Personalism#11: Berdiam Diri VS Memperbaiki Diri
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
Mudah-mudahan Anda masih ingat
kisah tentang Kepiting air payau yang mati didalam air tawar kemarin. Selain
memberi inspirasi untuk menjadi pemimpin yang memahami kebutuhan anak buahnya,
kejadian itu juga memberi inspirasi tentang pengelolaan diri sendiri. Oleh
karena itu, ijinkan saya berbagi dengan Anda tentang pelajaran lain yang bisa
kita petik dari kejadian itu. Mari mulai dengan pertanyaan agak pilon ini: Apa
sih bedanya kita dengan kepiting?
Sekalipun jumlah kaki mereka
lebih banyak, tapi mereka bukanlah bandingan yang sepadan dengan kita. Makanya,
tidak heran jika mereka diam saja meskipun ditempatkan dalam suatu situasi yang
tidak menyenangkan. Mereka memilih menderita sampai mati disana. Memangnya kita
bisa melakukan lebih baik dari kepiting-kepiting itu? Klaimnya sih begitu.
Karena kita ini mahluk yang lebih mulia. Lebih beradab. Dan lebih berakal. Maka
berdiam diri dalam lingkungan yang tidak menyenangkan itu sepertinya merupakan
sebuah kebodohan.
Tapi sebentar dulu. Bukankah sebagai
mahluk yang mengaku mulia ini kita juga sering hanya berdiam diri saja meskipun
berada dalam keadaan yang buruk? Coba saja diingat kembali ketika kita berada
di lingkungan yang menyesakkan dada. Terlebih lagi di kantor kita. Sebenarnya
kita tidak menyukai tempat itu. Tidak tahan dengan suasananya. Sudah gerah
sekali rasanya. Tapi, seringnya kita ya pasrah sajalah. Mau bagaimana lagi.
Lho, jika sikap kita juga hanya berdiam diri saja ditempat yang menyebalkan
itu, lantas apa bedanya kita dengan kepiting?
Kepiting itu tahu dan sadar
betul jika tidak bisa hidup dalam air tawar. Namun mereka diam saja disitu tanpa
berbuat apa-apa. Kita juga tahu kalau
kita ini susah tidak tahan lagi dengan keadaan itu. Tapi, kita kok ya diam
saja. Saya bersyukur telah mengalami peristiwa bersama kepiting itu. Karena
melalui kepiting-kepiting itu Tuhan telah membantu saya untuk kembali memahami
tentang betapa berbahayanya berdiam diri. Seolah mereka sedang menasihatkan;
jika ingin mendapatkan keadaan yang lebih baik, kita harus bersedia bertindak. Berikhtiar. Melakukan sesuatu untuk mengubah
keadaan.
"Saya sudah berikhtiar, Bung!"
Kita juga sering merasa begitu. Namun setelah semua hal yang kita lakukan ini,
ternyata tidak ada perubahan apapun yang kita dapatkan. Hey, siapa bilang
kepiting-kepiting itu diam saja ketika dimasukkan kedalam air tawar? Mereka
telah berusaha semalaman untuk keluar dari situasi itu. Jadi kalau kita
memgklaim sudah berusaha maksimal, lalu mengatakan; CUKUP! Mungkin akan sangat
berbahaya sekali. Karena dengan begitu kita kemudian memilih menyerah kepada
keadaan. Dan jika kita menyerah dengan keadaan itu, maka artinya kita memilih
bernasib mirip dengan kepiting itu. Jadi, mari hindari merasa telah cukup
berusaha. Karena boleh jadi, kita belum mengerahkan 100% kemampuan diri kita.
"Tapi, selama ini juga gue tidak
tinggal diam!" Ini protes kita berikutnya. "Managemen tidak mau mendengarkan.
Kolega pada tidak peduli. Anak buah pada ndablek!" Uh, berat sekali kan kalau
kita berada pada situasi seperti itu. Sudah maksimal apa yang bisa kita
lakukan. Namun, segala sesuatu pun ada batasnya kan? Jadi, daripada cape-cape
melakukan perbaikan. Ya sudahlah, kisera-sera saja.
