat kembali ketika jiwa Anda
memasang mode; rela. Seburuk apapun kelakuan orang lain, sama sekali tidak
mempengaruhi emosi kita. Nikmat nian, malam-malam yang kita habiskan. Nyaman
nian, siang-siang yang kita lewatkan. Hidup kita, menjadi indah meski orang
lain tidak berperilaku sebagaimana mestinya.
Dalam dua minggu ini, saya mendapatkan inspirasi dari dua kejadian bersama
kepiting-kepiting itu. Seolah saya sedang kembali diingatkan bahwa; kita
mungkin saja berada pada situasi yang tidak menyenangkan. Situasi yang bisa
tercipta secara alami. Atau karena
disengaja oleh orang-orang yang berperilaku buruk. "Kamu itu bukan aku," saya
mendengar para kepiting itu seolah bicara begitu. "Maka tentukanlah pilihanmu,"
katanya. "Lalu terimalah konsekuensi atas pilihanmu itu." Lanjutnya. "Dengan
ikhlas."
Saya bertanya kepada
kepiting-kepiting itu;"Kalau saya tidak bisa ikhlas menerima konsekuensi itu,
lantas bagaimana?"
Mereka menjawab:"Ambil dong
pilihan lain yang kamu bisa menerima konsekuensinya."
"Caranya bagaimana?" tanya saya
lagi.
Lalu kepiting-kepiting itu
mengatakan;"Kami ini hanya kepiting. Sedangkan kamu adalah manusia yang sudah
diperlengkapi dengan akal dan kalbu."
Saya tertegun.
"Kamu lebih tahu jawabannya,
daripada para kepiting seperti kami." Lanjut mereka.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 6 Agustus
2012
Author, Trainer, &
Public Speaker of Natural Intelligence
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Kita
ini beruntung sekali. Karena, selalu mempunyai kebebasan untuk menentukan
pilihan hidup kita sendiri.
Ingin
mendapatkan kiriman "Personalism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
[Non-text portions of this message have been removed]
+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
No comments:
Post a Comment