Sebelum memutuskan untuk patah
arang. Bagaimana kalau melakukan satu hal sederhana terlebih dahulu? Begini: mengidentifikasi
siapa yang menghalangi kita melakukan perbaikan. Berdasarkan kalimat umpatan
diatas ada 3 kelompok, yaitu; (1) management yang tidak mendengarkan, (2)
Kolega yang tidak peduli, dan (3) Anak buah yang ndablek. Betul ya? Ketiga
jenis manusia inilah yang sering kali menjadi penghambat utama usaha perbaikan
yang kita lakukan. Coba seandainya mereka itu kooperatif dengan usaha-usaha
kita. Tentu akan berhasil melakukan perbaikan itu. Namun, karena mereka tidak
ambil pusing, ya sudah kita diam sajalah.
Baiklah. Sekarang mari kita simak
nasihat yang Tuhan firmankan dalam surah 13 ayat 11. Beginilah sabdaNya: Sesungguhnya
Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mengubah diri mereka
sendiri. Ayat ini tidak berlaku untuk kepiting. Tetapi jelas sekali
jika itu ditujukan kepada manusia. Mengapa? Karena Tuhan tidak ingin membiarkan
manusia menderita dalam keadaan yang tidak menyenangkan dirinya. Itulah
sebabnya pula Tuhan memberikan kuncinya. Kunci yang mana? Begini:
Mengapa usaha kita untuk
memperbaiki keadaan itu sering gagal? Padahal kita sudah berusaha maksimal
dengan sekuat tenaga? Itu karena selama ini, kita berfokus kepada orang lain. Kepada
management yang tidak mau mendengarkan itu. Kepada kolega yang cuek bebek. Dan kepada
anak buah yang ndablek. Kita. Sering luput melihat. Kedalam diri kita sendiri. Selama
ini fokus kita adalah orang lain. Padahal kunci keberhasilan melakukan
perbaikan keadaan menurut firman Tuhan itu bukan orang lain. Melainkan diri
kita sendiri. Maka jika benar-benar ingin memperbaiki keadaan itu, berhentilah berfokus
pada perubahan orang lain. Kita. Mesti mengubah diri sendiri. Selama ini, kita
terlalu sibuk mengoreksi orang lain. Tapi lupa mengoreksi diri sendiri.
Makanya, kita tidak bisa mewujudkan perbaikan keadaan di lingkungan yang kita
inginkan.
Contoh sederhananya begini.
Ketika mengajak kolega, apakah kita sudah menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan mereka? Ketika menyeru anak buah, sudahkah kita memberi contoh dan
keteladanan? Ketika meminta managemen mendengarkan, apakah kita sudah
menyediakan data-data dan analisa penunjang yang mereka butuhkan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan? Jika belum, bukan salah mereka tidak
menggubris usulan perbaikan yang kita ajukan. Mari merujuk pada firman Tuhan;
kita, mesti mengubah diri sendiri terlebih dahulu. Maka, orang lain yang selama
ini dianggap tidak koperatif akan lebih memahami. Lalu mengikuti alur perbaikan
yang kita sarankan. Bisa? Tentu dong. Kita kan bukan kepiting.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 31 Juli 2012
Author, Trainer, &
Public Speaker of Natural Intelligence
0812 19899 737 or Ms. Vivi
at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Kalau
orang lain tidak mau melakukan perbaikan yang kita sarankan, mungkin itu karena
kita perlu memperbaiki cara kita mengkomunikasikannya kepada mereka.
Ingin
mendapatkan kiriman "Personalism" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman? Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu.
Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda
tidak berkurang karenanya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
[Non-text portions of this message have been removed]
+++
:-) Do...., Real, Respect, Warm, Interact, Related, Short-Informative
:-( Don't., OneLiner, scam, MLM pyramid spam scheme, illegal-SARA
*_^ Just Friday 4 Selling or promote your Service/Product
No comments:
Post a Comment